Chereads / Teman Tidur Tuan Muda / Chapter 2 - Bab 2. Hutang

Chapter 2 - Bab 2. Hutang

Laki-laki itu tersenyum, dengan senyuman yang sulit diartikan. Alena merasa ketakutan.

"Siapa kamu? Kenapa aku ada di sini? Kenapa kalian membawa aku ke sini?" cerca Alena.

"Kamu bertanya siapa aku?" Jimme menunjukkan dirinya sendiri.

"Baiklah, mungkin lebih baik kita berkenalan dulu. Siapa namamu?" lanjut Jimme.

"A--Alena, namaku Alena," jawab Alena terbata-bata.

"Alena, oke, nama yang cukup bagus!" sahut Jimme, entahlah, laki-laki itu kini tengah memuji Alena, tau meledeknya.

"Saya Jimme. Kamu mau tau kenapa kamu di bawa ke sini Alena?"

Alena menganggukkan kepalanya pelan.

"Karna Ayah-mu, David. Sudah menjual mu padaku!" lanjut Jimme.

Deg...

Jantung Alena, serasa berhenti berdetak, tidak mungkin, Ayahnya tega menjual Alena pada laki-laki yang bernama Jimme itu.

Alena tau Ayahnya, bukan Ayah yang baik, Ayahnya memang seorang bajingan, tapi tidak mungkin ia setega itu pada Alena.

Laki-laki itu pasti berbohong. Alena yakin Jimme berbohong.

"Tidak, Ayahku tidak mungkin seperti itu!" kilah Alena.

"Hahaha," suara tawa Jimme menggema. Membuat Alena menatapnya heran.

"Kamu tidak percaya? Dengar ya Alena, Ayahmu sudah meminjam uang padaku sebesar 3 miliyar. Dan Ayahmu memberiku jaminan, yaitu kamu! Jika Ayahmu tidak bisa melunasi hutang-hutangnya itu, maka dia akan menyerahkan dirimu padaku!" lanjut Jimme.

"Apa 3 milyar?" Alena terkejut, rasanya ia tidak percaya dengan ucapan Jimme barusan.

Ayahnya meminjam uang 3 milyar, untuk apa uang sebanyak itu? Dan kenapa Ayahnya tidak memberitahu Alena terlebih dahulu.

"Tidak, anda pasti berbohong, 'kan Tuan!" pekik Alena. Rasanya ia masih tak percaya.

"Saya tidak berbohong! Kamu mau bukti hah?" ucap Jimme, lalu ia berjalan kearah nakas yang berada di samping rajang. Mata Alena tidak lepas dari Jimme yang tengah berjalan, lalu Jimme mengambil sesuatu dari laci nakas tersebut. Sebuah map berwarna biru.

"Ini," Jimme memberikan map tersebut pada Alena. Alena mengambil map tersebut dan membukanya.

"Itu surat perjanjian antara aku dan Ayahmu, kamu baca baik-baik surat perjanjian itu," lanjut Jimme.

Alena mulai membaca isi surat perjanjian tersebut, hati Alena begitu hancur, benar. Laki-laki yang bernama Jimme itu tidak bohong. Ayahnya Alena memang meminjam uang pada Jimme sebesar 3 milyar, dan Alena menjadi jaminan, bila Ayahnya tidak bisa melunasi hutangnya itu. Tanda tangan sang Ayah juga tertulis di sana, tertulis di atas meterai.

"Ayah, kenapa Ayah tega padaku? Sebenarnya untuk apa Ayah meminjam uang sebanyak ini," batin Alena.

Alena merasakan matanya mulai panas, beberapa detik kemudian, cairan bening keluar dari pelupuk matanya, membasahi pipi Alena.

"Untuk apa Ayah meminjam uang sebanyak ini?" lirih Alena, terdengar oleh Jimme.

"Kamu masih bertanya, kenapa Ayahmu meminjam uang sebanyak itu?" Tiba-tiba Jimme menyahut.

Membuat Alena, mengalihkan pandangannya pada laki-laki tersebut.

"Kamu taukan Alena, hobi Ayahmu itu. Berjudi, mabuk-mabukan, berpoya-poya, mungkin uang yang saya pinjamkan, dia habiskan untuk itu," lanjut Jimme, sambil tersenyum sinis.

Alena terdiam, yang dikatakan Jimme ada benarnya. Sudah dipastikan pasti Ayahnya menggunakan uang itu, pada hal yang tidak baik tersebut.

Jimme kembali mengambil surat perjanjian itu dari tangan Alena. Alena sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi. Harus bagaimana Alena? Serta mengapa laki-laki yang bernama Jimme itu membeli Alena dari Ayahnya? Apa Alena mau dijadikan istri kedua? Seperti cerita novel yang pernah Alena baca.

