Belum saja Gita melanjutkan kalimatnya, Hito justru merangkul pinggang Amita dengan santainya dihadapannya. Kenapa dengan wanita itu bisa, sedangkan dengan Gita bahkan sentuhan lembut saja tidak ada justru yang didapatkan Gita hanya sentuhan kasar.
"Halo, Dirga pulang," ucap seseorang.
"Eh kamu pulang Dirga, halo juga."
"Ada tamu ya, siapa?"
"Teman jauh Mas Hito, aku tidak suka dengannya," ucap Gita berbisik terhadap Dirga.
"Kenapa emangnya?"
"Karena dia mudah sekali mendapatkan perhatian dari Mas Hito, sedangkan aku... huft... sudahlah tidak usah dipikirkan."
Dirga jadi penasaran siapa teman Hito itu, yang jelas pasti perempuan. Karena ucapan Gita terlihat cemburu. Dia tiba-tiba saja teringat sesuatu, kemarin Amita datang ke sini dan bukankah dia berjanji akan datang kembali sekarang. Apa perempuan itu Amita?
"Aku pergi ke kamar dulu ya," ucap Dirga dan melangkah. Padahal dia buka ingin ke kamar, akan tetapi dia ingin melihat perempuan yang dimaksud dengan Gita adalah Amita atau bukan.
Dan saat sampai di ruang tamu, ternyata dugaannya benar. Kalau perempuan tersebut adalah Amita, cinta pertama kami berdua saat masa SMP dulu. Ya orang mungkin menyebutnya hanya sekedar cinta anak-anak saja. Tapi bagi mereka berdua, ini berbeda.
"Kamu ngapain ke sini?" tanya Dirga yang tiba-tiba saja datang.
"Aku mau bertemu dengan Hito, kan aku sudah bilang akan kembali."
Perkataan Amita selalu saja benar, dia akan melakukan apapun itu untuk mewujudkan keinginannya saja.
"Kenapa si kalian berdua, ada yang salah ya?"
Tidak lama kemudian Gita datang, dan melihat ke arah semua orang yang berkumpul di ruang tamu. "Tunggu, untuk apa Dirga disana? Bukannya tadi dia berkata ingin ke kamar?"
"Ada apa ini, kamu belum pulang Amita? Ini sudah malam," ucap Gita dengan sedikit jutek.
Aduh habis sudah Gita, Amita bukan orang yang suka diatur terlebih lagi jika dia tahu kalau Hito telah memiliki Istri. Entahlah apa yang akan dilakukan olehnya nanti.
"Kenapa, aku akan menginap di sini. Kamu hanya pembantu, jadi bersikaplah seperti pembantu jangan suka memerintah," celetuk Amita yang kini mengeluarkan tatapan tidak suka.
Sedangkan Dirga dan Hito saling pandang satu sama lain, sebentar Hito tidak peduli dengan apa yang terjadi terhadap Gita. Namun bagaimana jika Amita masih memiliki penyakit itu, ya akan sangat menyusahkan baginya.
"Siapa bilang kalau aku pembantu, aku ini Istrinya. Lalu kamu siapa?"
"Ha? Hito... Dirga... apakah itu benar?"
Keduanya terdiam, sedangkan Gita sama-sama diam karena tidak ada yang menjawab dan membelanya. Sebuah kalimat yang keluar dari mulut Hito membuat air matanya lolos menetes begitu saja.
"Dia hanya pelayan yang tergila-gila padaku, jadi dia bukan saingan kamu."
Senyuman remeh terpancar di wajah Amita dan dia perlihatkan untuk Gita.
Sedangkan Gita yang ini berlari ke dalam kamarnya, tidak ada yang memberitahukan kebenaran. Dan Dirga juga sama saja, dia pikir Dirga teman yang baik untuknya namun ternyata tidak. Dia juga membela Amita, memangnya siapa Amita?
Kini Gita telah berasa di dalam kamar dan tidak peduli dengan mereka yang berada di sana. Dia sangat kesal, Suaminya pergi pagi tanpa pamit giliran kembali ada orang lain datang tidak menganggapnya Istri. Terus saja seperti itu hingga Gita menyerah.
Tok!
Tok!
Siapa yang mengganggunya, sudah tahu dia sedang kesal sekarang justru malah dibuat semakin kesal dengan orang yang mengganggunya itu. "Siapa? "
"Aku, Dirga. "
Mau apa lagi Dirga datang ke kamar Gita, peduli? Dia saja tidak membantunya untuk mengatakan kalau dirinya adalah Istri Hito. Dirga hanya diam saja tanpa berani berkutik perkataan Amita itu.
"Mau apa? " tanya Gita kesal.
"Maaf soal itu, aku tidak bermaksud berbohong dan menutupinya kebenarannya, tapi kamu nanti akan tahu jika Hito bercerita. "
"Memangnya apa? " tanya Gita penasaran. Lagi pula siapa yang tidak penasaran dengan kehadiran wanita dan itu berkaitan dengan Suaminya.
