Chereads / SEASON 2 TERANG DALAM GELAPKU / Chapter 44 - 01 TDG2

Chapter 44 - 01 TDG2

" Assalamu'alaikum, Ummi!"

" Wa'alaikumsalam!"

" Apa kabar, Ummi?"

"Alhamdulillah, kangen!"

" Ins Yaa Allah sebentar lagi kangennya akan terobati!"

" Kapan? Kakak nggakperlu menenangkan Ummi!"

" Ins Yaa Allah, Ummi! Diamamiinkan saja!"

" Aamiin!"

" Kakak!"

" Assalamu'alaikum, Dek! Masya Allah! Kakak harus extra menjaga sekarang!"

" Kenapa?"

" Karena punya adek yang semuanya cantik!"

" Kakak kapan pulang?"

" Ins Yaa Allah, do'akan saja!"

" Aamiin!"

" Kakak harus menutup telponnya, karena sebentar lagi meeting udah akan mulai!"

" Yaaaa!"

" Kalian harus belajar yang rajin! Mana Ummi?"

" Ummi!"

" Ya, Kak?"

" Ummi harus selalu sehat!"

" Ins Yaa Allah!"

" Kurangi tausiyahnya! Kakak nggak mau lihat Ummi kelelahan!"

" Iya!"

" Kakak pamit! Assalamu'alaikum!"

" Wa'alaikumsalam!"

" Apa jadwal Ummi hari ini masih ada?" tanya Fatma.

" Masih satu tempat lagi, Ummi!" jawab Fiza.

" Fiza nggak ada keperluan lain?" tanya Fatma.

" Alhamdulillah nggak ada, Ummi!" jawab Fiza.

" Kita berangkat setelah shalat dzuhur!"

" Iya, Ummi! Apa Ummi sakit? Wajah Ummi sedikit berkeringat!" ucap Fiza saat melihat wajah Fatma berkeringat, padahal ada AC di ruangan itu.

" Nggak apa-apa!" jawab Fatma.

" Ummi yakin?" tanya Fiza.

" Iya!" jawab Fatma yang berdiri dan hendak berjalan keluar ruangan.

" Ummi! Kak Zib VCall!" ucap Fiza yang melihat ponsel Fatma bergetar.

" Zib? Tumben!" jawab Fatma.

" Assalamu'alaikum, Kak!" Fiza tersenyum melihat wajah tampan kakak ke tiganya.

" Wa'alaikumsalam, cantik! Ummi mana?"

" Ya, Nak?"

" Ummi, Zib mau menikah!"

" Alhamdulillah!"

" Apa calon kakak ipar cantik soleha?"

" Tentu saja!"

" Ada fotonya?"

" Sebentar, kakak kirim!"

" Wow, cantik banget, Ummi!"

" Alhamdulillah! Mana?"

" Ini!"

" I...ni..."

" Ummiiiiii! Tolongggg!" Fiza berteriak karena melihat tubuh Fatma yang hendak terjatuh.

" Halo! Halo, Za!"

" Fiza tutup dulu, Kak! Assalamu'alaikum!"

Perlahan Fatma membuka kedua matanya, yang pertama dilihatnya adalah dinding langit-langit berwarna putih.

" Aba! Ummi sudah sadar!"

Fatma mendengar seperti suara putrinya, Ezzah yang berbicara.

" Sayang! Alhamdulillah, Yaa Allah! Apa ada yang sakit?" tanya suaminya.

Fatma hanya menatap Harun, dia berusaha merangkai ingatannya sebelum dia terbaring disini. Maya Allah, Zab! batin Fatma ingin meratapi putra pertamanya itu.

" Ummi! Jawab Aba! Apa ada yang sakit?" tanya Harun khawatir.

Begitu banyak orang mengelilingi dirinya, mulai dari Harun, suaminya, Zib, putra ketiganya, Anil, putra keempat, Ezzah, putri kelima, Ezzar, putra keenam dan Fiza putri bungsunya. Mereka semua menatap khawatir pada Fatma. Mereka berdiri memutari brankar, tiga dikanan dan tiga dikiri. Mata Fatma kembali pada Zib yang berada di sebelah kirinya. Wajahnya menampakkan kesedihan yang mendalam saat bola mata mereka bertemu. Harun yang begitu khawatir pada istrinya, melihat kemana arah pandang Fatma berlabuh.

" Kenapa Ummi menatap Kakak Zib seperti itu? Zib! Apa kamu bisa menjelaskan kenapa Ummimu melihatmu begitu?" tanya Harun pada Zib dengan penuh curiga.

Semua mata menatap pada Zib dengan penuh curiga pula.

" Nggak ada, Ba! Tadi sebelum kesini, Zib memang menelpon Ummi, perasaan Zib cuma kasih lihat foto calon istri Zib aja!" jawab Zib santai.

" Apa? Calon istri? Sejak kapan dikeluarga kita tidak ada keterbukaan lagi? Apa ada lagi yang menyembunyikan sesuatu dari Aba?" tanya Harun dengan nada sedikit tinggi, dia menahan amarah yang tiba-tiba datang pada dirinya.

" Zib memang belum memberitahu, Ba! Tapi Kakak Zab sudah tahu!" kata Zib biasa saja.

" Kakak...Zab...tahu?" ucap Fatma terbata.

" Iya, Ummi!" jawab Zib tegas.

