Umpan sudah dimakan! Begitulah istilah yang cocok diberikan pada kejadian saat ini. Vero yang biasanya galak, tegas, arogan dan kasar langsung berubah drastis. Apalagi jika bukan karena berhadapan dengan wanita cantik!
"Ke marilah," perintah Vero kemudian.
Carissa berpuas hati. Dia merasa sudah berhasil membuat Vero salah tingkah. Namun, Carissa tetap ingin berhati-hati dan tidak gegabah.
Dia lalu berjalan hingga kakinya berhenti pada jarak satu meter dari hadapan Vero.
"Gila! Aku sama sekali tidak menyangka kalau dia bakal berubah secantik ini!" batin Vero kagum.
Tidak bisa dipungkiri perubahan di dalam diri Carissa memang luar biasa. Meskipun masih kalah jauh dari kecantikan Aurel sebelum cacat melanda.
"Maaf, Pak ... apakah ada yang bisa saya kerjakan?" tanya Carissa sambil menyembulkan dada sembari menyibakkan rambut panjang yang tergerai.
"Sial! Dia begitu menggoda!" Hati Vero tergugah sekaligus dengan hasrat yang kian berkecamuk.
"A-anu ... kamu gak usah melakukan apa-apa hari ini. Bagaimana kalau makan siang nanti, kamu menemaniku?" tawar Vero.
Semburat senyuman menghiasi bibir merah merona Carissa. Hatinya sangat senang hingga ingin sekali meneriakkan sesuatu. Sayangnya, dia tidak ingin bersikap memalukan di depan Vero.
Sudah cukup Vero mempermalukan dirinya sekaligus merendahkan kecantikannya serta membandingkan dengan Aurel.
Kala itu Carissa yang jengkel sampai menanamkan tekad di dalam dirinya bahwa dia tidak akan lagi berbuat sesuatu yang bisa membuat dirinya terlihat buruk dan hina di hadapan orang lain terutama Vero.
"Baik jika itu keinginan Bapak, saya akan kembali ke ruangan Bapak siang nanti. Kalau begitu saya ijin kembali bekerja, Pak," jawab Carissa masih mempertahankan harga diri dengan bersikap biasa-biasa saja.
Vero sangat hafal dengan sifat Carissa selama ini. Dengan perubahan sifat dan penampilan Carissa yang sekarang, Vero menjadi tertantang dan penasaran.
"Aneh, kenapa dia tidak terlihat bahagia? Hanya sekedar mengulas senyum biasa-biasa saja. Mungkinkah dia sudah tidak lagi naksir padaku?" gumam Vero setelah Carissa menutup pintu dan pergi dari ruangannya.
Laki-laki memang kadang bersikap aneh. Dia bersikap angkuh dan sok cakep saat ada wanita biasa yang suka terhadapnya. Namun, saat si wanita berubah menjadi cantik dan menawan, sikap cuek, angkuh serta dingin lenyap begitu saja.
Tidak munafik. Di dunia ini memang laki-laki banyak yang tidak bisa mengendalikan diri dari seorang makhluk yang disebut WANITA CANTIK DAN SEKSI.
"Enggak boleh! Ini gak boleh terjadi! Mau dia hanya berstatus sekertaris, aku tetap harus mendapatkannya! Bodoh amat dengan perbedaan status yang lebih segala-galanya dariku, yang paling penting saat ini aku punya gadis untuk pelampiasan nafsu!"
Pikiran Vero sudah kembali seperti dulu. Dia sama sekali tidak berpikir, kalau dia sudah menikah dan istrinya selalu menunggunya di rumah.
Kasihan Aurel, Suami yang sangat dia sayang dan cintai mempunyai niat buruk. Jika Aurel tahu, dia pasti akan semakin terluka.
Otak Vero tidak lagi bisa berpikir jernih. Semua itu karena Carissa. Bayang-bayang pakaian seksi yang memperlihatkan kedua paha putih mulus serta eratnya pakaian sampai menonjolkan lekukan tubuh membuat Vero mempunyai halusinasi yang liar.
"Carissa ... aku harus bisa mendapatkan tubuhmu!" tekad Vero sambil pandangannya menatap lurus ke arah jendela memperlihatkan bangunan-bangunan kokoh.
Karena Vero selalu ingin terlihat sempurna di mata semua orang, dia harus tetap memperhatikan kualitas dan kuantitas.
Dia memang berniat ada main hati dengan sekertarisnya itu. Namun, Vero akan menyembunyikan hubungan gelapnya itu.
