Brayan tidak tahu darimana Alisa bisa mengetahui keberadaan dirinya saat ini. Selepas kuliah berakhir, dia langsung pergi dari kelas menuju perpustakaan prodi sastra, mengasingkan diri sebelum masuk ke mata kuliah lainnya.
Dan, gadis itu seperti memiliki mata di mana-mana untuk menempel padanya.
Alisa mengulurkan susu kotak coklat kesukaan Brayan. "Minum dulu, serius banget belajarnya?" Tanpa diminta, dia duduk di depan pria itu.
Brayan bergeming.
"Kenapa ke perpustakaan prodi Sastra? Baca novel ya?" tanyanya pelan seraya menopang kepalanya di tangan yang bertumpu di atas meja. Mata bulatnya tak bosan-bosan menatap wajah tampan Brayan yang membuatnya terpesona.
"Tadi kuis nya susah banget ya, Ryan? Kamu dapat nilai berapa? Aku tujuh, pas banget ya, hehe. Jadi enggak perlu mengulang," katanya lagi.
