Chereads / SEASON 2 TERANG DALAM GELAPKU / Chapter 63 - Part 20

Chapter 63 - Part 20

Mereka berenam pergi meninggalkan Hotel dan berjalan-jalan menuju Ubud. Seperti yang Zab perkirakan, pening di kepalanya tidak juga reda selama perjalanan mereka. Walaupun terkadang Yasmin menutup wajahnya dengan khimar miliknya, tapi mata indah wanita itu semakin terlihat menakjubkan dimata kaum lelaki. Setelah shalat dzuhur dan makan siang, Zab memutuskan untuk mempercepat kepulangan mereka.

" Setelah belanja di pasar seni, kita langsung pulang ke hotel!" kata Zab.

" Katanya mau lihat sunset?" tanya Fiza.

" Kak Zab besok harus sudah tiba di jakarta, karena ada meeting mendadak dengan relasi kakak!" kata Zab.

" Kak Zab nyebelin!" protes Fiza.

" Ato kakak balik sama Yasmin, kalian disini sama Zein!" tawar Zab.

" Kak Zab balik sendiri aja!" kata Fiza.

" Apa? Nggak! Mana ada? Namanya istri ya ikut suami!" kata Zab tegas.

" Sudah! Kapan-kapan kita kesini lagi!" kata Yasmin.

" Serius, Kak?" tanya Fiza.

" Ins Yaa Allah! Nanti ajak ummi sama aba!" kata Yasmin tersenyum.

" Yeayyyyy!" teriak Fiza senang.

Astaughfirullah! Yasmin janji apa, sih? Nggak ada kesini-kesini lagi pokoknya, titik! batin Zab kesal sama istrinya. Merekapun kembali ke hotel dan keesokan harinya langsung balik ke Jakarta.

" Kalo Ummi nanya, bilang kakak langsung ke kantor!" kata Zab yang memisahkan diri saat mereka sudah keluar dari bandara.

Yasmin, Ezzah dan Fiza dijemput oleh Aswan, sopir kantor Zab, sedangkan dia dijemput oleh Adrian, asistennya.

" Nyonya!" sapa Adrian.

" Pak Adrian!" balas Yasmin.

Zab langsung melotot pada Adrian saat dilihatnya pria itu menyapa istrinya.

" Liat apa?" tanya Zab.

" Nggak, Boss!" sahut Adrian cepat dan langsung masuk ke dalam mobil.

Yasmin hanya tersenyum tipis melihat kelakuan suaminya. Mereka pergi ke arah tujuan masing-masing.

" Assalamu'alaikummm! Ummiiiii!" teriak Fiza yang berlari masuk mencari Fatma setelah sampai di rumah.

" Wa'alaikumsalam!" sahut seisi rumah yang mendengar salam.

Fatma yang saat itu sedang duduk di teras belakang langsung menolehkan kepalanya ke arah pintu. Dilihatnya anak bungsunya tersenyum dan langsung menuju padanya.

" Fiza kangennnnn!" kata Fiza menciumi wajah Fatma.

" Astaughfirullah! Baru juga beberapa hari udah lupa kebiasaan dirumah?" tanya Fatma mengusap wajah putrinya.

" Xixixi! Maaf, Ummi!" ucap Fiza lalu mencium tangan Fatma dan kedua pipi wanita tengah baya yang masih terlihat cantik itu.

" Ummi!" panggil Ezzah yang melakukan hal yang sama dengan Fiza.

" Ummi!" sapa Yasmin yang masuk belakangan.

" Yas!" sahut Fatma.

Yasmin mencium tangan ibu mertuanya lalu mereka berpelukan sambil mencium kedua pipi.

" Kamu baik?" tanya Fatma.

" Alhamdulillah, berkat do'a ummi, kami baik-baik saja!" jawab Yasmin.

" Ayo, duduk! Mana suamimu?" tanya Fatma.

" Kak Zab langsung ke kantor, katanya ada meeting mendadak, ummi!" jawab Yasmin.

" Ohhh! Apa ada kejadian yang seru?" tanya Fatma.

Fiza dan Ezzah saling tatap lalu melihat pada Yasmin. Yasmin menggelengkan kepala pelan, tapi Fatma tahu gerakan menantunya itu.

" Nggak ada, Ummi! Cuma jalan-jalan sama belanja aja!" jawab Fiza.

" Apa Ummi dapat bagian?" tanya Fatma yang tidak ingin memaksakan sesuatu yang tidak ingin dikatakan padanya.

" Ada, dong, Ummi!" jawab Fiza.

" Nanti saja! Kalian istirahat dulu sekarang, nanti cerita lagi setelah makan siang!" kata Fatma.

Mereka bertiga kemudian pamit untuk masuk ke kamar masing-masing. Yasmin menyimpan semua barangnya di kopernya seperti biasa dan menyimpan barang Zab di lemari pakaiannya. Kemudian dia membersihkan tubuhnya dan berganti dengan gamis untuk melakukan shalat dhuha.