Tidak mungkin juga kalau dia akan memperlihatkan hubungan yang terang-terangan. Itu sama saja ingin menghancurkan karir dan nama baiknya.
Vero harus bermain cantik! Harus ada sebuah permainan dan kebohongan yang dia buat untuk menutupi semuanya. Tentu saja hal itu nantinya harus dibicarakan bersama Carissa.
***
Jam makan siang pun tiba, Carissa dan Vero sudah berjalan secara beriringan menuju parkiran mobil.
Semua karyawan dan karyawati di kantor sama sekali tidak merasa curiga dengan kedekatan di antara keduanya. Ya, karena selama ini Vero dan Carissa memang kerap jalan berduaan.
Seorang Bos dan Sekertaris memang akan kerap bersama. Karena tugas sekertaris itu sendiri, ya untuk mendampingi si Bosnya bukan?
Tidak biasanya Vero canggung saat berada di mobil bersama Carissa. Namun, memang beginilah kondisinya sekarang.
"Aduh, bagaimana aku ngomongnya? Lagipula nyebelin banget sih Carissa jadi pendiem begini! Bikin aku bingung aja!" batin Vero sembari kedua tangannya berpangku pada stir mobil.
"Gue yakin, Vero lagi mikirin gue! Tuh lihat aja, dari tadi matanya ngelirik ke arah gue! Syukurin! Biarin aja dia salah tingkah sendiri! Sebelum dia ngajakin gue ngobrol, gue gak akan memulai obrolan itu," batin Carissa cengengesan di dalam hati.
"Em ... Carissa, kok tumben kamu diam saja? Biasanya kamu selalu cerewet dan merayu," celetuk Vero kemudian yang sudah tidak tahan lagi dengan suasana hening di dalam mobilnya.
Carissa menoleh menatap Vero. "Maaf, Pak Vero pasti sedang bercanda, ya? Mana mungkin saya berani merayu Bapak? Lagipula Bapak sudah mempunyai istri yang begitu cantik. Saya kalah jauh, Pak dari Mbak Aurel ... Bapak sendiri juga bilang begitu bukan?"
Deg!
Vero merasa tersindir dengan kalimat yang keluar dari bibir Carissa.
"Iya, aku sadar kala itu sempat menghinamu. Aku minta maaf." Vero mengalihkan pandangannya dari jalan untuk menatap manik mata Carissa.
"Eh, enggak kok, Pak. Saya tidak bermaksud menyindir Bapak," sahutnya sambil tersenyum.
"Busyet! Sejak kapan senyumannya terlihat begitu manis dan menawan! Gila sih ini! Dia benar-benar sudah mencuri hatiku!"
"AWAS, PAK!!!" Seketika Carissa berteriak keras sambil menutup wajah cantiknya.
Vero yang panik kembali menatap jalan dan buru-buru menginjak rem mobil. Beruntung mobil yang dia kendarai memiliki rek cakram yang seketika bisa langsung berhenti.
"Untung gak jadi nabrak!" ungkap Vero lega, setelah motor yang hampir beradu dengan mobil mewahnya melintas dengan selamat.
Carissa yang takut masih menutup wajahnya dengan kedua tangan.
Uh, lagi-lagi Vero terkesima dengan sikap Carissa.
"Gadis ini terlihat begitu mahal sekarang! Aku tidak boleh menunda lagi! Hari ini juga, aku harus bisa mendapatkan dirinya!"
Setelah mobil berhenti, Vero melihat gerak-gerik Carissa. Entah apa yang mendorong laki-laki itu, hingga dia mendekatkan diri ke Carissa dan melepas tangan dari wajah Carissa.
"Sudah aman, tidak apa-apa. Kamu gak perlu takut, karena aku akan selalu ada untukmu."
Vero mulai merayu Carissa. Gadis itu lantas tersenyum dan tangan keduanya mulai saling bertautan satu sama lain.
Vero menggenggam tangan Carissa begitu erat. Suasana menjadi hening kembali. Serasa dunia milik mereka berdua.
"Eh, maaf, Pak. Maaf jika saya lancang, tapi sungguh saya tidak ingin dituduh sedang menggoda Bapak." Carissa dengan sigap menarik tangan dari genggaman Vero.
"Brengsek! Dia menolakku!" Vero semakin gemas dengan Carissa yang semakin susah didapatkan. Padahal sebenarnya itu semua hanyalah sebuah sandiwara semata.
***
Bersambung.