Gadis kecil itu mengenakan t-shirt sederhana berwarna cerah dengan celana denim selutut, memperlihatkan kakinya yang jenjang dan putih bersih. Gambar kucing di bajunya tampak sangat imut. Raut wajahnya yang tenang seolah menggambarkan sikapnya yang menyenangkan. Rambut panjangnya diikat ke belakang. Dahinya mulus tanpa poni, cerah dan cantik, serta sangat familiar!
Karena sang ibu meninggal saat melahirkan adik perempuannya, sebagai anak tertua di keluarga, Lu Boran adalah anak yang paling lama menghabiskan waktu bersama ibunya. Tentu saja dia juga yang paling menderita saat ibunya meninggal.
Wajah Lu An yang tampak persis seperti ibunya, membuatnya kembali mengingat ibunya. Dia, pria pendiam tanpa ekspresi berlebih, matanya memerah terenyuh.
Jari-jarinya yang ramping segera menyimpan foto-foto itu dan mengirimkannya ke grup chat yang berisi dia dan keempat saudaranya.
Grup Chat Anak-Anak Elit
Putra pertama
[Ada apa ini?]
Putra pertama
[Adik sudah kembali?]
Putra pertama
[Kenapa tidak ada yang memberitahuku?]
Tiga pertanyaan berturut-turut dilontarkan. Dibandingkan dengan perlakuan acuh tak acuh pada ayah mereka, keempat saudaranya akan cepat menjawab semua chat darinya. Dari semua pertanyaan yang dilontarkan di grup chat itu, si putra ketigalah yang menjawab terlebih dahulu.
Putra ketiga
[Kak, jadi begini. Tadi malam, ayah tiba-tiba pamer di grup mengatakan bahwa adik perempuan dari keluarga itu telah kembali. Dia juga memuji tentang betapa baiknya dia. Awalnya, kami tidak terlalu memikirkannya, kami kira dia sedang berhalusinasi lagi. Tak diduga...] Adik perempuan mereka membuat mie daging sapi. Sejujurnya si putra ketiga juga ingin mencobanya sedikit!
Tapi, adik perempuan itu dibesarkan oleh keluarga sampah. Mati sajalah!
Jari ramping itu ragu-ragu mengetuk foto saudara perempuannya dan akhirnya menghapusnya!
Pada saat ini, putra ketiga tidak pernah membayangkan bahwa ada satu hari dimana dia akan melihat foto adik perempuannya...
Kemudian, putra keempat dan kelima juga menjawab—
Putra keempat
[Mungkin, adik perempuan itu benar-benar kembali?]
Putra kelima
[Sepertinya tidak, aku tidak melihatnya saat aku pulang dan mengambil si imut kemarin malam? /Bingung/]
Putra ketiga
[Hei, siapa si imut? Bukannya kamu sedang melakukan urusan besar?]
Putra kelima
[Bukan kak, itu adalah anjing kecil peliharaan baru ayah. Aku mengambilnya.]
Putra kelima
[Lihat, ini dia. /Bangga/]
Putra kelima mengambil foto Raja Tiran kecil dan mengirimkannya.
Raja Tiran kecil di foto itu sangat lucu dan sedikit arogan. Ekornya menghadap kamera, menatap miring ke kamera, sedikit sombong dan terlihat marah.
Kemudian, topik pembicaraan pun berubah.
Putra ketiga
[Dia sangat lucu,kan? Tapi tidak tahu kenapa dia tidak penurut. /Jilat bibir/]
Putra keempat
[Dik, buang bulunya saat kamu mencukurnya. Membuat baju dengan bulunya sepertinya cukup bagus, bisa dicoba.]
Putra kelima
[Apa kamu iblis? /Kaget/]
Putra kelima tidak bisa berkata-kata, dia buru-buru melindungi si imutnya. Dia takut jika dia tidak mengawasinya, si imut akan ditangkap oleh saudara-saudaranya.
Tapi si imut ini benar-benar arogan!
Jika kamu tidak berperilaku baik dengannya, dia akan menunjukkan ekornya saja saat di foto, huh~
Lupakan saja, karena kamu masih peduli padaku, aku dengan enggan akan memanjakanmu untuk sementara waktu.
Anjing kecil itu menoleh lagi, dan secara tidak sengaja melihat layar ponsel Lu Xingran.
Ya Tuhan, pergi kau jauh-jauh dariku!
Akhirnya, sang kakak tertua menyimpulkan.
Putra tertua
[Yah, kebetulan ada proyek film bagus di Nancheng akhir-akhir ini, dan aku berencana untuk mengambilnya. Aku akan menemui adik perempuan itu ketika aku kembali malam ini. Apakah kalian ada pesan?]
Begitu kata-kata ini keluar, sekelompok anak-anak ini tiba-tiba menjadi sepemikiran.
Putra ketiga
[Kakak hebat! Kakak keren! Kakak sudah bekerja keras! /Tepuk tangan/]
Putra keempat
[Kakak sudah bekerja keras!]
Putra kelima
[Kamu harus mencari tahu wajah asli dari adik perempuan ini!]
Putra kedua yang baru saja melihat pesan itu berpikir sejenak, lalu berkata…