"Pak, tapi ini bukan rumah sakit tempat ibumu di rawat kan?. Apa kau mengerjai ku? Kau ingin meninggalkan aku? aku salah apa pak? Saat kau mengajar tadi aku sama sekali tidak berisik aku mendengarkan semua penjelasan mu dengan sangat baik. Bahkan aku sudah selesai mengerjakan pekerjaan sekolah dari mu" Ucap Diandra panjang lebar, berharap pria yang berada disampingnya ini tidak jadi meninggalkannya begitu saja.
"Siapa yang akan mengerjai mu?"
"Pak, lalu untuk apa memintaku turun dipinggir jalan?"
"Kau lihat apa yang ada didepan kita?"
"Itu mie ayam" Tunjuk Diandra ada gerobok mie ayam yang berada didepannya.
"Dari tadi aku mendengar perutmu berbunyi, kau lapar, bukan?" Tanya Dion sambil menaik turunkan alisnya. Diandra hanya menggaruk tengkuknya yang tak gatal rasanya kini ia begitu sangat malu.
"Ayo turun" Ajak Dion untuk kesekian kalinya. Dion segera membuka pintu mobilnya, yang kemudian diikuti oleh Diandra.
"Mang, mi ayam dua. Seperti biasa satu pedes ya mang" Ucap Dion pada penjual mie ayam itu.
"Pak, aku juga pedes" Sambung Diandra yang ternyata menyukai makanan pedas sama seperti Dion.
"Oh, mang dua duanya pedas" Teriak Dion pada penjual mi ayam itu
"Siap pak Dion" Ucap penjual mie ayam itu sambil mengajukan dua jempolnya kearah Dion dan Diandra yang tengah duduk, sembari menunggu pesanan mereka datang.
"Ternyata orang sepertimu, suka makan di pinggir jalan juga ya pak" Ucap Diandra membuka suaranya.
"Emngnya aku orang seperti apa?" Tanya Dion
"Kau, orang kaya raya. Tapi kau suka makan dipinggir jalan? Bahkan penjualnya sangat mengenal dirimu"
"Tentu saja. Ini mie ayam langganan aku dan ibuku sewaktu ibuku masih sehat. Ibuku bukan orang yang suka makan di restoran mahal. Tidak lezat katanya" Ucap Dion yang kemudian diiringi tawanya dan juga Diandra.
"Kalau kau? Kau suka juga makan dipinggir jalan?"
"Suka. Sama seperti mu, aku dan almarhum ibuku sering makan dipinggir jalan" Terang Diandra yang kemudian mendapat anggukan dari Dion.
"Kalau begitu, kau bisa membawa aku ketempat favorit kalian lain kali" Ucap dion berharap wanita ini mau menuruti permintaannya.
"Tentu saja pak, namun jauh. Temat favorit kami berada di kota"
"Oh, dahulu kau tinggal dikota?" Tanya Dion memastikan, Diandra hanya mengangguk mengiyakan jawaban pria yang berada di hadapannya itu.
"Lalu, mengapa tidak tinggal disana saja lagi?"
"Sudah di sita pak, kebenaran membuktikan papa ku korupsi" jawab Diandra seketika matanya menatap kosong kebawah. Ada rasa sakit hati ketika mengingat kembali kejadian itu
"Maafkan aku, maafkan aku tidak bermaksud seperti itu" Ucap Dion merasa tidak enak dengan wanita yang berada di hadapannya ini.
"Tidak pak, tidak masalah"
"Pak Dion, ini pesanannya" Ucap penjual mie ayam itu sambil meletakkan mangkuk berisi pesanan Dion dan Diandra.
"Ya sudah, kita makan dulu" Ajak Dion pada wanita yang berada dihadapannya itu, Diandra hanya mengangguk lalu segera menikmati makanan yang disuguhkan penjual mi ayam itu.
20 menit berlalu keduanya telah selesai dengan makanan masing masing, keduanya memilih duduk terlebih dahulu sebelum melanjutkan perjalanan menuju rumah sakit. Terlihat wajah Diandra yang kini kekenyangan akibat porsi mie ayam yang dipesan oleh Dion memang berbeda, ia memesan porsi besar karena Dion sangat menyukai mie ayam tersebut.
"Kau kekenyangan?" Tanya Dion sambil tertawa kecil melihat gadis bertubuh langsing dihadapannya itu, kini mengelus ngelus perutnya.
