Alina mengindari Satria yang berusaha mengajaknya untuk berkomunikasi. Gadis itu sampai memblokir nomor Satria dari ponselnya.
Kemudian Alina mematikan benda itu seharian. Lalu saat dia menyalakan ponselnya, Alina mendapati notice banyak dari Satria serta juga panggilan masuk yang tidak terjawab.
"Hufh!" Suara napasnya seperti kesal dan memang dibohongi oleh Satria.
Laki-laki itu hanya berkata di mulut manis dan menyimpan pahit seperti empedu.
Alina telah merasakan pahitnya dikhianati, ditinggalkan dan kini dia harus merasakan rasanya dibohongi oleh seseorang yang sama lagi. Sosok yang dia percaya jika dia akan berkata jujur tanpa berbohong.
"Kok aku jadi marah gini sama Satria? Perasaan aku jadi aneh," ungkapnya.
Alina turun ke bawah dan menyapa Laras serta Toni. Mereka sarapan pagi bersama.
Rutinitas pagi sebelum ke sekolah atau bekerja. "Alina harus makan sayur biar kulitnya tetap lembut," kata Laras yang menyendok sayur ke dalam piring anaknya.
