"Ngga, kamu okay?" tanya Jessy yang lebih persis dibilang seperti teguran. "Kenapa melamun? Apa ada menu yang tidak kamu suka?"
Mustahil! Mana mungkin begitu? Tidak ada satu pun makanan yang tidak Angga sukai di atas meja. Bahkan jika piring bisa dimakan maka dia akan memakannya karena masih diciprati oleh citarasa menggugah seleras dari makanan-makanan yang tersedia di atasnya.
Jadi lelaki itu tentu saja segera menggelengkan kepala. Dan meskipun dia kesal dengan ketidakadilan di runia ini, mana mungkin dia mengakuinya di depan Jessy? Sekaligus seolah menyalahkan Jessy atau semua ini. Gadis itu tidak salah sama sekali.
"Tidak kok. Aku hanya kagum dengan restoran milik orang tuamu. Tempatnya sangat mewah dan bisa seramai ini. Aku hanya penasaran bagaimana mereka mengelolanya," kata Angga.