Tidak, Alena tidak mau!

"Tuan, beri saya waktu. Saya akan berusaha melunasi hutang Ayah saya pada Tuan. Tolong lepaskan saya! Biarkan saya pergi, saya berjanji akan melunasi hutang Ayah saya pada Tuan secepatnya," ucap Alena. Alena memohon pada Jimme. Agar Jimme mau melepaskannya.

Walaupun sebenarnya Alena tidak yakin dengan ucapannya itu, melunasi hutang Ayahnya sebanyak 3 milyar itu. Uang dari mana? Alena mencari uang itu dimana? Seperempat nominal uang yang dipinjam oleh Ayahnya pada Jimme saja, Alena tidak punya.

Uang 3 milyar sebanyak apa? Melihatnya pun tidak pernah, uang sebanyak itu. Jangankan 3 milyar. 10 juta saja Alena tidak pernah punya uang sebanyak itu. Paling banyak Alena punya uang hanya 5 juta saja, itu pun jika kerja sebulan full dengan lembur.

Tapi tidak salahnya bukan, jika Alena mencoba. Masalah nanti gimana, itu urusan nanti saja, yang penting dalam pikiran Alena saat ini, ia bisa keluar dari rumah itu dan terlepas dari laki-laki yang bernama Jimme tersebut.

Namun ucapan Alena tersebut, malam mengundang tawa untuk Jimme. Jimme tertawa sangat keras.

"Apa saya tidak salah dengar? Kamu mau melunasi hutang Ayahmu itu? 3 milyar Alena. Saya yakin kamu tidak akan sanggup melunasinya," ledek Jimme.

"Memang saja tidak bisa melunasinya langsung, tapi saya akan mencicilnya!" ucap Alena tidak mau kalah.

"Hah, apa? Mencicilnya? Apa kamu pikir saya ini tukang kredit Alena! Saya tau kamu itu hanya karyawan pabrik biasa, gajihmu tak seberapa, jika kamu mencicil hutang Ayahmu itu, mau sampai kapan? Sampai kau mati!"

Alena terdiam, benar juga apa yang dikatakan laki-laki itu. Jika semua gajihnya setiap bulan dipakai untuk mencicil hutang Ayahnya itu, pasti sangat membutuhkan waktu yang sangat lama sekali melunasi semuanya.

"Aku bisa nebak berapa gajihmu perbulannyaa. Paling besar 5 juta, itupun kalau kamu full lembur. Jika gajihmu yang 5 juta itu dipakai untuk mencicil hutang Ayahmu yang 3 milyar itu, setiap bulannya. Maka kamu harus mencicilnya selama 600 bulan, berarti 50 tahun. Usiamu sekarang 23 tahun bukan?" tanya Jimme, Alena langsung mengangguk.

"Berarti hutangmu itu akan lunas saat kamu berusia 73 tahun. Apa kamu yakin dalam umur 73 tahun, kamu masih ada di dunia ini?" tanya Jimme lagi. Alena terlihat mengelengkan kepalanya pelan.

Jimme tersenyum penuh kemenangan, "berati tidak! Aku tidak mau kamu mencicil hutang Ayahmu itu, karna itu akan memakan waktu lama. Aku tidak mau, itu merugikan!" lanjut Jimme.

"Tapi Tu---"

"Sudahlah, jangan banyak bicara Alena. Kamu sekarang kamu sudah menjadi milikku dan kamu tidak akan pernah bisa lari dariku," pungkas Jimme memotong ucapan Alena.

"Dan satu lagi, jangan coba-coba untuk melarikan diri dari sini, kalau kamu berani melarikan diri, aku tidak segan-segan untuk menghabisi kamu dan juga Ayahmu itu! Kamu mengerti Alena?" lanjut Jimme. Mengancamnya.

Alena mengangguk pasrah. Lagi-lagi Jimme tersenyum penuh kemenangan. Setelah itu Jimme keluar dari kamar tersebut.

Alena menangis sejadi-jadinya, saat Jimme sudah meninggalkan kamarnya itu. Hancur, kecewa, kenapa Ayahnya begitu tega dengan Alena.

"Ayah jahat, selama ini aku selalu berusaha menjadi anak yang terbaik untuk Ayah, aku selalu menuruti apa kata Ayah, tapi kenapa Ayah tega melakukan ini sama Alena, Ayah tega menjual Alena pada laki-laki yang bernam Jimme, apa salah Alena ayah?!'' pekik Alena, di sela isakkan tangisnya.