"Cobalah untuk berpikir lebih dewasa sayang. Kamu adalah satu-satunya harapan Mami sama Papi agar bisa merebut kembali hak kita sayang."
"Benar sayang. Kalau bukan kamu, siapa lagi. Kamu harus mengambil apa yang seharusnya menjadi milik kamu dari Tika. Mengerti sayang?" kata si Ibu.
Sedangkan si Ayah hanya mendukung tanpa membenarkan ucapan si istri. "Mi, jangan ajarin Reva untuk dendam atau berbuat buruk. Kita hanya perlu mengambil hak kita tanpa mengurangi hak orang lain."
"Pi, apa kamu lupa dengan yang mereka lakukan kepada kita hah! Kamu lihat kita tinggal di mana sekarang. Rumah kecil, lusuh dan juga tidak sebagus rumah kita yang lama. Apa aku salah mengajari anakku agar dia mengambil apa yang sudah selayaknya dia dapatkan!" teriak istrinya.
"Uang bisa dicari, Mi. Tapi bagaimana dengan nyawa anak kita? Kamu tahu sedang berhadapan dengan siapa kan. Kita tidak punya kekuatan lebih untuk melawan mereka nanti."
