"Fiona, kemarilah Nak!" titah Aron. Melihat putri semata wayangnya membawa nampan.
"Iya Pa," sahut Elnara sambil tersenyum. Dia berjalan layaknya Fiona. Menyeret kaki cacatnya. Selangkah demi selangkah. Meskipun dibalik gamis panjangnya. Berusaha berakting natural agar Aron tak curiga. Meskipun tetap saja tak mudah melakukan itu.
Evander yang di dalam semak justru mencemaskan keadaannya. Dia takut mereka menyadari Elnara bukan Fiona. Apalagi kata-kata kakek tua yang menyuruh Aron untuk membunuh dengan tangannya sendiri membuat Evander semakin mengkhawatirkan pujaan hatinya. Dia terus memperhatikan Elnara dan berdoa untuknya. Jika sampai terbongkar, Evander akan melakukan apapun untuk menyelamatkan Elnara.
"Semoga Aron dan kakek tua itu tak menyadarinya," batin Evander. Jantungnya berdebar seperti langkah kaki Elnara yang semakin mendekat. Dia ketakutan dengan situasi yang akan dihadapi Elnara.