"Pak, kau porsi yang memesannya sangat banyak." Ucap Diandra begitu sangat lemah akibat kekenyangan.
"Aku memang makan seperti itu" Jawab Dion dengan tawa yang tidak henti melihat gadis kecil yang berada di hadapannya itu.
"Untung saja lezat, jadi aku bisa menghabiskannya dengan senang hati" Ucap Diandra sambil tersenyum puas seraya mengajukan kedua jempolnya. Dion hanya menggelengkan kepalanya dengan tawa kecil.
"Pak, berapa semuanya?" Tanya Dion pada penjual mie ayam yang sedang berjalan menghampiri kedua insan itu.
"80.000 pak" Ucap penjual itu, membuat Dion langsung mengeluarkan uang dari sakunya. Menyertakan uang merah dua lembar.
"Ambil saja kembaliannya untuk bapak, ini semua karena masakan bapak yang begitu lezat" Ucap Dion yang kemudian meninggalkan meja mie ayam tempatnya makan dengan Diandra tadi. Diandra hanya mengikuti langkah kaki Dion dengan tak bisa berkata kata apalagi.
"Terimakasih banyak pak Dion" Teriak penjual mie ayam itu.
Keduanya memilih segera masuk kedalam mobil, dan melanjutkan perjalanan menuju rumah sakit tempat dimana ibu Dion dirawat, setelah beberapa menit dalam perjalanan, akhirnya keduanya tiba ditempat yang mereka tuju.
Diandra dan Dion segera turun, dan berjalan diantara koridor rumah sakit. Semua mata tertuju pada keduanya, lelaki berkemeja hitam dan celana keper serta Gadis berrok SMA berjaket pink terlihat sangat begitu serasi.
"selamat sore pak Dion" Ucap salah satu seorang suster yang menjaga ibu Dion, Dion hanya mengangguk seraya tersenyum tanpa ingin menjawab perkataan sang suster.
"Diandra sayaaang" Ucap Nia begitu sangat antusias dengan kehadiran seseorang yang sangat ia tunggu tunggu itu.
"Tante, Tante apa kabar?" Tanya Diandra seraya mengecup pipi Nia begitu sayang, ketika melihat Nia. Diandra sangat bisa merasakan ketulusan yang dimiliki oleh wanita itu. Ia seperti berada disisi ibunya, penuh dengan kasih sayang.
"Tante semakin membaik, kamu apa kabar sayang?" Tanya Nia sambil mengelus kepala Diandra yang berada di tangannya, dengan begitu sayang.
"Dian juga baik Tante"
"Kamu baru pulang sekolah?"
"Iya Tante, Diandra sempatin kesini karena udah kangen banget sama Tante. Pengen liat Tante" Ucap Diandra, hal itu sontak membuat Nia tersenyum manis.
"Kamu cantik sekali, kamu juga memilik hati yang baik"
"Tante juga cantik, bahkan dengan keadaan seperti ini. Tante begitu cantik" Ucap Diandra, keduanya berhasil tertawa. Membuat Dion berdeghem karena tidak diakui disana.
"Ehem"
"Lihat tu, anak Tante dia cemburu" Ledek Nia, sambil menaik turunkan alisnya mengode Diandra ikut melirik kearah Dion. Diandra hanya tertawa kecil.
"Dian seandainya kamu sudah lulus sekolah, Tante akan segera melamar kamu untuk anak Tante. Kamu tau tidak dia itu tertutup pada wanita, dan dia sama sekali tidak pernah pacaran. Seharusnya kamu bersyukur mendapatkan pria sepertinya"
"Tentu saja, dia bersyukur mendapatkan aku ma." Sambung Dion yang ikut membanggakan dirinya.
"Diandra, tapi dia itu sangat begitu sombong. Sehingga hanya kamulah wanita yang mau membersamainya" Ucap Nia seakan akan menaik ulurkan perkataannya tentang Dion, yang harus dibanggakan oleh Diandra.
Diandra hanya bisa tertawa sambil mengangguk angukkan kepalanya, rasanya sangat begitu nyaman berada di dekat kedua ibu dan anak ini. Namun, Diandra harus menerima kenyataan bahwa ini hanya sementara Sampai Dion menemukan wanita yang tepat untuknya.