"Tia, apa kamu memang tidak mau berteman lagi dengan Alina?"
"Aku nggak tahu soal itu."
"Kenapa kamu bisa tidak tahu."
"Entahlah!" Tia mengangkat kedua bahunya.
Lalu pandangannya tertuju pada jalanan yang ramai. Meski dia berada di tempat yang ramai, tapi hatinya selalu saja sepi.
"Nggak baik musuhan terlalu lama. Dulu bukannya kalian itu sahabat. Jadi menurut aku sih mending udahan aja kalian berantem ya kayak gini. Mau sampai kapan hubungan kalian terus nggak membaik," ucap Satria.
"Tapi aku nggak yakin bisa baikan lagi sama dia."
"Apa yang membuat kamu berpikiran jika tidak bisa?"
"Kamu lihat saja dia. dia terus saja mengalihkan pandangannya di saat mata kami bertemu dan juga tidak sengaja bertatapan. Dia mengabaikanku," kata Tia.
"Jangan mengambil kesimpulan terlalu cepat."
"Aku tidak mengambil kesimpulan terlalu cepat. Tapi aku hanya melihat dari fakta yang terjadi. Alina sepertinya sangat membenciku dan dia tidak mau berbaikan dengan ku," jelasnya.