Aurel cukup percaya diri dengan masakannya. Setelah keluar dari kamar mandi, Aurel segera mengambil makanan tersebut dan di letakkan pada piring besar nan cantik.
"Semoga dengan adanya masakanku ini, Mama, Papa dan Mas Vero menjadi lebih sayang padaku," gumam Aurel semangat.
Ternyata sesampainya di ruang makan, Melisa, Abimanyu beserta Vero sudah duduk melingkari meja.
"Kamu itu masak batu apa kayu?! Masak kok lama banget!" keluh Melisa ngomel-ngomel sampai mulutnya monyong.
"Ma-maaf, Ma ... Aurel tadi ke kamar mandi dulu soalnya kebelet dan gak bisa ditahan lagi." Aurel bukannya ingin membela diri. Namun, dia hanya ingin berkata jujur agar mertuanya itu tidak salah sangka.
"STOP! Jangan teruskan! Apa kamu ingin kami muntah sebelum menyantap semua masakan ini! Ha?! Dan masalah kamu mau ke kamar mandi itu, sama sekali bukan urusanku!" omel Melisa semakin meninggikan nada bicaranya.
"Maaf, Ma ... bukan maksud Aurel seperti itu—"
"Sudah! Jangan banyak omong!"