Keesokan harinya setelah di pindahkan ke ruang rawat inap, ia tertidur hingga pagi hari pun tiba. Udara hangat mentari mengiringi datangnya Andita Putri Felix. Bayi mungil itu sangat cantik.
Martha menggendong Andita dengan penuh rasa kasih sayang. Ketika melihat wajah mungilnya, Martha meneteskan air mata kala mengingat Sang suami yang tega meninggalkan dirinya di saat-saat seperti sekarang ini.
"Nak .. Malangnya nasib mu!" rengek Martha. Kemudian Kinan datang dan melihat Martha yang sedang menangis tersedu.
"Ada apa, Martha? Kenapa menangis seperti itu?" tanya Kinan.
Martha menegakkan kepalanya dan melihat ke langit-langit atap kamar rawatnya. Ia tidak menghiraukan Kinan yang baru saja datang dan betanya kepadanya. Seolah ada rasa kecewa yang seketika menggimbal di dalam hati Martha ketika melihat Kinan datang perwakilan sebagai adik dari sang suami, ya, suami yang kerap kali membuatnya kecewa karena ulahnya tak ada henti untuk membuat luka di hati Sang istri, Martha.