Menjelang sore, sebelum Fadil pulang ke rumahnya.
"Pi, gimana kalau Raka dan Rangga menginap di rumah papi malam ini. Aku khawatir kalau papi sendirian sedangkan aku juga harus menjaga istri dan anak-anakku," ucap Fadil.
Papi menghela nafas berat, "Kamu tidak usah pikirkan papi," ucapnya lemah.
Fadil duduk di sebelah papinya, "Pi, jangan membuat Fadil khawatir. Raka dan Rangga pasti mau, kok. Lagipula kan di bawah ada dua kamar tamu yang kosong. Mereka bisa tidur satu kamar di sana."
Papi kembali menarik nafasnya berat. Dia merasa seperti mimpi saja mendapatkan berita tentang istrinya itu. Entah bagaimana kondisinya saat ini. Dan di mana dia di bawa.
"Terserah kamu saja," ucap papi akhirnya.
"Ya sudah, nanti aku bilang sama mereka. Papi mau pulang kapan? Aku anter, ya?"
"Hh, entahlah. Mau pulang males, di sini pun juga males. Tidak biasa tanpa mami kamu," ucap papi dengan nada sendu.
