Dalam beberapa hari ini, Tatrix terus merenung meratapi kesialan yang bertubi-tubi menimpanya. Setelah kehilangan anak satu-satunya 3 hari yang lalu, kali ini ia dihadapkan masalah yang lebih menyakitkan. Suaminya menceraikan dirinya karena ia bersikukuh bahwa kematian anaknya karena kelalaian Tatrix.
"Aku tidak tahu, sekarang harus melakukan apa. Anak yang aku harapkan harus meninggal diusia 10 tahun. Seseorang yang paling aku cintai juga mengkhianati ikatan suci kami. Oh tuhan, apakah ini adalah rencanamu?" kata Tatrix kepada dirinya sendiri. "Jika memang ini adalah rencanamu, izinkan aku untuk keluar dari semua rencana yang sudah kamu buat, dan biarkan aku hidup secara bebas atas kehendakku. Setelah itu, kamu boleh menghukumku kelak," lanjutnya.
Rintikan air hujan deras mengalir, dan menyebabkan suara ketika mengenai atap rumah. Kilatan cahaya petir dan suara gemuruh terus menghiasi malam ini. Suasana kota begitu gelap, seakan-akan mengasihi atas apa yang Tatrix alami.
Tatrix mengambil boneka yang berbaring di sampingnya, kemudian menaruhnya tepat di depan mukanya. Boneka itu memakai baju terusan berwarna hitam dengan rok setinggi lutut. Rambutnya terurai, bibirnya berwarna merah merona, dan kedua bola matanya menatap tajam.
"Andai ada seseorang yang bisa membangkitkan Ceki, maka aku akan bersedia melakukan apapun deminya," kata Tatrix.
Kilatan cahaya petir menyambar dengan sangat terang, kemudian di ikuti suara dentuman yang begitu dasyat. Dentuman tersebut mampu membuat orang yang mendengarkan terkejut.
Tatrix langsung teringat, bahwa ada seseorang yang mampu memanggil arwah orang yang telah meninggal. Ia teringat, bahwa dulunya suaminya pernah mengajak dirinya untuk memanggil arwah seseorang untuk kepentingan bisnis.
Tanpa basa-basi, Tatrix langsung berjalan keluar rumah sembari membawa boneka kesayangannya Ceki. Meski di luar sedang hujan lebat, ia tidak mempermasalahkannya. Tatrix sudah tidak punya satupun kendaraan, karena semua kendaraan miliknya sudah dibawah suaminya. Bahkan barang-barang berharga tak luput di ambil. Tatrix hanya di sisakan rumah dan beberapa aset, mengingat baranv tersebut adalah peninggalan orang tua Tatrix.
"Semoga kamu bisa di andalkan tuan Terles," ucap Tatrix sembari berjalan menerjang lebatnya hujan.
*****
"Saat ini, arwah dari anak ibu sudah berada di dalam boneka tersebut," kata tuan Terles sembari menunjuk boneka yang sedang di gendong oleh Tatrix.
"Terima kasih tuan Terles atas bantuannya," jawab Tatrix.
"Cukup melelahkan untuk bisa memanggil arwah orang yang sudah mati. Aku harus berpuasa dan berbuka nasi sama air selama 7 hari. Setelah itu aku harus bertapa dengan mengubur diri dan menyisakan kepalaku saja selama 10 hari. Tidak berhenti di sana, aku juga harus bisa bernegosiasi agar dia mau kembali ke dunia," jelas tuan Terles.
Tatrix tidak berkomentar, dia hanya mengangguk. "Sesuai perjanjian, aku memberikan anda 5 aset perumahan yang senilai 750 juta. Saat ini aku masih memiliki 3 aset perumahan setelah aku berikan kepada anda. 12 lainnya sudah dibawa suamiku," katanya.
"Perjanjian yang telah kita sepakatai beberapa hari yang lalu hanyalah sebuah patokan, bisa kurang bisa lebih. Mahar segitu masih kurang, mengingat perjuanganku yang mempertaruhkan kesehatan hingga nyawa. Namun, jika kamu mau melayaniku selama 5 hari di sini, mahar segitu sudahlah cukup," tawar dari tuan Terles.
Seketika amarah Tatrix tersulut, karena tuan Terles menginginkan tubuhnya. Tatrix binggung, apakah dia memilih kehilangan kerhormatan dirinya, atau tidak bertemu Ceki selamanya. Ia diam dan berfikir sesaat.
"Baik, akan aku layani," ucap Tatrix.
Saat ini Tatrix tidak bisa menolak tawaran dari taun Terles. Selain mengetahui kalau perjuangan pemanggilan arwah tidaklah mudah, tetapi demi bisa hidup bersama Ceki lagi, Tatrix rela memberikan apapun.
"Sebelumnya, akan aku beritahu. Arwah ini tidaklah sama dengan roh manusia, yang butuh makan dan minum. Arwah Ceki tidak membutuhkan hal itu, cukup berikan satu tumbal setiap tahunnya dan sayangilah seperti ia masih hidup dulu. Niscaya, dia akan melakukan apapun sesuai perintahmu," jelas tuan Terles.
"Baik tuan Terles, terima kasih atas penjelasannya," kata Tatrix sebari mengelus kepala boneka yang dibuat bersemayam oleh arwah Ceki.
"Sekarang, kamu taruh boneka itu, kemudian layani aku sesuai perjanjian kita," suruh tuan Terles.
"Baik, akan aku layani anda," kata Tatrix yang pasrah.
"Setelah melayani tuan Terles, aku akan mencari pembantu dan membuka jasa bimbingan belajar. Dengan begitu, aku akan mudah mendapatkan tumbal untuk Ceki," batin Tatrix sebelum melayani tuan Terles.
*****