"Selamat sore pak, Bu" Ucap Dokter Diana yang selama ini menangani Nia.
"Sore dokter" Ucap Nia dan Dion bersamaan.
"Bagaimana ibu Nia keadaannya?" Tanya Dokter Diana sambil memeriksa Nia.
"Saya merasa sudah sangat membaik dok"
"Benar, kondisi ibu jauh lebih membaik dalam beberapa hari ini. Saya seneng sekali melihat perkembangan ibu" Ucap dokter Diana sambil tersenyum puas.
"Beberapa hari? Mengapa saya baru diberi tahu sekarang bahwa mama telah membaik?" Tanya Dion, yang tidak terima bahwa dokter Diana menutupinya dari Dion.
"Maafkan aku, tapi mama mu yang memintanya. Ingin memberi kejutan katanya" Ucap dokter Diana sambil menaik turunkan alisnya, seraya menatap Nia yang kini tersenyum puas.
"Mama, tapi kenapa?" Tanya Dion, masih tidak terima dengan perlakuan ibunya itu.
"Kau tau, aku mulai membaik sejak Diandra kau bawa kesini, entah mengapa aku sangat menyukainya. Dan berharap bahwa Tuhan masih memberikan umur panjang untukku menyaksikan hari bahagia kalian berdua" Terang Nia, matanya kini beralih kearah Diandra yang hanya menunduk akibat malu.
"Oh, jadi ini Diandra yang ibu Nia ceritakan?" Tanya dokter Diana seraya menunjuk Diandra yang masih menunduk.
"Iya benar dok. Cantik, bukan?"
"Cantik, cocok dengan pak Dion. Kalian pasti akan menjadi pasangan yang sangat begitu serasi" Ucap Dokter Diana, lagi lagi berhasil membuat Diandra kalah malu.
"Doa kan saja, agar keduanya berjodoh ya dok" Ucap Nia sambil tertawa kecil yang kemudian diikuti oleh dokter Diana.
"Tentu saja ibu, kalau begitu saya permisi dulu. Kemungkinan 2 hari lagi ibu bisa pulang, nanti saya periksa lagi ya" Ucap Dokter Diana, Nia hanya mengangguk seraya tersenyum puas mendengar ucapan dokter Diana.
Setelah memastikan dokter Diana tidak ada lagi diruangan Nia, Dion segera mendekati ibunya.
"Ma, mama juga menceritakan tentang Diandra pada dokter Diana?"
"Tentu saja, aku sangat bangga padanya. Mengapa? Aturannya kau senang ibu mu ini menyukai gadis pilihan mu" Terang Nia
"Iya ma, baiklah"
"Diandra sini" Panggil Diana seraya menepuk bangku kosong yang berada di sampingnya, Diandra hanya menuruti saja permintaan Nia.
"2 hari lagi, kamu kesini ya. Kalau kamu tidak kesini Tante akan menunggu kamu sampai kamu kesini, Tante ingin kamu mengantarkan Tante pulang" Ucap Nia berharap bahwa, gadis itu mau menuruti permintaannya.
"Ma, tapi Dian itu sekolah. Ayo lah ma, jangan seperti anak kecil" Sambung Dion yang merasa semakin tidak enak, memberatkan Diandra.
"Diam kau Dion, aku sama sekali tidak berbicara denganmu" Terang Nia, hal itu membuat Dion kini merasa diasingkan.
"Iya Tante, Diandra usahakan untuk bisa menemani Tante ya" Ucap Diandra sambil mengelus tangan Nia dengan sangat begitu lembut.
***
"Tante, Dian pamit dulu. Sudah mau magrib, nanti Dian main lagi untuk menjenguk Tante" Ucap Diandra sambil menyalami punggung tangan Nia.
"Hati hati dijalan ya sayang, belajar yang rajin biar cepat tamat" Ucap Nia sambil mencium lembut kening Diandra, Diandra hanya bisa tersenyum merasakan ketulusan kasih dan sayang yang diberikan wanita paruh baya itu pada dirinya.
"Dion antarkan calon menantuku dengan baik, jangan ngebut" Perintah Nia pada anak sematawayangnya yang suka ngebut
"Iya ma, tenang saja" Ucap Dion seraya memelas kan pandangannya menatap sang mama, rasanya kini anaknya bukan Dion lagi melainkan Diandra.
