Chereads / Diandra Bagaskara / Chapter 13 - Kecelakaan

Chapter 13 - Kecelakaan

"Baiklah mas, apakah kau sudah makan?" Tanya Reni, kini rasa kekhawatiran pada dirinya bisa terobati akibat melihat sang suami sudah berada dirumah.

"Sudah. Dian mengapa masih ada disini? Besok adalah hari pertamamu masuk sekolah, segeralah pergi tidur." Suruh Riandi saat melihat bahwa keponakannya itu masih berada disamping istrinya.

"Dia tadi menemaniku mas, untuk menunggu pulang" Ucap Reni

"Ya sudah paman, bi. Aku pamit keatas dulu" Ucap Diandra sambil tersenyum manis, lalu meninggalkan sepasang suami istri itu.

Setelah memastikan Diandra tidak terlihat di anak tangga, Reni segera duduk disamping sang suami. Ingin memberikan kabar gembira.

"Mas" Panggil Reni dengan bahagianya.

"Kenapa? Tumben wajahmu bahagia sekali saat bertemu aku pulang"

"Kau tahu?" Tanya Reni masih dengan wajah bahagianya

"Tidak" Jawab Riandi seadanya, ia memang tidak tahu apa yang akan disampaikan istrinya itu.

"Mas, aku belum selesai" Jawab Reni berdecik kesal mendengar jawaban sang suami.

"Ya sudah, katakan lah"

"Tadi, Pak Dion dan Dian pulang bersama" Ucap Reni masih setia dengan wajah bahagianya

"Oh, pak Dion meminta bantuan lagi kepada anak itu?"

"Tidak mas, tidak"

"Ha? Maksudmu mereka kencan kah?" Tanya Riandi yang begitu dibuat tercengang

"Iya mas, kau tau Diandra tadi meminta izin padaku untuk kemakam ibunya. Tapi tertuanya dia malah pergi bersama pak Riandi. Itu artinya kesempatan kita untuk menjodohkan mereka sangat begitu dibuahkan hasil mas" Ucap Reni sangat begitu antusias.

"Semoga saja, tapi setauku makam ayah pak Dion dan Makam kedua orang tua Dian itu sama. Pak Dion saat jam istirahat akan mengunjungi makam itu, karena kantornya berada didekat makam itu. Ku rasa mereka hanya bertemu lalu pak Dion memberikan tumpangan" Jawab Riandi sejujurnya.

"Mas, mau ini merusak mood ku saja" Ucap Reni begitu geram dengan jawaban suaminya itu.

Sementara Diandra, kini memasuki kamarnya sambil memegangi perutnya yang sedari tadi berbunyi minta diisi. Diandra sudah kedapur tapi tidak menemukan makanan disana, Diandra segan jika memberitahukan kondisinya pada sang bibi.

"Bagaimana bisa tidur, jika kelaparan seperti ini?" Tanya Diandra pada dirinya sendiri. Diandra melirik kearah pintu balkon.

"Mungkin akan lebih baik jika berada disana, sampai ngantuk" Diandra memutuskan untuk berada dibalkon hingga kantuknya datang.

Mata Diandra menatap rumah megah milik Dion, dahulu rumahnya tak kalah megah dengan rumah ini. Andai saja mama dan papanya masih ada, pasti mereka bisa mempertanggungjawabkan segalanya dan Diandra tidak akan keluar dari rumah itu. Rumah peninggalan Kakeknya.

"Ma, pa. Diandra sekarang sudah diajarkan menjadi dewasa oleh waktu. Diandra harap mama papa tenang disana ya, jangan lupa jagain Diandra dari atas" Ucap diandra dengan pandangan yang masih menatap rumah megah itu. Rasanya ingin sekali mengulang kenangan dulu, seandainya Diandra bisa mengundurkan waktu ia akan itu dalam kecelakaan itu.

Flashback On

"Dian sayang, mama dan papa akan pergi dulu. Apa kau ingin ikut? Kau sudah lama berada dirumah, pasti kau sangat merindukan suasana luar" Ucap Wanita paru baya itu u seraya mengelus lembut rambut sang putri sematawayangnya itu, yang tak diizinkan sekolah sama sekali beberapa hari belakangan ini, oleh dirinya karena takut terjadi sesuatu.

