"Wah, ternyata berita itu sudah menyebar ya. Aku rasa perlu proses yang panjang atas kecelakaan ini. Bahkan, banyak pengguna jalan yang kini sudah meninggalkan kendaraan mereka" Terang Dion, ia hanya bisa menggelengkan kepalanya, mengapa harus ada hal seperti ini menimpa dirinya dan Diandra.
"Ya, sudah pak. Kalau begitu bawa saja Diandra menginap di hotel itu. Kasihan juga dia, besok ia akan masuk sekolah begitu pagi" Ucap Riandi dari sebrang sana.
"Baiklah kalau begitu pak Riandi, aku tutup dulu telfonnya" Ucap Dion lalu segera mematikan ponselnya. Menaruhnya dalam saku dan keluar dari dalam mobilnya.
Dion membuka pintu mobil tempat Diandra tertidur sangat pulas, ingin membangunkan namun rasanya begitu kasihan melihat wajah kelelahan itu. Dion menghela nafasnya gusar, bagaimana bisa ia mengangkat tubuh wanita ini kedalam hotel, pasti akan banyak mata yang menganggap jelek keduanya.
Dion menatap dalam wajah Diandra, berusaha membangunkan gadis itu sambil mengguncangkan tubuhnya pelan. Namun, nihil setelah mencoba berkali kali tetap saja tidak membuahkan hasil. Tidak ada pilihan lain selain membopong tubuh mungil Diandra. Toh juga mereka tidak melakukan apa apa.
Dion memberanikan diri membopong tubuh Diandra, yang terbujur kaku akibat kelelahan itu, nafas Diandra begitu teratur. Semua mata kini tertuju pada Dion dan Diandra yang berada dalam gendongannya, tak jarang ada yang berbisik berkata jelek tentang Diandra dan Dion. Sudah Dion duga pasti hal itu akan terjadi. Namun, ia tak memperdulikan ia memilih untuk tetap membawa Diandra memasuki hotel tersebut.
"Mba, saya pesan kamar VIP 2" Ucap Dion, pada pegawai hotel yang bertugas mencatat pemesanan para tamu.
"Baik pak, untuk berapa hari?"
"Sehari saja" Jawab Dion.
"Sebentar ya pak"
"Berapa totalnya"
"2 kamar VIP untuk satu malam, totalnya 3.500.000" Terang pegawai itu seraya memberikan bil pembayaran pada Dion.
"Saya letak dulu teman saya, nanti pembayarannya saya lakukan dikamar." Ucap Dion, kemudian pegawai hotel hanya tersenyum mengangguk.
"Mari pak, saya antar" Ucap salah seorang pria yang bertugas melayani tamu yang akan menginap di hotel itu.
Diandra sama sekali tidak merasakan terganggu, bahkan ia merasa sangat begitu nyaman dalam gendongan Dion.
"Pak, ini kuncinya. Kamar satu lagi ada disebelah" Ucap penjaga itu seraya memberikan dua kunci kamar untuk Dion.
"Sebentar, saya tidak mungkin berada di dalam kamar ini bersama dengannya. Setelah saya meletakkan dia diatas kasur kamu bisa ikut saya sekalian membayar kamar ini" Terang Dion, dirinya sama sekali tidak ingin mendapat pandangan buruk dari orang lain lagi.
"Baik pak"
Setelah memastikan Diandra tidur dengan tenang, kini Dion berjalan keluar kamar diandra diikuti oleh pegawai hotel tersebut.
"Ini pembayarannya, dan kamu sekarang boleh pergi" Ucap Dion sambil menyerahkan uang tunai yang kebetulan tadi ia pegang.
***
Diandra yang baru saja sadar dari tidurnya, menggeliatkan tubuhnya merasakan rasa pegal yang teramat pada tubuhnya, dirinya melirik jam weker yang berada disamping kasurnya. Namun, ia baru menyadari bahwa ini bukan kamarnya.
"Astaga dimana aku?" Tanya Diandra sambil mengucek ngucek matanya, jantungnya berdegup dengan kencang. Entah dimana dirinya berada, apakah ia diculik.
