Chereads / Alterniamon / Chapter 4 - Ritual Putih (bag.2)

Chapter 4 - Ritual Putih (bag.2)

Ophelia tertunduk, dalam hatinya ia tidak akan sanggup menerima apabila kerajaannya akan mengalami kehancuran. Ophelia mengepalkan tangannya sendiri untuk mengumpulkan tekadnya, "Aku siap Ayah, serahkan padaku!" jawab Ophelia tegas. Pupil mata Oberon bergetar seolah tidak percaya jika Ophelia akan bisa seberani itu. Oberon pun langsung memeluk Ophelia dengan erat.

Setelah itu Ophelia memutuskan untuk menemui Slyp yang merupakan tetua peri dan sekaligus guru yang sangat dihormatinya.

"Mengapa tiba-tiba kau ingin menemui tetua peri?" tanya Regina penasaran.

"Aku ingin bertanya sesuatu dengannya," jawab Ophelia singkat. Melihat wajah Ophelia yang terlihat serius, Regina tidak bertanya lebih jauh.

Mereka pun sampai di lembah tempat tetua peri berada.

"Kemakmuran untuk Zephyra," sapa Ophelia yang diikuti oleh Regina.

"Ophelia… sudah lama sekali kau tidak mengunjungiku," ujar Slyp girang dan langsung menggapai kedua tangan Ophelia.

"Guru, ada yang ingin aku tanyakan padamu," ujar Ophelia, tatapannya yang serius membuat Slyp mengerti tentang apa yang ingin ditanyakan Ophelia. Ia pun melihat ke arah Regina. Regina yang paham, langsung keluar dari lembah dan meninggalkan Ophelia berdua bersama Slyp.

"Katakan, apa yang ingin kau ketahui putri?" tanya Slyp lembut.

"Apakah ramalan itu benar-benar akan terjadi?" tanya Ophelia serius.

"Rupanya Oberon sudah memberitahumu ya? Ya, ramalan itu benar," jawab Slyp.

Ophelia menggigit bibir bagiah bawahnya, tubuhnya menggigil hebat seolah hawa dingin merasuki seluruh tubuhnya. "Apa yang harus aku lakukan, Guru? A-aku sangat takut, bahkan sampai saat ini kemampuan sihirku hanya sedikit dan aku belum bisa terbang," ucap Ophelia ketakutan.

"Tenanglah Ophelia, kemarilah. Aku akan tunjukkan sesuatu kepadamu." Slyp pun mengajak Ophelia melihat isi cawan besar. Ophelia diperlihatkan sebuah negeri yang jauh berbeda dengan Zephyra, dan memperlihatkan makhluk yang jauh berbeda dengan peri.

"Apa maksud dari semua itu, Guru? Tempat apa itu? Siapa mereka?" tanya Ophelia yang bingung karena tidak mengenal tempat itu.

"Makhluk itu disebut manusia, mereka semua tinggal di negeri yang bernama Elleslong, benua manusia. Di sana, tidak ada sihir ataupun kemampuan terbang. Mereka makhluk terlemah di Alterniamon, namun mereka makhluk yang sangat pintar. Kau lihat, mereka semua bekerja keras membangun kota, mereka mencari cara bagaimana bercocok tanam dan membuat pupuk. Berbeda dengan kita, para peri yang semuanya mengandalkan kekuatan sihir, mereka bisa melakukannya hanya dengan berfikir dan bekerja keras," terang Slyp panjang lebar.

"Manusia? Sebenarnya seberapa luas Alterniamon ini?" gumam Ophelia.

Slyp tersenyum, "Kau akan mengetahui semua kebenarannya ketika nanti kau mendapat anugerah peri langit, Ophelia," ujar Slyp.

"Benarkah, Guru?" tanya Ophelia, matanya berbinar terang.

"Iya," jawab Slyp singkat, ia memegang dagu Ophelia dengan lembut sambil menatap matanya, "Jadi, kau tidak boleh menyerah begitu saja, makhluk yang paling lemah saja bisa bertahan hidup, apalagi kau yang merupakan seorang peri."

Sejak saat itu Ophelia merasa yakin bahwa dirinya mampu.

***

Hari pada malam sameton pesta panen.

Ophelia sudah memakai baju ritualnya yang serba putih dengan ornamen emas senada dengan rambutnya yang berwarna emas, semua terkesima dengan kecantikan Ophelia. Ia pun berjalan menuju altar Yggdrasil yang dikelilingi oleh petinggi peri. Oberon dan Arthemis juga berada di sana untuk menyambut Ophelia lalu mengantarkannya ke pembaringan yang terbentuk dari ranting Yggdrasil.

Semua peri menyanyikan doa peri. Ophelia memejamkan matanya sambil mengumpulkan kedua tangan di dadanya. Dipimpin oleh Slyp yang merupakan tetua peri, ritual pun dimulai.

Slyp mengangkat kedua tangannya yang membawa cawan berisi mata air suci dan mencampurnya dengan getah pohon kehidupan Yggdrasil, seketika cahaya terang keluar dari sana. Setelah itu, Arthemis dan Oberon meneteskan darah dari jari mereka masing-masing ke cawan itu. Warna air pun berubah menjadi merah seperti anggur. Kemudian Slyp menuangkannya ke sisi atas pembaringan. Lalu cairan suci itu terserap ke dalamnya.

