"Gue gak sudi punya teman yang egois. Teman yang gak mau dengarin penjelasan. Kalau gue terus-terusan ada sama lo, gue yakin akan ada penyesalan nantinya," kata Gkadis yang mengajak Alina untuk pergi.
Gladis memeluk Alina seperti adiknya sendiri. Dia sedang berusaha untuk menjaga serta melindungi adiknya tersebut dari orang yang berniat jahat. Sekalipun itu Tia.
"Oh gitu. Gue gak kaget kok melihat betapa kompaknya kalian menyudutkan gue, menjatuhkan gue. Waw, perfect. Sempurna!"
"Jelas aja. Kami mikir pakek hati, bukan eneg emosi," balas Gladis.
Tia merasa sangat kesal, marah dan benci. Dia membanting pintu mobil dan kemudian melaju dengan kecepatan tinggi.
Isi kepalanya saat ini adalah pengkhianatan Alina dan kemudian gadis itu juga memisahkan dirinya dengan Gladis.
Sosok Kakak yang selalu ada untuk dia dan kemudian kini sudah beralih kepada yang lain.
Ia sangat merasa tersakiti. Dia menangis hebat dan berhenti di pinggir jalan yang sepi.