" Assalamu'alaikum!" salam seorang pria tampan dengan jambang tipis memenuhi wajahnya.

" Wa'alaikumsalam!" balas semua yang ada disitu.

" Kakakkkkkk!" panggil mereka kembali, kali ini semua memeluk pria itu

" Kenapa datang nggak bilang-bilang?" tanya Fiza yang paling bontot sambil bergelayut manja di lengan Zab.

" Ummi! Bagaimana keadaan Ummi? Maafkan Zab yang telah membuat Ummi khawatir!" tanya Zab tanpa menghiraukan adik-adiknya.

Fatma menatap putra sulungnya yang berdiri menatapnya penuh kekhawatiran di kaki brankar, matanya berkaca-kaca.

" Kamu...datang?" taya Fatma terharu.

Putra sulungnya yang selama 3 tahun ini tidak bisa pulang akibat wabah, saat ini berdiri di depannya dengan keadaan baik-baik saja. Zab segera memutar tubuhnya mendekati wanita yang telah melahirkannya itu.

" Ummi! Ampuni, putramu yang tidak berbakti ini!" ucap Zab sambil mencium punggung tangan ibunya.

" Ayo, kita keluar dulu, biarkan kakak kalian bicara sama Ummi!" ucap Harun yang menyadari betapa istrinya sangat merindukan putranya itu.

" Yaaaa, Ba! Kan Fiza masih pengen sama kakak!" ucap Fiza sedih.

" Iya! Nanti, setelah kakakmu melepas rindu sama Ummi!" jawab Harun.

" Baik-baik sama ummimu!" ucap Harun pada Zab.

" Iya, Ba!" Zab menatap sendu pada ayah sambungnya itu.

Setelah semua orang keluar dari dalam kamar rawat Fatma, Zab duduk di brankar di pinggir Fatma.

" Maafkan putra Ummi yang tidak berbakti ini!" ucap Zab memeluk Fatma.

" Tidak! Kakak adalah anak yang paling berbakti dimata Ummi! Bahkan ummi yang seharusnya meminta maaf pada Kakak, karena telah banyak salah pada kakak!" ucap Fatma dengan airmata yang menetes di kedua pipinya.

" Tidak! Ummi adalah ibu terbaik yang Zab miliki di dunia ini! Tanpa ummi, Zab tidak akan bisa menjadi seperti sekarang ini, semua karena do'a ummi dan Aba!" jawab Zab dengan mata berkaca-kaca pula.

" Kakak memang anak yang berbakti! Ummi sangat bersyukur karena Allah menitipkan kakak pada Ummi!" ucap Fatma mengusap wajah putranya.

Wajah Zab begitu tampan, memiliki kemiripan dengan Brian, lebih banyak mirip Fatma dan anehnya dia juga memiliki kemiripan dengan Harun padahal dia adalah mereka hanya anak dan ayah sambung. Mungkin karena Zab diasuh oleh Harun sehingga sedikit banyak memiliki kepribadian seperti ayah angkatnya itu.

" Kenapa Zib yang akan menikah dengan dia?" tanya Fatma.

Zab terkejut mendengar pertanyaan Umminya, dia mengusap airmatanya dan menundukkan kepalanya.

" Apa yang terjadi, nak?" tanya Fatma.

" Zib...menyukai dia, Ummi!" ucap Zab.

" Astaughfirullah! Bagaimana bisa?" tanya Fatma.

" Saat itu Zab mengajak Zib untuk menemui dia. Zab katakan jika dia teman bisnis Zab. Ternyata Zib langsung menyukai dan mengatakan ingin menikahinya!" kata Zab.

" Masya Allah!" sahut Fatma dengan mata yang sudah berkaca-kaca sambil menutup mulutnya dengan telapak tangan kanannya.

" Zab kemudian mengkhitbahkan dia untuk Zib!" ucap Zab lirih.

" Kenapa kakak tidak..."

" Dia adik Zab, Ummi! Ummi selalu mengajarkan Zab untuk mengalah pada saudara sendiri, karena kebahagiaan seluruh keluarga adalah hal yang paling utama dalam keluarga kita!" kata Zab lagi.

" Apa dia setuju?" tanya Fatma.

" Kedua orang tuanya setuju!" jawab Zab.

" Dia menolak!" sahut Fatma.

" Dia bilang kalo Zab seorang pengecut dan dia bilang dia...membenci Zab!" kata Zab dengan wajah sedih.

" Kenapa kamu tidak mengkhitbah dia dari dulu?" tanya Fatma sedih.

" Zab bukan Abi yang dengan mudah dan PDnya melamar ummi walau Ummi saat itu sedang dalam khitbah seseorang! Zab rasa Zab mirip sama Aba!" jawab Zab pelan.

Fatma tertegun mendengar ucapan putra sulungnya, dia memang sangat tahu jika putranya itu sangat mencintai dan membanggakan ayah sambungnya itu. Bahkan dia mengikuti jejak Harun untuk menjadi seorang pengusaha dan pengacara.

" Jadi mereka menunggu kita?" tanya Fatma lagi.

" Iya! Zab mengatakan jika minggu depan Ummi dan Aba akan datang melamar sekalian menikahkan mereka!" jawab Zab.

" Apa kamu sudah mengurus semua?" tanya Fatma.

" Sudah, Ummi!" jawab Zab tegar.

" Yang sabar, ya, nak! Allah telah menentukan takdir kita!" kata Fatma mengusap wajah putranya.