Chereads / Gadis Kaya Raya Calon Istri CEO / Chapter 6 - Aku Sudah Dewasa

Chapter 6 - Aku Sudah Dewasa

Bulir air mata yang berusaha keras ditahan Nyonya Huo akhirnya jatuh membasahi pipinya. Huo Jun merengkuhnya ke dalam pelukannya. Mereka berempat tampak sangat canggung dan bodoh.

"Ayo kita pulang, pelan-pelan saja…" Huo Jun berkata dengan suara rendah. Nyonya Huo mengangguk pelan dan menatap rumah Xing Jiu'an sekali lagi.

Saat mereka berjalan ke gerbang kompleks, Huo Jun menghentikan langkahnya, lalu berkata, "Jin Yuan, coba kamu pikirkan cara untuk membeli unit di rumah susun di sini."

"Jangan membeli unit di gedung yang sama dengan Yanyan," sambung Huo Jun. Unit rumah susun di kompleks ini sudah lama terjual dan tidak ada lagi bangunan kosong. Jika dia benar-benar ingin membeli rumah bekas, dia harus memikirkan bagaimana caranya. Lagi pula, pasti tak ada orang yang rela menyerahkan dan menjual rumah yang ditempatinya begitu lama.

"Baik," jawab Kakak Tertua Huo dengan singkat.

Sopir Keluarga Huo sedang menunggu di luar. Ada dua mobil yang terparkir di luar gedung rumah susun itu. Mereka tadinya berpikir bisa membawa Xing Jiu'an pulang, jadi mereka bahkan berdebat mobil mana yang harus dinaikinya. Hanya saja, ada empat orang saat mereka datang dan begitu pula saat mereka pergi..

Saat ini, di dalam sebuah mobil yang tidak jauh diparkir dari sana, seseorang sedang membicarakan Keluarga Huo.

"Tuan Jiu, sepertinya yang di sana adalah Keluarga Huo."

Saat mendengarnya, pemuda yang dipanggil dengan nama 'Tuan Jiu' keluar dari mobil. Dia terlihat masih sangat muda. Dia memandang sekelilingnya dengan acak, lalu berkata, "Tak perlu khawatir…"

"Baik…"

"Ayo, kita pergi."

Setelah mendengarkan perintah ini, sopir itu menyalakan mesin mobil dan pergi dari tempat itu.

***

Xing Jiu'an berberes-beres, berganti pakaian, lalu keluar dari rumahnya. Privasi di kompleks rumah susun ini tidak begitu baik, bahkan para penjaga keamanan tak peduli siapa pun yang masuk ke dalam kompleks. Ada banyak orang yang datang dan pergi di kompleks itu dan bisa dikatakan cukup ramai.

Di kehidupan sebelumnya, setelah kembali ke rumah Keluarga Huo, Xing Jiu'an jarang datang ke tempat ini. Ketika dia melihat tanaman dan pepohonan di tempat ini sekarang, dia merasa seperti berada di dunia yang jauh. Mendadak ponselnya berdering nyaring. Dia melihat nama kontak yang tertera di layar ponsel dan mendadak ingin menangis. Sebelum meninggal, dia sedang menunggu sebuah jawaban. Sayangnya, dia tak sempat menunggu sampai akhir. Saat dia dilahirkan kembali sekali lagi, mereka masih saja sama seperti pada awal.

"Kakak seperguruan…" sapa Xing Jiu'an setelah menjawab panggilan telepon itu.

"Kenapa hari ini kamu begitu penurut?" tanya lawan bicaranya sambil tersenyum.

Xing Jiu'an mengerucutkan bibirnya dan menjawab, "Aku sudah dewasa."

Emosi pria itu mungkin tak terlihat melalui sambungan telepon. Mu Qing melanjutkan kalimatnya, "Kami sudah tiba di ibu kota dan tak lama lagi kami akan mencarimu. Di mana kamu sekarang?"

"Aku … pergi makan."

"Kamu belum makan?"

"Ya, aku baru saja bangun."

"Kalau begitu, kamu makanlah dulu. Setelah itu, pergi ke Nanxun," kata Mu Qing. Nanxun adalah sebuah kedai teh, yang tempatnya sangat sepi. Mereka biasanya pergi ke sana untuk duduk dan mengobrol.

"Baiklah," balas Xing Jiu'an. Dia lalu menutup sambungan telepon begitu saja.

Ada sebuah toko yang menjual sarapan di dekat gedung rumah susun Xing Jiu'an. Pemiliknya adalah sepasang suami istri yang sudah tua. Menu sarapan yang dijual pasangan ini sangat enak. Saat Xing Jiu'an tinggal di sini, dia sering pergi ke toko itu untuk menikmati sarapan.

Xing Jiu'an memesan semangkuk bubur dan telur teh (Makanan Tiongkok kuno, di mana telur direbus dengan daun teh). Dia duduk di sudut terpencil dan pelan-pelan menikmati sarapannya. Sampai sekarang, perasaan nyata itu masih terasa kurang, bahkan setelah dia sadar dirinya dilahirkan kembali.

Dalam waktu lebih dari dua tahun yang kacau balau itu, hidup Xing Jiu'an benar-benar kacau. Dia memainkan perannya dengan sangat baik, tetapi dia harus mati sendirian dan berpikir bahwa itulah akhirnya. Meskipun dia sangat menyesal, tapi dia melewati hari-hari yang baik. Namun sekarang semuanya telah kembali, dia berpikir bahwa dirinya tidak bisa lagi seperti kehidupannya yang sebelumnya.

Setelah menikmati sarapannya, Xing Jiu'an merasa hari masih pagi dan dia bersiap membeli beberapa buah. Cuaca di musim panas begitu menyengat. Meskipun masih pagi, tapi cahaya matahari sangat tak tertahankan. Xing Jiu'an menatap matahari yang cerah dan memesona. Cahaya terangnya menusuk mata. Sudut bibirnya terangkat dan dia merasa gembira.

Pemilik toko buah adalah seorang gadis muda yang sangat lembut. Sebelumnya, Xing Jiu'an telah datang beberapa kali ke toko buah ini. Dia melihat pemilik toko buah tersebut sangat sabar mengajari anak-anaknya saat mengerjakan pekerjaan rumah. Buah-buahan yang dijual di sini sangat segar dan harganya terjangkau. Rupanya bisnis toko buah ini sangat bagus.

"Jiu'an, kamu datang untuk membeli buah?" Melihat Xing Jiu'an masuk ke dalam tokonya, si pemilik toko segera menghampiri dan menyambutnya sambil melemparkan senyum.

"Ya," jawab Xing Jiu'an sambil berjalan mendekat. "Kak Lin, aku ingin membeli stroberi dan semangka.

"Kebetulan sekali kamu datang. Stroberi baru saja datang dan masih sangat segar," tutur Kak Lin sambil membawakan stroberi untuk Xing Jiu'an dan memindahkan stroberi yang baru saja tiba. "Kamu pilih saja sendiri."

Xing Jiu'an menundukkan kepalanya dan memilih stroberi yang hendak dibelinya.