Tempat itu pun di penuhi cahaya, pohon kehidupan Yggdrasil pun berubah menjadi putih berkilauan. Semua peri terkejut, termasuk Oberon dan Artemis yang takjub akan reaksi Yggdrasil, karena belum pernah terjadi yang seperti ini.

Slyp mulai membacakan rapalan peri, diikuti oleh doa peri mengiringi pemberkatan Ophelia. Semakin lama Ophelia merasakan efeknya, semua gambaran kehidupan di alterniamon tergambar jelas di pikirannya. Kemudian anak ranting Yggdrasil melilit tubuhnya dengan lembut seolah memberi tahu kepada Ophelia bahwa semua yang ada di dunia ini adalah jiwa alterniamon dengan Yggdrasil sebagai jantungnya. Setelah itu jiwa Ophelia dan Yggdrasil saling terhubung.

"Dexou tin Ofilia na einai nyfi sou o skotadi! (Terimalah Ophelia sebagai pengantinmu wahai kegelapan!)" gumam Slyp diam-diam. Seketika tubuh Ophelia mengeluarkan suatu tanda seperti titik di kedua sisi punggungnya yang belum pernah di dapatkan oleh peri penerima berkat langit, namun tidak ada yang menyadari kemunculan tanda itu termasuk Ophelia.

Acara ritual pun selesai. Setelah memeluk Oberon dan Arthemis, Ophelia menghampiri teman-temannya.

"Selamat tuan putri Ophelia, kau sudah resmi menjadi penerus tahta sekarang," ucap Kiev.

"Stt, Kiev, kau ini selalu saja menggoda tuan putri," ucap Regina sambil menyikut lengan Kiev.

"Hahaha, tidak apa Regina. Terima kasih Kiev. Ngomong-ngomong kau kan juga akan menjadi penerus penjaga sungai," ujar Ophelia berbalik menggoda Kiev.

"Agh iya, sungguh merepotkan! Bahkan aku harus bertanggung jawab pada ikan-ikan yang saling berkelahi. Tidak penting sekali!" oceh Kiev. Ophelia dan Regina tertawa terbahak-bahak.

Ditengah asyiknya mereka mengobrol, tiba-tiba terdengar suara teriakan Oberon, "ARTHEMIS!" Seketika semua peri mengerubungi mereka berdua.

Ophelia berlari ke arah mereka, "Ada apa Ayah?" pekik Ophelia sambil terengah.

Ophelia membelalakkan matanya ketika melihat darah keluar dari mulut Arthemis. Tubuh Arthemis menjadi sangat rapuh jika keluar dari antarium untuk waktu yang lama. Hal itu membuat Arthemis tak sadarkan diri.

Oberon pun langsung terbang sambil membopong Arthemis menuju Antarium dan diikuti oleh Vienna. Ophelia dan Regina pun mengejarnya dengan cepat lalu melompat dari satu pohon ke pohon lain untuk menggapai Antarium.

Ketika tiba di sana, Ophelia melihat Oberon menangis tersedu-sedu sambil berlutut di samping ranjang Arthemis. Sontak tubuh Ophelia bergetar hebat, dengan tangan bergetar ia mendekati dan mencoba meraih punggung Oberon namun diurungkannya karena melihat Arthemis masih bernafas meskipun terlihat berat, "A-ayah," panggil Ophelia terbata.

Arthemis membuka matanya lalu bersuara sangat lemah, "Ophelia sayang, anakku, maafkan Ibu, nak. Sudah saatnya Ibu harus kembali ke Surga." Arthemis tersenyum lembut ke arah Ophelia.

"I-ibu, tidak! Jangan tinggalkan aku!" rengek Ophelia dan ikut berlutut di samping ranjang lalu meremas pinggiran sutra yang menjadi kasur Arthemis.

"Ibu tidak meninggalkanmu, sayang. Ibu akan selalu mengawasimu dari Surga sana. Jaga dirimu baik-baik anakku, dan selalu berbahagialah….," ucap Arthemis lembut.

Lambat laun Arthemis pun menutup matanya, tubuhnya mengeluarkan bola-bola cahaya kekuningan dan berkumpul menjadi satu. Sebuah cahaya terang terbuka dari langit menembus atmosfer alterniamon dan membentuk sebuah jalan, lalu gumpalan cahaya itu pergi bersamaan dengan cahaya langit yang mulai redup.

Tenggorokan Ophelia tercekat hingga membuat dadanya terasa sesak, warna kemerahan merangkak naik di wajah putihnya, ia tidak bisa mengeluarkan kata apa-apa lagi, tangisnya pun pecah.

Seluruh penduduk zephyra gempar, mereka semua sadar bahwa itu adalah cahaya dari surga untuk menjemput ratu Arthemis. Mereka semua kaget dan bersedih karena kehilangan Arthemis yang menjadi ratu ke-5 mereka untuk selamanya. Dan untuk beberapa hari, kerajaan zephyra merayakan kedukaan.