Senja. Ternyata kau datang lagi. Senja, keinginan aku untuk bertemu dengan dia akhirnya menjadi kenyataan.
Aku bisa melihat senyuman yang sudah lama hilang. Senyuman yang tidak bisa aku saksikan.
Aku tahu jika aku egois dan juga tidak memiliki hak untuk mendapatkan kebahagiaan ini.
Namun, apakah boleh aku untuk melihat senyuman kamu terus? Meski tidak mungkin, tapi aku berusaha agar kita terus terjalin.
Terjalin seperti benang yang digabungkan menjadi satu dan juga sebuah pasangan.
Matanya masih sama, tapi tatapannya jauh lebih tajam dan juga penuh ketulusan.
Aku tidak pernah melihat dia sebahagia itu. Aku tidak menyangka jika penantianku selama 2 tahun mendapatkan hasil diluar ekspektasi.
Aku tidak meminta banyak. Aku hanya ingin terus bersama dia hingga maut memisahkan kami.
Ah, pikiran aku masih terlalu dini untuk memikirkan soal pernikahan.
Namun aku benar bahagia dan tidak ada kata yang bisa kuucapkan.