Hujan sudah mereda, tetapi Kyandra tidak tahu harus kemana sekarang. Sejauh matanya memandang, ia hanya menemukan hamparan hijau pepohonan yang lebat.
"Aku benar-benar terjebak sekarang. Selain hewan buas, siapa yang mau tinggal di hutan selebat ini?" Kyandra mendengus lemah,
"–tidak termasuk laki-laki tidak punya hati itu tentunya. Dasar pria tidak punya perasaan! Untung saja air hujan yang menyentuh tubuhku tadi, menghentikan rasa sakitku. Jika tidak? Sudah mati aku di sana!"
Kyandra masih terus berjalan perlahan, meniti setiap jengkal yang ia tapaki dengan kakinya yang mulus dan cukup berisi. Ia mengematkan lingkungan sekitarnya. Yang ia takutkan hanyalah tiba-tiba ada yang memburunya untuk dijadikan makanan.
Ia kembali menyeringai.
Brugh!
Kyandra jatuh tersungkur. Nasibnya benar-benar sial hari itu. Entah sudah berapa kali saja, tanah berniat menciumnya, tadi pantatnya, sekarang wajahnya!
"Tidak bisakah alam membiarkanku hidup tenang?!" gerutunya, sembari berusaha bangkit.
Kyandra berdiri, membersihkan bajunya yang kotor.
Ia tersentak kebelakang saat menatap ke bawah.
"Buku itu lagi?! Hah?! Bagaimana bisa, dia ada di sini?!" Wajah Kyandra tampak sangat heran dan ketakutan.
Ia menunduk, berusaha mendekati buku yang cukup tebal itu. Buku Dengan sampul gelap, dan sebuah tulisan 'Rajendra's secret diary'.
"Ini buku diary milik ayah!" Kyandra bergegas mengambilnya.
Ternyata buku itulah yang membuat kakinya tersandung tadi. Buku itu seperti mengikutinya. Sangat misterius.
Suara burung dan hewan-hewan kecil saling bersahutan. Kyandra berusaha memahami keadaannya.
"Ya! Bukankah aku datang kemari melalui buku ini yang terbuka? Pasti ada jalan juga untuk mengembalikanku ke dalam kota melalui buku ini. Aku harus membacanya," ucap Kyandra, berbicara pada dirinya sendiri.
Tangannya teramat gemetar saat akan membuka sampul pertama buku itu.
Wushh!!
Angin kencang bertiup. Menghembuskan banyak debu, dan daun-daun kering, hingga membuat mata Kyandra menyipit. Ia kembali membuka matanya.
Halaman buku itu terbuka sendiri oleh angin tadi, Kyandra belum membuka halaman sejauh itu. Sampai matanya membaca spontan pada sebuah tulisan,
"Kami dikejar oleh dua orang penjahat…" Kyandra tidak dapat melanjutkan bait selanjutnya. Sebuah air kembali mengalir dari buku itu, pohon juga tumbuh diatasnya. Peristiwa yang sama, seperti yang dialaminya saat menembus lukisan melalui buku itu.
"Aaaa!!" Kyandra berteriak kencang. Membuyarkan sekumpulan burung yang tenang. Teriakkannya bahkan menganggu Orpheus yang sedang membaca buku di rumahnya.
"Tidak ada yang pernah menganggu burung-burung itu selain aku!"
"Pasti gadis itu lagi! Menyusahkan!" desah Orpheus. Entah mengapa ia ingin sekali keluar rumah. Ia rasa hutannya sudah bukan tempat menenangkan.
"AAAA!! Siapa kalian?! Bagaimana kalian bisa datang dari dalam buku itu?!" pekik Kyandra. Ia duduk di hadapan dua orang pria dewasa dengan muka dan penampilan yang menyiratkan bahwa mereka seorang penjahat.
Begitu melihat Kyandra. Kedua penjahat itu langsung menggila.
"OMG! Temanku… kita memang sangat beruntung hari ini. Setelah lelah kita merampok, belum saja sempat malam ini melampiaskan lelah. Ah! Tuhan malah mengirimkan gadis cantik dengan gratis! Haha ha!" ujar salah seorang diantara mereka yang berbadan besar.
"Hallo Nona manis… Aku rasa mencicipimu sama manisnya dengan wajahmu itu…" goda temannya yang satu lagi.
"TIDAK! Jangan!! Aku mohon jangan!" Kyandra memohon, ia berusaha bangkit, pikirannya mengajaknya segera berlari dari sana.
"Matilah aku sekarang! Di hutan seperti ini, siapa yang akan menolongku?!" pikir Kyandra. Kyandra mengerahkan segenap tenaganya untuk berlari lebih jauh.
Kedua penjahat itu malah tertawa melihatnya lari. Mereka sangat antusias mengejar langkah Kyandra dengan tatapan penuh gairah.
"Ayo Kyandra!! Lari lagi! Lari yang cepat!!" Pikiran Kyandra terus mencambuk langkahnya untuk semakin cepat. Meski langkahnya tetap saja begitu sempit dan sedikit. Bagaimana dia bisa lebih lagi? Dia bukanlah kereta api atau vampir yang mampu melesat cepat atau pun menghilang.
