Ting. Pesan masuk. Alina segera meraih ponselnya dan kemudian tidur-tiduran. Dia nampak bahagia sekali.
"Al, besok kamu sibuk enggak?"
"Enggak, kenapa?"
"Aku mau main ke rumah boleh? Sekalian mau silaturahmi sama keluarga kamu. Enggak enak kalau aku terus-terusan ngajak kamu keluar tapi tidak pernah bertemu sama Mama atau Abang kamu."
Mata Alina membulat. Kenapa dia menjadi deg-degan mendengar Bryan ingin ke rumahnya.
Padahal itu hanya perkara kecil saja. Dia ingin bertamu, itu saja. Tapi kenapa rasanya seperti ingin dilamar.
"Al, kamu udah tidur ya?"
Brayan mengirimkan dua pesan lagi. "Alina!" Panggilanya.
"Duh, kenapa jantungku kek gini ya. Padahal dia cuma ketemu sama Mama doang kan. Tapi ada benarnya juga sih. Mama harus tahu kalau perginya sama Brayan. Ya, gak masalah," pikirnya.
"Ya ampun! Ternyata Brayan sampai nyepam gini. Mana aku kelamaan mikir lagi, astaga," ucapnya yang kemudian buru-buru membalas pesan dari Brayan.