Langkahnya terhenti di sebuah rumah besar mewah dengan warna merah perpaduan putih. Dia turun dengan tergesa-gesa, sejak dalam perjalanan tadi dia selalu saja gelisah dengan putranya.
Mencari-cari keberadaan Arsya dengan raut wajah khawatir. Namun sejak tadi Luka tidak menemukan keberadaan anak itu, bahkan batang hidungnya tidak terlihat sama sekali.
"Dimana anak itu?" gumam Luka yang kini berada di taman.
Langkahnya berhenti dengan nafas yang terpenggal saat melihat seorang anak laki-laki berambut gondrong sedang menyanyikan sebuah lagu anak. Berjalan mendekatinya dan memeluk tubuh anak laki-laki itu.
"Papa, lepas Arka sulit nafas."
Sontak Luka melepaskan pelukannya, dan tersenyum lebar sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Kamu kenapa tadi?" tanya Luka yang kini beralih posisi menjadi duduk di samping Arsya.