Zabran dan Yasmin pindah ke apartement yang dibeli Zab saat dirinya masih sendiri. Yasmin tahu karena dia pernah dibawa Zab kesana saat Zab akan membeli apartement. Sebenarnya Fatma kurang setuju karena rumah mereka cukup besar untuk tempat tinggal banyak orang. Tapi Zabran bersikeras untuk pindah dengan alasan ingin mandiri. Dengan berat hati Fatma melepas anak sulungnya yang memang cukup keras kepala seperti mantan suaminya itu dan menantunya. Zab benar-benar melarang Yasmin untuk pergi bekerja jika dia sedang keluar kota, walaupun jika dia ada, Yasmin diperbolehkan untuk bekerja dengan catatan berangkat dan pulang harus bersama dengan Zabran.

Walaupun bekerja, Yasmin tidak pernah lupa kodratnya sebagai seorang istri, yang selalu menyiapkan segala kebutuhan Zab sebelum dan setelah bekerja. Meskipun hubungan mereka masih jalan di tempat, bahkan semakin hari semakin jauh karena sikap Zabran yang masih tetap dengan pendiriannya jika dia akan mempersatukan Yasmin dengan adiknya setelah Zib kembali.

Bel apartementnya berbunyi saat Zab sedang berolahraga di ruang gymnya. Yasmin yang sedang berada di dapur hanya terdiam, karena suaminya itu melarangnya membukakan pintu jika ada yang membunyikan bel. Zab yang mendengar bunyi bel, mengerutkan keningnya, melirik jam di dinding kamarnya. Masih jam 6 pagi ada tamu? Siapa? batin Zab. Zab berjalan menuju ke arah pintu apartementnya.

" Assalamu'alaikum!"

" Wa'alaikumsalam!" sahut Zab dan Yasmin.

Kemudian Zab bergegas menuju ke pintu dan melihat ke lubang kecil di pintu.

Ummi? batin Zab lalu memutar kunci pintu dan membukanya.

" Ummi?" sapa Zab.

" Kok, kayakl nggak seneng Ummi datang?" tanya Fatma melihat wajah putranya yang mengkerut.

" Eh, nggak! Jelas seneng, dong!" sahut Zab gugup lalu menyalami Umminya, mencium punggung tangan dan kedua pipinya.

Zab memang sangat menghindari kedatangan Fatma ke apartementnya, karena dia malas jika harus berpura-pura di depan umminya.

" Ummi nngak boleh masuk, nih?" tanya Fatma.

" Boleh! Tentu aja boleh!" jawab Zab menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Mereka berdua masuk ke dalam apartement Zab.

" Ummi sendiri?" tanya Zab.

" Tadi diantar Ezzar!" jawab Fatma.

" Ezzarnya mana?" tanya Zab.

" Dia ada kuliah tambahan!" jawab Fatma.

Zab mengikuti umminya yang berjalan ke arah dapur dan berdiri di dekat meja makan.

" Menantu ummi rajin banget!" sapa Fatma yang melihat Yasmin sedang memasak.

" Ummi? Masya Allah! Kenapa nggak bilang kalo mau kesini? Kan Yasmin bisa masakin yang spesial buat Ummi!" kata Yasmin mematikan kompor lalu mencuci tangannya dan mengeringkannya.

Wanita itu menyalami ibu mertuanya dan mencium kedua pipinya.

" Apa ummi harus bilang dulu kalo mau datang ke rumah anak ummi?" tanya Fatma sambil mengeluarkan barang yang dibawanya.

" Bukan begitu, Ummi! Kapan aja Ummi mau datang, kami pasti senang!" kata Yasmin tersenyum.

" Ummi bawa apa aja? Apa nggak berat tadi?" tanya Zab yang nggak suka kalo Fatma membawa barang yang berat-berat.

" Nggak sama sekali!" jawab Fatma sambil mengeluarkan barang-barang yang dibawanya.

" Ummi bawa apa aja? Banyak banget?" tanya Zab yang sudah duduk di depan Fatma.

" Sambal cumi dan sambal bawang kesukaan kamu!" kata Fatma.

" Dibawah juga ada ummi!" jawab Zab.

" Ini ummi bikin kemarin sama adikmu!" sahut Fatma.

" Ummi ngapain capek-capek? Zab bisa beli kalo cuma sambal aja!" kata Zab yang tidak suka kalo umminya kelelahan.

" Tapi rasanya beda, Kak! Pasti nggak seenak kalo bikin sendiri!" balas Fatma yang sedikit kesal sama putranya.

" Tetep aja, Zab nggak suka kalo..."

" Kalo kamu nggak suka, ummi bawa balik aja!" Fatma memotong ucapan putranya dengan mata berkaca-kaca.

" Ummi! Yasmin suka sambal buatan ummi, enak! Kak Zab pernah bawain Yasmin dulu! Nanti Yasmin makan!" kata Yasmin lembut.

" Alhamdulillah! Menantu ummi memang tiada duanya!" balas Fatma menangkup wajah cantik Yasmin yang berdiri di dekatnya.

" Ckkk!" decak Zab memutar bola matanya malas.