Chereads / Diandra Bagaskara / Chapter 21 - Ancaman

Chapter 21 - Ancaman

"Sudah Dian, ayo kita pergi bisa bisa kau telat. Jika harus bengong seperti itu"

"Iya iya pak" Ucap Dian terbata bata rasanya masih tidak enak dengan pria yang berada disampingnya ini.

Dion sudah mempersiapkan motor untuk mengantarkan wanita yang membantunya itu kemarin malam, ia bisa menduga bahwa jalan tidak akan diperbaiki semudah itu. Dion segera menelpon asistennya untuk mengantarkan motor yang ia sering ia pakai semasa SMA dulu.

"Ayo naik" Suruh Dion, hal itu membuat Diandra segera mengangguk dan naik keatas motor milik Dion tersebut.

Sepanjang perjalan tidak ada yang membuka suara, Dion Sibuk dengan membawa motor kesayangannya itu, dan Diandra yang kini dipenuhi rasa takut. Karena Dion membawa motor itu cukup kencang. Tanpa diandra sadari kini tangannya berhasil melingkar di perut sixpack milik Dion, Dion hanya tersenyum merasakan kehangatan dari pelukan gadis itu.

Tak perlu menunggu waktu lama. Dion hanya perlu waktu 10 menit untuk berhasil mengantarkan Diandra tiba disekolah yang baru kemarin ia tempati.

"Udah Sampek, turun" Ucap Dion sambil berusaha menepuk nepuk tangan gadis itu yang masih setia melingkarkan di perut miliknya.

Diandra yang dibuat kaget oleh Dion, langsung buru buru melepaskan tangannya. Rasa malunya kini memuncak ketika menyadari ia telah berada di parkiran sekolah nya itu, ditambah lagi kini ia menjadi pusat perhatian karena memeluk pria yang bukan anak sekolahan. Diandra memilih untuk segera turun dari motor kesayangan Dion itu, wajahnya berhasil memerah bak kepiting rebus.

"Hm, terimakasih hati hati dijalan" Ucap Diandra singkat, lalu meninggalkan Dion begitu saja, Dion hanya tertawa kecil menyaksikan tingkah laku gadis itu. Rasanya begitu menggemaskan, lalu ia memilih untuk memutar balik motonya dan meninggalkan sekolah itu, agar tidak ada yang mengetahui bahwa ia adalah guru disekolah itu. Bagaimana pun juga ia tetap harus menjaga nama baik Diandra dan dirinya sendiri.

"Dian tadi siapa?" Tanya Abel yang tiba tiba berada di belakangnya , Dian hanya menggeleng lemah. Tidak mungkin ia memberi tahu bahwa itu adalah pak Dion. Guru mereka, bisa bisa reputasi ia sebagai seorang guru dan juga dirinya sendiri sebagai murid baru, akan mengalami ketidak pantasan disini.

"Hm, gak siapa siapa kok"

"Itu kayaknya bukan Rayan deh, Rayan juga motornya engga gitu" Ucap Abel mengintrogasi temannya itu

"Iya emang bukan Rayan, gue kan juga gak ada bilang dia Rayan" Terang Diandra yang kini mulai gugup akan berbohong seperti apa lagi.

"Bokap Lo?" Tanya Abel semakin penasaran.

"Bokap gue udah meninggal" Terang Dian lalu meninggalkan Abelia begitu saja, Abel yang merasa bersalah telah bertanya seperti itu. Memilih untuk menutup mulutnya dan tidak ingin kepo lagi tentang siapa laki laki yang mengantarkan Dian tadi.

Dian memasuki kelasnya, melihat sudah ada Rayan tepat dibelakang kursinya. Dian menghela nafasnya kasar, seperti anak anak tidak tahu diri. Rayan ke sekolah cepat hanya untuk menutup matanya. Padahal kedua orang tuanya tengah berusaha semaksimal mungkin untuk berusaha menyekolakannya.

Rian yang sadar ada seseorang yang duduk di hadapannya, langsung membuka matanya. Lalu berdiri dan menarik tangan Diandra dengan begitu kasar. Sontak hal itu membuat Diandra merasakan kesakitan yang teramat pada tangannya.

"Sini! Masuk" Ucap Rayan begitu kasar membawa Diandra kegudang sekolah.