Setelah beberapa saat. Suara derap langkah semakin sepi. Kyandra yakin. Sekarang penjahat itu sudah kehilangan jejaknya.
Ia mengatur napasnya sejenak, yang sama sekali tidak beraturan. Wajahnya terus menatap ke belakang, sampai tubuhnya menghantam sesuatu.
"Aa!! Kalian?!" pekiknya ulang.
"Haha haha." Penjahat itu kembali tertawa.
"Ya Tuhan, Manis? Dirimu jika jarak dekat begini semakin menggairahkan, ya? Hahaha," kekehan mereka terus bersahutan girang.
Kyandra hendak kembali berlari. Dengan tangkas seperti seekor rubah, kedua pria itu menangkap tangannya. Mereka mengikat tubuh Kyandra pada sebuah pohon.
"Lepakan aku!! Atau aku akan berteriak!!" Kyandra berusaha mengancam.
Pria yang berbadan besar, langsung saja melepas jaket hitamnya. Mulai melangkah mendekati tubuh Kyandra.
"Jangan mendekat!! Aku bilang jangan mendekat!!" Wajah Kyandra tampak sangat berantakan, begitupun penampilannya.
"Hey teman… mengapa harus terburu-buru? Kita bisa buat dia mainan dahulu, kan? Itu akan sangat menyenangkan," usul temanny yang berambut gondrong.
"Maksudmu?"
"Kita jadikan dia cantik. Di hutan ini, ada banyak hal yang dapat menjadikannya lebih menjamin memuaskan kita. Tenang saja, cepat atau lama, tidak akan ada yang menganggu kita di sini. Hanya kita berdua, dan kurasa gadis itu juga berasal dari buku yang sama dengan kita. Jadi, santai saja. Tunggu sebentar…" Pria berambut gondrong menjauh, lantas kembali dengan membawa bunga Hibiscus rosa-sinensis.
Ia mendekati wajah Kyandra. Kyandra semakin bergetar ketakutan, tidak karuan.
"Apa yang akan kau lakukan padaku?! Menjauhlah!" serunya.
Pria itu sama sekali tidak hirau, menarik putik pada bunga merah itu, dan mengusapkannya pada kelopak mata Kyandra.
"Ya! Indah! Tapi ... belum sempurna, sekarang giliranku." Pria berbadan gemuk berganti pergi, kembali dengan membawa daun teak muda, ia menggoreskannya lembut pada bibir Kyandra.
Kyandra berkutat. Berusaha meloloskan diri atau membuang mukanya. Meski semuanya tetap tidak berguna.
"Hahaha…. Kita lepaskan dia?" Pria berbadan gemuk menjilat jempol tangannya yang digunakan menyentuh bibir Kyandra, yang kini telah memerah.
"Kau gila? Untuk apa?"
"Tenanglah. Aku akan membantu menahan tubuhnya, dan kau tahu apa yang harus kau lakukan? Ya! Kita akan bergantian? Bagaimana?"
Melihat mereka yang berbisik-bisik. Perasaan Kyandra semakin tidak nyaman. Ia merasa harus mencari cara untuk kabur dari dua orang itu.
Kyandra benar dilepaskan. Namun, tangan satunya masih tetap di cengram hebat oleh salah satu dari mereka.
Meskipun ia telah memberontak; berusaha melarikan diri.
Upayanya itu hanya membawakan hasil kegeraman mereka.
Mereka kewalahan menenangkan Kyandra yang terus berkutat. Terlebih, sedari tadi, ia mengoceh terus menerus, membuat telinga mereka pekak.
"Dasar gadis tidak bisa diam! Pegang yang benar!" bentak Pria berbadan besar. Ia lalu mengambil sebuah daun yang airnya dapat membuat seseorang pingsan. Kyandra semakin beringas untuk membebaskan diri. Walaupun ia tahu kekuatan terbesarnya tidak ada apa-apanya dibanding kedua penjahat itu.
"Nah! Sekarang kau sudah sempurna! Kita pikir kau mau diam, dan kita nikmati bersama. Berhubung kau keras kepala. Jadi, terpaksa kita akan melakukan hal ini!"
Penjahat itu merobek sebagian rok panjang Kyandra. Menjadikannya hanya selutut, dan menarik tali rambutnya untuk diuraikan.
"Sangat cantik! Bagaimana menurutmu, Ted?"
"Ya tentu saja. Di bumi manapun kita tidak akan mendapatkan gadis secantik dia! Minumkan air daun itu sekarang kepadanya. Satu tetes saja sudah cukup untuk membuat dia hilang barang berharganya! Haha ha haha!!"
Setelah semua yang mereka lakukan. Kyandra sekarang tidak dapat bergerak, daun itu akan diperas airnya dan dimasukkan ke dalam tubuh Kyandra untuk membuatnya tidak berdaya.
"Mereka pasti akan membuat hidupku hancur," jerit hati Kyandra.
Untuk terakhir kalinya, ia mencoba melawan. Kedua pria itu bekerja sama. Bahkan, mereka mengapit pipi Kyandra, menciutkan bibirnya, untuk mau menengadah ke daun itu, dan membuatnya menelan air itu secara paksa.