"Siapa kamu?" tanya Amosa kepada sesosok gadis kecil yang berdiri di depannya.
Gadis itu justru tersenyum. "Apakah kamu masih ingat, beberapa bulan lalu kamu menggambil sebuah boneka dari seorang wanita yang kamu bunuh?" ucapnya.
Amosa terkejut, dan langsung berdiri. Jantungnya mulai memompa darahnya dengan cepat. "Memang kapan aku melakukan hal itu? Dan ada apa dengan boneka yang aku ambil?" tanyanya.
"Ternyata kamu tidak sepintar Aboy, Amosa," ejek gadis itu. "Kenalkan, aku Ceki, arwah yang bersemayam dalam boneka yang kamu ambil dari ibuku, Tatrix. Dan aku juga, yang membuat sahabatmu meninggal dengan keadaan tragis," lanjut Ceki.
Jantung Amosa akhirnya berdetak kencang, beberapa bagian kulitnya mengeluarkan keringat dingin, dan bibirnya bergetar ketakutan. Saat ini perasaan Amosa bercampur antara takut dan kesal. Ia mengepalkan kedua tangannya.
"Apa alasanmu melakukan hal itu kepada teman-temanku?" tanya Amosa.
"Karena tujuanku adalah membuat hidupmu menderita, setelah kamu menderita, aku juga akan membunuhmu beserta seluruh anggota keluargamu dengan menikmatinya," jawab Ceki.
"Apakah kamu tidak memiliki perasaan? Apakah kamu mengerti apa yang aku rasakan sekarang?" bela Amosa.
"Justru itu pertanyaanku," sanggah Ceki. "Apakah kamu tahu apa yang aku rasakan setelah ibuku kamu bunuh? Bagaimana aku tidak marah, melihat ibuku terbunuh tepat di depan kedua mataku. Ia sudah mengatakan kalau kamu menginginkan hartanya silahkan ambil. Akan tetapi, kamu justru membunuh ibuku, bahkan kamu juga merenggut diriku darinya," sambungnya.
"Apakah kamu ke sini mau balas dendam mengenai apa yang telah aku lakukan kepada Tatrix?" Amosa kembali bertanya.
"Benar sekali. Alasan aku melakukan ini semua terhadap kehidupanmu adalah untuk membalaskan dendam mengenai kematianku. Aku memang sengaja tidak membuatmu tertangkap pihak berwajib, karena dalam prinsipku, nyawa harus dibayar dengan nyawa. Jika kamu tertangkap, maka aku tidak bisa membunuhmu, karena kamu hanya akan mendapatkan hukuman kurungan, jelas Ceki.
"Apakah aku salah membalaskan dendam atas kematian anakku, Aulia?" kata Amosa dengan intonasi tinggi. "Aku nekat membunuh Tatrix karena ia sudah merenggut nyawa dari anakku, Aulia yang tidak berdosa. Apakah aku salah melakukan hal itu?" lanjutnya.
"Ibukku punya alasan sendiri mengapa ia membunuh Aulia. Karena dengan membunuh-" perkataan Ceki terhenti.
"Alasan apapun, jika membunuh seseorang pasti tidak bisa di benarkan, meskipun alasan tersebut berada di jalan kebaikan," kata Amosa dengan perasaan yang menggebu-gebu dan emosi yang memuncak.
Saat ini, ketakukan dalam diri Amosa sudah terkalahkan dengan perasaan marah sekaligus kesal. Bagaimana tidak, selain ia bertemu dengan siapa pembunuh sahabat baiknya. Amosa juga sangat marah mengetahui kalau Aulia dijadikan tumbal oleh Tatrix.
"Apakah kamu tidak tahu bagaimana perjuangan seorang ibu dalam membesarkan anak-anaknya. Ia rela mempertaruhkan hidupnya bahkan nyawanya demi kehidupan anaknya. Dan itulah yang membuat ibuku, Tatrix rela melakukan hal sekeji itu," jelas Ceki.
"Meski alasan Tatrix melakukan hal itu adalah demi anaknya. Namun, ia telah merenggut kebahagiaan orang lain. Tatrix lebih mementingkan kehidupannya sendiri ketimbang kebahagiaan orang lain. Hal tersebut menandakan bahwa sebuah ke-egosian bersemayam dalam dirinya Tatrix," ucap Amosa.
"Anak mana yang tidak kesal melihat ibunya terbunuh tepat di depan kedua matanya?" kata Ceki yang emosinya mulai merangkak ke tangga tertinggi.
"Ayah mana yang tidak kesal mendengar putrinya terbunuh oleh orang yang paling dekat dengan dirinya? Ayah mana yang tidak marah melihat kematian anaknnya tidak mendapatkan keadilan dari pihak yang berwajib?" Amosa membalikkan pertanyaan dengan intonasi tinggi.
"Perjuangan ibukku begitu menyakitkan. Ia harus menanggung rasa penyesalan, ketakutan, dan kesengsaraan sendirian. Ibuku, Tatrix melakukan hal itu semua agar aku senantiasa di sisinya. Alasan inilah, yang juga menjadi penyebab aku melakukan hal sekeji itu kepada sahabatmu. Bahkan, kematian tragis juga akan menimpamu beserta keluargamu," jawab Ceki yang tidak nyambung dengan pertanyaan Amosa.
"Kenapa kamu melibatkan anggota keluargaku dan sahabatku? Bukankan tujuanmu adalah mengambil nyawaku?" tanya Amosa.
"Karena kamu telah membuat keluargaku berantakan dengan membunuh ibuku. Selain itu aku menginginkan nyawamu, aku juga ingin mengancurkan keluargamu agar seimbang dengan apa yang telah kamu lakukan kepada ibuku, Tatrix," jawab Ceki dengan tatapan tajam mengarah ke Amosa.
"Tatrix-lah yang memulai duluan dengan membuat Aulia tewas mengenaskan. Jika ia tidak membunuh anakku pada kala itu, maka aku tidak akan membunuh Tatrix," jelas Amosa.
"Akan aku berikan informasi mengenai siapa ibuku, dan alasan apa yang membut anakmu dijadikan tumbal olehnya," kata Ceki.
*****