"Dian jika Dion jahat kau bisa mencubit atau memukulnya"
"Ma, sudah aku katakan jangan jadi tua yang menyebalkan" Terang Dion lalu segera menarik lengan Diandra meninggalkan sang mama. Nia hanya tertawa geli melihat tingkah laku putranya itu, bisa ia pastikan bahwa putranya itu kini merasakan rasa cemburu karena kepeduliannya pada Diandra.
***
Hari semakin larut, jam tangan yang melingkar dijari Diandra kini menunjukkan pukul 8 malam, kemacetan membuat keduanya harus sama sama merasa kesal. Dion sangat begitu merasa tidak enak pada wanita yang berada disampingnya itu, matanya begitu sayu, menandakan bahwa ia kelelahan.
"Maafkan aku Dian" Batin Dion. sementara Diandra hanya menghembuskan nafasnya kasar, hatinya kini merasa sangat begitu tidak enak. Apa kata bibinya nanti, bisa bisa ia akan membuat fikiran buruk satu rumah.
"Pak, aku boleh tidur? Aku sangat begitu kelelahan." Ucap Diandra hanya karena tidak ingin pikiran jelek menghantui isi kepalanya.
"Tentu saja, nanti sampai akan aku bangunkan" Ucap dion. Diandra hanya mengangguk lalu segera memejamkan matanya.
Jalanan masih sangat begitu ramai, padahal besok bukan hari libur ataupun hari besar. Ini pertama kalinya sepulang dari rumah sakit Dion mengalami kemacetan separah ini.
"Pak didepan ada apa? Mengapa mobil tidak jalan jalan" Teriak Dion pada seseorang bermotor yang berada didepan mobilnya. Sontak seluruh penghuni jalan yang berada didekatnya menoleh kearahnya.
"Ada kecelakaan mas" Jawab pria yang di ajaknya berbicara tadi.
"Iya pak, truk terguling disana hal itu membuat kita tidak bisa jalan" Sambung penghuni jalan lainnya. Dion hanya bisa menghembus nafasnya begitu kasar. Ia sangat khawatir pada wanita yang berada disampingnya ini, seandainya tadi ia tidak membawanya maka pasti gadis ini akan segera tidur dengan begitu nyenyaknya.
Dion hanya bisa menggerutuki dirinya sendiri, entah jalan mana yang akan ia pilih. Dion melihat kanan dan kiri jalanan, ada sebuah hotel yang berada disamping kanan mobilnya. Tiba tiba lampu padam menandakan kini kematian listrik tengah terjadi, seluruh penghuni jalan semakin tak karuan, seorang tim sar berkata akan memakan waktu yang cukup lama untuk mengangkut truk tronton yang menutupi jalanan tersebut.
Dion berfikir kembali untuk membawa saja Diandra ke hotel yang berada disamping mobil miliknya itu, namun sebaiknya ia menghubungi wali Diandra saja dulu untuk meminta izin. Dion segera menghubungi nomor yang ia maksud.
Tak perlu menunggu waktu lama, seseorang dari sebrang sana langsung mengangkat panggilan dari Dion.
"Halo, selamat malam pak" Ucap Riandi dari sebrang sana.
"Malam, saya ingin mengatakan bahwa Diandra kini bersama saya" Ucap Dion to the point tanpa ingin berbasa basi
"Iya pak, tadi Rayan telah menyampaikannya. Lalu dimana kalian sekarang pak? Besok Diandra akan kesekolah. Saya takut dia telat"
"Maafkan saya pak Riandi, Kemacetan membuat kami terjebak. Kini kami berada dijalan Krakatau dan keadaannya disini listrik padam lalu sebuah truk tronton mengalami kecelakaan, hingga jalan terputus dan membutuhkan waktu lama untuk memperbaikinya, sehingga aku bermaksud membawa Diandra untuk menginap di hotel. Tapi kau tenang saja aku tidak berbuat yang macam macam, dan aku akan memesan dua kamar" Terang Dion. Dirinya juga tidak berniat merendahkan wanita dengan serendah itu.
"Pak, aku juga baru menonton berita tentang kecelakaan itu. Aku kira kalian tidak lewat sana"