Diego mengusap sudut mata dengan punggung tangan. Kemeja yang membalut tubuh atasnya tampak basah oleh keringat yang membanjiri tubuh. Beberapa bercak kecoklatan yang berasal dari percikan tanah yang digalinya.
Tatapan Diego fokus ke bawah, ke gundukan tanah di mana janin yang baru berusia empat bulan itu telah terkubur damai dan nyaman di sana. Di halaman belakang rumah di dekat taman, Diego mengubur janin tersebut.
Diego masih terus memandangi gundukan tanah merah itu. Air matanya tampak meleleh di pipi, di saat bibirnya lirih melantunkan doa. Meskipun hanya berwujud sebongkah daging merah, Diego mengucap maaf merasa menyesal tak bisa menjaga calon bayinya itu.
"Saya ikut berduka cita, Tuan Diego," ujar Alen saat mendampingi proses pemakaman janin tersebut di halaman belakang. Di sana juga ada sang asisten pribadi menemani Diego, yang memang tak sanggup membawa kendaraan sendiri. Samuel mengantar sang atasan ke mana saja.
