"Aku duluan ya," pamit Alena pada teman-temannya yang berkerja bersamanya.
Mereka mengangguk serentak. Alena pun mulai melangkahkan kakinya meninggalkan tempat kerja itu, sebuah pabrik swasta.
Sudah 4 tahun Alena kerja di sana, sebagai karyawan biasa, hanya berbekal ijazah SMA.
Sudah syukur ia bisa berkerja di sana.
Alena berjalan menuju jalan raya, ia melambaikan tangannya menghentikan sebuah angkot, setalah anggot berhenti, Alena langsung masuk ke dalam angkot tersebut, dan anggot pun melaju.
Alena, gadis cantik, terkenal ramah pada setiap orang, serta pekerja keras. Usianya kini menginjak 23 tahun. Wajah lelah jelas terpancar, di wajahnya cantiknya. Berkerja dari pagi sampai malam hari, banting tulang demi sesuap nasi, agar bisa bertahan di tengah kerasnya hidup di ibu kota ini.
"Kiri bang," pinta Alena.
Angkot berhenti, Alena pun turun, lalu membayar ongkos angkot tersebut. Setalah itu Alena berjalan menuju sebuah gang, gang kecil hanya kendaraan roda dua saja yang bisa memasuki jalanan gang tersebut.
Alena tinggal di sebuah kontrakan kecil, dia tinggal bersama Ayahnya, yang bernama David. Namun sang Ayah jarang pulang, hanya akan pulang jika ia ada butuhnya saja pada Alena.
Alena tidak pernah merasakan kasih sayang dari Ayahnya itu. Ayah Alena hanya akan pulang jika butuh uang, hobinya mabuk-mabukan serta berjudi. Karna hobi buruknya itu pula, membuat Sarah, Ibunya Alena meninggalkan dirinya dan sang Ayah.
Ibu Alena sudah lama pergi, sejak Alena masih duduk di bangku SMP, entah kenapa wanita yang sudah melahirkannya itu pergi, yang pasti sampai saat ini, hilang tanpa kabar bak di telan bumi.
Sementara itu, dua orang laki-laki dengan pakaian serba hitam dan wajah yang terlihat sangat menyeramkan, tengah menggedor-gedor pintu sebuah rumah kontrakan, ya kontrakan itu adalah kontrakan tempat Alena tinggal.
Seorang laki-laki dengan wajah terlihat ketakutan, membuka pintu rumah tersebut.
"Pak David, waktu anda sudah habis! Sekarang bayar hutang anda dengan bunga-bunganya," ucap salah satu laki-laki tersebut, dengan suara lantang dan penuh penekanan.
"Sa--ya, minta waktu lagi, saat ini saya belum ada uang," ucap David. Tak berani menatap kedua orang tersebut.
"Kami sudah memberikan anda waktu, tapi apa? Anda terus saja mengulur waktu, meminta tambahan waktu, tapi sampe sekarang hutang anda belum anda bayar juga!" pekiknya.
"Saya janji, kali ini saya tidak bohong, saya akan membayar semuanya." David mencoba meyakinkan orang-orang tersebut.
Namun kedua laki-laki itu malah tertawa.
Meremehkannya.
"3 milyar, ingat hutang anda 3 milyar. Itu bukan uang yang sedikit, anda pikir kami akan percaya hah?" ucap salah satu laki-laki tersebut, lalu laki-laki itu memberikan isyarat pada temanya. Dan...
Bruuggg...
Satu bogem mentah mendarat di wajah laki-laki parubaya itu.
"Bos kami minta anda menepati janji anda!" ucapnya. Lalu kembali mendaratkan bogem mentah di wajah David yang sebelahnya.
Ayah Alena itu tidak melawan, ia terlihat pasrah. Dan di pukulan yang terakhir, laki-laki itu tersungkur. Karna sudah tidak bisa menahan lagi keseimbangan tubuhnya.
"Ayah..." teriak Alena. Alena yang baru saja sampai di depan rumah kontrakannya itu terkejut saat melihat sang Ayah yang tersungkur dengan luka-luka lebam yang memenuhi wajahnya, serta darah segar terlihat mengalir dari sudut bibirnya.
Lalu pandangannya Alena beralih pada kedua laki-laki yang berdiri di sana, laki-laki berpakaian serba hitam dengan wajah yang menyeramkan. Sudah di pastikan pasti mereka yang sudah memukuli sang Ayah.
Tapi siapa mereka? Mengapa mereka memukuli Ayahnya? Ada apa sebenarnya? Pertanyaan-pertanyaan tersebut memenuhi benak Alena.