"Aku tidak berhak memberitahukan. "
Dirga pergi begitu saja sehingga membuat banyak tanya dipikiran Gita. Dia yang menatap kepergian Dirga berencana ingin menguping pembicaraan Suaminya dan Amita, lalu apa yang mereka lakukan. Jangan sampai hal buruk terjadi.
Secara perlahan Gita melangkah, jangan sampaikan suara terdengar oleh mereka berdua. Dia kembali lagi di ruang tamu, rupanya di sana masih ada Amita sesuai dugaan Gita. Dia pun bersambung dibalik sofa panjang.
"Bagaimana keadaan kamu?"
"Aku tidak baik, kamu tahun itu. "
"Maaf aku tidak bisa menjaga kamu selamanya. "
"Ya tidak apa-apa, tapi sekarang kamu akan menjagaku kan?"
Hito tidak bisa berjanji, dia takut mengingkarinya. Bagaimana dia nanti akan melakukan kesalahan seperti dulu, membuat wanita yang penuh semangat ini tidak bisa mengejar cita-citanya bahkan menghancurkan masa depan yang dia impikan.
"Hito, kamu selalu saja melamun. "
"Maaf, kamu untuk apa kembali lagi ke Indonesia. " Pertanyaan Hito membuat wajah Amita sedih, dia jadi merasa bersalah. Dengan cepat Hito membawa Amita ke dalam pelukannya. Jujur saja diantara keduanya ada yang sangat merindukan momen-momen ini.
"Kak Gita sedang apa? "
Mati sudah Gita, dia akan ketahuan saat ini juga.
"Kamu menguping, dasar pembantu kurang ajar." Amita tiba-tiba saja teriak dan melihat Gita dari sofa tempat mereka duduk. Sedangkan Gita yang bersembunyi di belakang hanya tersenyum manis lebar, sehingga membuat Hito merasakan hal yang aneh.
Karena tidak mau menanggung malu lama, dia berlari menuju ke kamarnya kembali.
***
Keesokan paginya Gita telah bangun dan melaksanakan tugas seperti biasa. Namun sebelum melaksanakan tugasnya, dia membangunkan Suaminya terlebih dahulu. Semalam dia tidak tahu jam berapa Amita pulang.
Ceklek!
"Mas Hito.... "
Matanya membulat dan mulutnya ternganga melihat pemandangan dihadapannya. Suaminya berada di dalam kamar dengan wanita lain dan mereka berpelukan. Hati Gita sangat sakit seperti tertusuk oleh sebuah tombak tajam.
"Gita," ucap Hito membuka matanya dan yang pertama kali dia lihat adalah Gita.
Dia mengikuti arah pandang Gita, rupanya Amita memeluk tubuhnya. Bagaimana ini, Amita semalaman merajuk minta tidur di kamarnya.
"Maaf aku ganggu," kata Gita dan melenggang pergi.
Brak!
Pintu sengaja ia tutup dengan kencang.
"Amita sudah aku bilang jangan melewati batas, sudah minggir aku mau mandi," ucapnya.
***
Semua orang berada di satu meja makan, seolah-olah sedang terjadi perkumpulan keluarga. Sedangkan Gita enggan berada di sana, dia justru memasak saja di dapur dan merapikan apa yang perlu dirapikan.
"Kamu tinggal di luar negeri sebelumnya?"
"Iya Tante," jawab Amita dengan lembut.
Tidak lama kemudian Gita datang dengan membawa beberapa makanan ditangannya. Dia meletakkannya di atas meja, saat ingin melangkah, namun dia terhenti dengan panggilan Amita.
"Aku mau susu, cepat buatkan!"
Gita diam, memangnya dia siapa berani menyuruh Gita.
"Kamu dengar Gita, dia minta tolong," ucap Mama Dirga.
Gita melirik Hito, tidak ada tanggapan atau marah sedikit pun.
"Oke, aku akan buatkan."
"Tidak usah biar aku saja," ucap seseorang sehingga membuat Hito menegakkan kepalanya.
Gita tidak peduli dengan perkataan Dirga, dia berjalan begitu saja tanpa menoleh kebelakang.
"Ada apa dengannya?" ucap Dirga dalam hati.
Tidak lama kemudian Gita datang dengan membawa segelas susu untuk Amita. Dia benar-benar diperlakukan seperti pembantu disini.
"Kamu tidak makan?" tanya Dirga.
Lagi dan lagi Hito menegakkan kepalanya, ya dia merasa ada yang aneh dengan Istrinya itu.
"Tidak," jawab Gita dengan wajah yang datar.
"Duduk, brak!" perintah seseorang membuat semua yang sedang menyantap sarapan terkejut.