"Seperti kamar hotel, apa yang aku lakukan disini? Dan mengapa bisa? Bukan kah, kemarin aku bersama dengan Dion" Ucap Diandra pada dirinya sendiri, tidak lama seseorang mengetuk pintunya, Diandra memilih segera berjalan kearah pintu masuk.
"Sudah bangun?" Tanya pria yang sangat ia kenali itu,
"Pak, mengapa aku bisa ada disini?" Tanya Diandra masih dengan wajahnya yang begitu panik.
"Kau sebaiknya siap siap saja dulu, hari semakin siang bisa bisa kau telat. Kau mandi saja, bajunya ya pake itu lagila" Ucap Dion sambil tertawa kecil melihat gadis bertubuh mungil itu masih mengenakan baju sekolah, dan jaket putih miliknya.
***
15 menit berlalu akhirnya gadis cantik nan idaman itu, keluar dengan seragam yang sama. Hanya saja wajahnya kini terlihat lebih segar dengan balutan bedak dan Liptin tipis yang selalu ia sediakan dalam tas sekolah miliknya.
"Cepat juga" Ucap Dion yang melihat gadis itu baru saja membuka pintu kamarnya.
"Iyalah nanti telat" Jawab Diandra seadanya, ia masih kesal pada pria ini yang tidak memberitahu mengapa Mereka berada disini. Dion hanya tersenyum tipis sambil menggelengkan kepalanya rasanya lucu sekali wanita yang berada disampingnya ini.
"Ya sudah, ayo pergi" Ucap Dion sambil menarik tangan Diandra, namun gadis itu menahannya.
"Pak, yang pertama kau harus jelaskan mengapa kita bisa berada disini, yang kedua kau tidak bisa seenaknya menarik tanganku"Ucap Diandra begitu marah, akibat ulah semena mena yang dilakukan oleh Dion.
"Maaf" Ucap Dion, seraya melepaskan tangan Diandra. Diandra hanya berdercik kesal sudah hampir 5 menit menunggu penjelasan pria ini, namun satu pun tidak ada yang ia jelaskan.
"Aku bisa pergi sendiri! Terimakasih" Ucap Diandra dengan nada yang begitu marah. Dirinya sangat begitu kesal pada pria yang berada dihadapannya itu. Ia tak habis fikir hanya menjelaskan saja tidak bisa.
"Dian, aku akan mengantarmu. Jalanan begitu macet kau tidak bisa menunggu angkutan umum dari sana, aku akan membawa mu menggunakan motor dari belakang" Ucap Dion, hal itu sontak membuat diandra yang berjalan langsung menghentikan langkah kakinya.
"Maka dari itu, aku membawa mu kesini, jika kita berada dimobil semalaman apa yang akan terjadi? Badan pegal pegal? dan kau bisa telat untuk sekolah. Aku tidak ingin berbuat jahat padamu, aku hanya sangat berterimakasih pada mu Karena telah mau membantuku, maka dari itu. Aku memutuskan untuk membawa mu kesini" Terang Dion, hal itu membuat Diandra langsung membalikkan tubuhnya. Menatap pria yang baru saja menjelaskan semuanya.
"Pak, maafkan aku. aku tidak bermaksud untuk memarahimu, mengapa kau tidak beritahukan padaku?" Tanya Diandra, sangat begitu merasa bersalah ternyata fikirannya yang terlalu buruk pada pria itu.
"Aku bukan pria yang banyak omong, aku juga bingung harus menjelaskannya dari mana, seharusnya kau tau jika aku memiliki itikad jelek padamu, aku hanya memesan kamar satu. Dan satu lagi selama kau mandi aku hanya menunggu mu di sofa koridor ini, bukan? Aku tidak kedalam kamarmu" Terang Dion, lagi lagi hal itu berhasil membuat Diandra merasa bersalah.
"Astaga Dian, dia ini berniat baik padamu. Mengapa kau berfikiran sependek itu. Andai saja kau dan dia didalam mobil bersamaan dalam waktu satu malam, mungkin saja terjadi hal yang tidak tidak. Namun, dia memilih memesan kamar hanya untuk menyelamatkan mu dari hal yang tidak tidak itu" Batin Diandra, ia berjalan mendekati Dion. Dengan wajah yang menunduk akibat merasa malu pada pria itu.