Alena berjalan tergesa-gesa untuk membantu sang Ayah, kedua laki-laki tersebut terlihat menatap Alena dengan tatapan yang sulit diartikan. Alena yang menyadari hal itu, bergelirik ngeri. Sang Ayah yang mendengar suara Alena pun melihat kearah putrinya itu.
"Pergi Alena, pergi, jangan ke sini!" ucapl David Ayah Alena, namun berucap dalam hati, ia sudah tak mampuh berkata-kata lagi karna bagian bibir dan sekujur tubuhnya merasa sakit, akibat di pukuli tadi. David mencoba memberi isyarat pada Alena, namun Alena tak menyadarinya.
Namun saat Alena hendak mendekati Ayahnya, ingin membantu sang Ayah, kedua laki-laki tadi menghadangnya. Alena menghentikan langkahnya, lalu ia menatap dua laki-laki itu dengan ketakutan.
"Mau kemana kamu hah?" tanya salah satu laki-laki tersebut, sambil mencengkram tangan Alena.
"Lepaskan!" teriak Alena, ia berusaha melepaskan tanganya dari laki-laki tersebut, namun tak berhasil, tenaga laki-laki itu sangat kuat.
"Cepat bawa dia!" titah laki-laki satunya lagi, laki-laki itu mengangguk. Lalu menyeret Alena agar mengikuti langkahnya.
"Lepaskan, lepaskan aku!" teriak Alena, ia masih berusaha melepaskan tangannya. Namun masih sia-sia.
"Ayah tolong Yah," teriak Alena sambil melihat kearah Ayahnya. Air mata kini sudah terlihat membasahi wajahnya. Namun sayangnya sang Ayah seperti sudah tidak sadarkan diri.
"Kalian ini siapa hah? Kalian akan membawaku kemana?" tanya Alena dengan nada memekik. Alena mengeluarkan semua tenaganya. Agar bisa terlepas dari kedua laki-laki tersebut.
Mereka terlihat kewalahan, hingga salah satu laki-laki itu memberi isyarat pada temannya, dan detik kemudian Alena tidak bisa lagi melihat apa-apa semuanya gelap.
Setelah Alena pingsan, akibat obat bius yang baru saja mereka berikan. Kedua laki-laki itu langsung membawa Alena menuju mobil mereka, lalu melajukan mobil tersebut.
Mereka membawa Alena ke sebuah rumah mewah. Sebelumnya mereka sudah menghubungi Bosnya bahwa mereka sudah membawa anak gadis David. Bosnya sangat senang, dan menyuruh mereka untuk membawa Alena ke rumahnya. Mereka membawa Alena menuju sebuah kamar.
Membaringkan Alena di ranjang King Size tersebut. Setalah itu mereka keluar dan menyuruh pelayanan wanita untuk mengganti pakaiannya Alena, dan mengawasi wanita itu. Seperti apa yang di perintahkan oleh Bosnya, yang mereka panggil dengan sebutan Tuan muda.
Dua pelayan masuk, mereka mengikuti apa yang sudah di perintahkan tadi. Mereka mengelap seluruh tubuh Alena dan mengganti pakaiannya Alena. Alena masih tak sadarkan diri, hingga kedua pelayan itu selesai pun, Alena masih belum terbangun juga.
Sebuah mobil mewah terlihat berhenti di depan rumah tersebut, dua laki-laki terlibat keluar dari mobil tersebut, para penjaga rumah terlihat membungkuk hormat saat Tuan muda dan Asisten pribadinya itu melewati mereka.
"Van, bagaimana apa kamu sudah melihat gadis itu?" tanya Jimme pada Revan, yang berjalan di belakangnya.
"Dari fotonya, dia sangat cantik Tuan, saya yakin anda pasti akan menyukainya," jawab Revan.
Seulas senyum terukir di bibir Jimme, "aku penasaran dengan gadis itu?" batinnya.
Jimme langsung berjalan menuju yang di tempati Alena, sementara Revan asistennya, kembali melanjutkan tugasnya.
Jimme masuk ke dalam kamar tersebut, di lihatnya Alena masih tidur. Jimme menatap Alena, benar. Gadis itu sangat cantik.
Alena tersadar, perlahan ia membuka matanya. Alena mengamati ruangan tersebut, sebuah kamar yang sangat mewah.
"Dimana aku?" gumam Alena.
Lalu pandangannya Alena berhenti, saat melihat seorang laki-laki yang tengah berdiri sambil memandang Alena dengan tatapan yang sulit diartikan. Alena terkejut.
"Siapa kamu?" tanya Alena.