"Tidak ma, aku tidak ingin kemana mana. Jika aku harus keluar maka aku akan ke Sekolah. Bertemu dengan teman teman ku dan juga belajar. Mama taukan seberapa cintanya aku dengan sekolah" Ucap Diandra masih saja tidak mengerti apa yang membuat dirinya tidak boleh pergi sekolah.

"Sayang dengarkan mama, kau akan sekolah tapi nanti ya. Dunia luar kini sedang tidak bersahabat dengan kita" Ucap Rahesa, mama Diandra, masih dengan begitu sabar menasehati sang anak.

"Ya sudah lah. Kalau begitu mama dan papa saja yang pergi, aku titip ramen saja" Ucap Diandra lalu segera meninggalkan sang mama dari atas balkon kamarnya, Rahesa hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.

"Mama pamit ya sayang, kamu baik baik ya dirumah." Ucap Rahesa pada putrinya yang kini bersembunyi dibalik selimut, Diandra memang seperti itu, jika merasa tidak enak maka selimutla menjadi tempatnya untuk berlindung.

8 Jam berlalu, Diandra sama sekali tidak menemukan mamanya, sudah menghubungi ponselnya berkali kali namun tetap tidak ada jawaban, biasanya kedua orang yang paling ia cintai itu tidak pernah meninggalkannya begitu lama.

"Ma, jawab dong" Ucap Diandra seraya melemparkan ponselnya ketempat tidur.

"Bi Ijah" Panggil Diandra pada pembantu rumahnya sambil menuruni anak tangga rumah megah milik keluarganya itu.

"Iya non? Ada apa, bibi mau pulang kampung dulu non. Anak bibi sakit dikampung"

"Astaga, Bi semoga anaknya cepat sembuh ya Bi." Ucap Diandra sambil menghamburkan pelukannya kearah Bi Ijah.

"Iya non, terimakasih banyak. Non Dian baik baik ya, mama sama papa belum pulangkan. Bibi pulang bersama Mang Dadang, sebentar lagi pasti nyonya dan tuan akan segera sampai" Ucap Bi Ijah sambil mengelus rambut Dian, Dian hanya mengangguk saja. Pasti saja mang Dadang ikut, mang Dadang dan bi ijah adalah suami istri yang bekerja dirumahnya dari ia masih belum hadir didunia ini.

"Bi, Dian harap bibi dan mang Dadang akan segera kembali kerumah ya Bu" Ucap Dian sambil memeluk BI Ijah, bagaimana pun juga ia sangat menyayangi mereka, saat orang tuanya tengah bekerja keluar kota maka mereka berdua la yang mengurusi dan memberikan kasih sayang lebih pada Diandra

"Bibi sama mang Dadang pasti pulang non, non tenang aja" Ucap Bi Ijah sambil meyakinkan Diandra. Diandra hanya bisa mengangguk sambil tersenyum lalu menatap nanar kepergian orang yang ia sayangi itu.

Dua jam berlalu dari kepergian Bi Ijah dan Mang Dadang. namun, kedua orang tuanya tak kunjung kembali, sudah berusaha menghubungi sebanyak banyaknya. Namun, tetap aja nihil, Perasaan Gadis cantik itu kini semakin kacau. Tiba tiba ponsel miliknya berdering tepat diatas kasur empuk dan nyaman miliknya itu.

"Mama" Teriaknya dengan spontan, namun ternyata dugaan Diandra salah.

"Nomor tak dikenal?" Tanyanya pada dirinya sendiri.

"Dari pada penasaran aku angkat saja lah"

"Halo?"

"Benar dengan anak dari Ibu Rahesa Bagaskara?" Tanya salah seorang disebrang sana

"Iya benar, ada apa?" Tanya Diandra dengan begitu datar

"Sebelumnya saya adalah petugas rumah sakit Kasih Bunda. saya mendapatkan nomor kamu, dari ponsel ibu kamu. Saya dan rekan saya menemukan mobil plat B 222 CB dengan keadaan terbalik, ibu anda bersama satu orang pria yang identitasnya masih dalam penyelidikan, mereka berdua dalam keadaan yang tidak bernyawa" Terang Salah satu petugas rumah sakit itu. Mata Diandra membulat sempurna, kakinya gemetaran keringatnya bercucuran