"Rayan! Apa apaan si" Ucap Diandra kini suaranya jauh lebih keras dari pada Rayan sendiri. Rayan hanya tersenyum sinis

"Mana tugas gue?!" Bentak Rayan yang tak mau kalah dengan Diandra yang meninggikan suaranya.

Diandra baru teringat, kemarin Rayan menyuruhnya untuk mengerjai tugasnya dan hari ini pelajaran bahasa Indonesia, adalah pelajaran pertama yang akan dimulai. Diandra hanya diam sambil menatap sepatunya. Ia bingung harus berkata apa pada pria itu.

"Lo belom kerjain kan?" Tanya Rayan menangkap dagu Diandra, Diandra hanya memejamkan matanya berharap ada seseorang yang membantunya. Namun, siapa yang berani membantah penguasa sekolah? Gudang ini adalah gudang yang tak mungkin di jangkau guru, karena tepat berada di belakang sekolah.

"Jangan lo kira gue gak tau Lo ke hotel sama Dion kemarin! Kalau Lo macam macam sama gue liat aja ya! Sekarang siniin tugas Lo, gue gak mau kenak hukum!" Ucap Rayan sambil menghempas kan tubuh Dian, lalu mengacak acak tasnya dan meninggalkannya begitu saja.

Diandra hanya bisa diam menatap apa yang dilakukan pria itu padanya, ia tak habis pikir mengapa pria itu tega melakukan hal seperti itu pada wanita. Diandra menghela nafasnya kasar.

"Tidak boleh ada air mata" Ucap Diandra begitu saja, ia berjanji akan menghadapi apa saja yang akan terjadi. Diandra menghapus air matanya lalu berjalan kearah toilet sekolah memastikan bahwa dirinya sudah dalam keadaan yang rapi.

Diandra memasuki kelasnya, semua tatapan menatap aneh pada diandra, namun ia masih terlihat seperti biasa saja dan tidak terjadi apa apa. Sekilas matanya menatap Rayan yang melirik kembali dirinya dengan begitu sini. Diandra memilih membuang muka kearah lain..

"Dian kamu gak apa apakan?" Tanya Abelia, yang tadi melihat Rayan membawa Diandra Dengan begitu kasar.

"Emangnya aku kenapa?" Tanya Diandra, sambil meletakkan tas yang ia sandang tadi.

"Tadi Rayan bawa kamu, gak di apa apain kan sama Rayan?" Tanya Abelia sambil memperhatikan dari atas hingga bawah tubuh Diandra. Abelia sangat mengenali Rayan ia pria yang begitu kasar saat disekolah, ia akan menghajar siapa saja habis habisan. Tidak perduli perempuan ataupun laki laki, bahkan wanita yang mencintainya pun akan ia habisi. Namun, saat dirumah Rayan bertingkah seperti anak anak.

"Engga kok, dia sepupu aku. Gak mungkin juga dia nyakitin aku" Ucap Diandra berbohong. Diandra memasang senyum nya memastikan bahwa dirinya baik baik saja dan tidak terjadi apapun padanya.

"Syukurlah" Ucap Abelia sambil mengelus lembut pundak Diandra..

"Pagi anak anak" Ucap pak Bram yang baru saja datang

"Pagi pak" jawab siswa siswi 12 IPS 2 itu bersamaan. Diandra menghela nafasnya, ini pertama kalinya ia tidak mengerjakan tugas sekolah, jantungnya berdegup dengan kencang.

"Kalau begitu, kumpulkan tugas kalian semua ya" Ucap pak Bram sambil mendudukkan bokongnya diatas kursi. Seperti biasa ketua kelas akan segera berjalan sambil mengumpul seluruh tugas tugas mereka.

"Tugas lo mana Dian?" Tanya Jeremi, ketua kelas 12 IPS 2 itu pada Diandra.

"AA aku" Ucap Dian terbata bata, dirinya bingung akan berkata apa.

"Tugas dia ga siap" Ucap Rayan seraya meninggikan suaranya, sontak semua mata tertuju pada rayan. Sementara Diandra hanya diam saja sambil menatap meja.

"Diandra?! benar apa yang dikatakan Rayan?" Ucap pak Bram yang mulai meninggikan suaranya.