Sejak kedatangan maminya yang kedua kali. Nindia menjadi pendiam. Wanita itu seperti kehilangan pegangan. Belumlah suaminya menikah lagi tapi hatinya sudah lebih dulu hancur.
Mereka baru saja selesai makan malam dan juga sholat berjamaah. Kini jam sudah menunjukkan pukul delapan malam. Nindia sudah di kamarnya menemai Farel tidur.
Tak berselang lama, Fadil menyusul ke kamar.
"Sayang, tidak biasanya kamu sudah mau tidur, hmm?" tanya Fadil heran lalu duduk di sebelah istrinya.
"Hhmm, Farel minta di temani tidur, mas."
"Sayang, mas perhatikan dari tadi kamu banyak diam. Kenapa? Kamu tidak sedang sakit, kan?" tanya Fadil khawatir.
"Aku tidak apa-apa kok, mas. Hmm, bagaimana pekerjaan mas hari ini?" tanya Nindia berbasa-basi.
Fadil menarik nafasnya berat, "Pekerjaan mas baik-baik saja. Semua lancar, sayang," jawab Fadil.
"Alhamdulilalah ya, mas."
"Iya, sayang. Kamu sudah ngantuk, hmm?"
Nindia menggelengkan kepalanya, "Mas."
