Bab 152.
"Mereka lagi ngomong apa. Kenapa Alina sampai duduk dan juga megang kepalanya. Apa yang dikatakan Satria sehingga dia terlihat begitu marah dan juga emosi?" Bryan yang memerhatikan kedua orang itu pun jadi penasaran.
Dia terus saja mengawasi dari jarak yang cukup jauh namun tidak terlihat oleh Alina maupun Satria.
"Apa yang aku bilang benarkan. Kamu cuma manfaatin aku karena kamu gak ada teman. Kamu dijauhi sama anak-anak, iya kan!"
Alina menggeleng tidak percaya. Berulang kali dia mengatakan kepada hatinya bahwa yang sedang ada dihadapannya saat ini bukanlah Satria.
Melainkan orang lain. Dia juga berulang kali menetapkan jika ini adalah halusinasi, tidak nyata.
"Pantaslah Tia pergi dari lo, Al. Ternyata gini sikap asli. Sifat alami sebagai teman. Teman yang bisanya cuman manfaatin orang lain untuk kesenangan diri sendiri. Menyedihkan!" kata Satria yang emosi.
Dia tidak bisa mengontrol mulutnya. Karena itu yang diucapkan oleh Tia maupun Sinta kepadanya.