Natasha mendelik sambil tersenyum miris. Ia meledek dirinya yang tidak bisa berbuat apa-apa di depan sang suami. Selalu saja sama seperti sekarang. Dia selalu tidak bisa membantah, meski Diego sama sekali tidak pernah memikirkan perasaannya.
"Aku bisa saja langsung kembali ke Den Haag tanpa meminta persetujuan dari kamu. Tapi aku menghargai dirimu sebagai suamiku. Karena itu, hal itu tak kulakukan," ucap Natasha dengan begitu lirih, tetapi Diego masih bisa menangkap dengan jelas.
Laki-laki itu terpaku, mendengar perkataan yang sang istri ucapkan. Namun, hatinya masih terasa berat jika membiarkan istrinya tersebut kembali ke Belanda.
"Padahal pernikahan ini terjadi bukan karena perasaan cinta. Hanya kamu yang tiba-tiba datang dan memaksa diriku," ucap Natasha.
"Apa yang kamu bilang?" Diego tidak mendengar secara utuh karena suara Natasha berangsur lirih serupa bisikan di ujung kalimat.
