Chereads / MINE : JENSON AND CHRISTABELLA / Chapter 35 - DIA BISA MEMBUNUHMU DI TEMPAT

Chapter 35 - DIA BISA MEMBUNUHMU DI TEMPAT

"Memangnya kenapa?"

"Apa kamu tidak takut pada Jenson? Dia bisa saja membunuhmu di tempat."

"Bukannya itu bagus? Christabella jadi sadar bahwa suaminya itu reinkarnasi dari raja neraka."

Liora menggertakkan giginya dan dia ingin sekali mengumpat Gavin yang sudah berapa kalinya sejak tadi menyebut Jenson seperti itu.

"Ada apa dengan wajahmu? Kamu tidak terima aku menyebut Jenson seperti itu?"

Gavin tertawa mencemooh.

"Tentu saja, bagaimanapun aku sekarang mencintainya."

"Ya, terserah kau saja. Aku pergi dulu."

"Secepat itu?"

Gavin hanya menganggguk dan kemudian pergi dari apartemen Liora.

***

Christabella baru saja akan makan malam bersama Jenson saat bel pintu berbunyi.

"Siapa yang datang malam-malam begini?" tanya Christabella.

Jenson hanya mengedikkan bahunya dan lebih memilih menambahkan beberapa sayuran pada piring Christabella hingga kepala pelayan berkata padanya.

"Tuan Jenson, seseorang menunggu anda di ruang tamu."

"Siapa?"

"Teman anda, katanya sudah membuat janji."

Dahi Jenson langsung berkerut keras, pasalnya dia hampir tidak memiliki teman yang akrab sampai harus berkunjung malam-malam begini. Hanya Antonie saja yang sangat dekat dengannya karena merupakan asistennya sejak dulu.

Sementara di sampingnya, Christabella langsung berkeringat dingin.

"Apakah itu Gavin? Semoga saja tidak."

Christabella terus berdoa dalam hati sambil membuntuti Jenson yang sudah tidak sabar melangkah ke ruang tamu.

Dan, begitu dia melihat sosok Gavin tengah duduk santai di ruang tamu. Christabella merasa udara di ruang tamu langsung turun beberapa derajat bersamaan dengan tatapan Jenson yang mematikan pada mantan kekasih Christabella itu.

"Selamat malam Christabellaku Sayang."

Christabella merasa akan tamat sekarang.

"Kenapa kamu tidak menyambutku? Padahal saat di kampung halamanku, kau begitu sosweet padaku. Oh, aku tahu apa kamu takut dengan suamimu?"

Christabella merasa mulutnya terkunci rapat dengan jantung yang seolah turun ke jurang yang terdalam. Dalam hati dia geram sekali pada Gavin, bisa-bisanya dia tidak melihat situasi.

"Tuan Thompson, apa kau sudah selesai bicara?" sela Jenson yang sedari tadi menahan amarah dan rasanya ingin mengubur Gavin hidup-hidup saat ini juga.

"Tentu saja belum, kami sudah lama sekali tidak bertemu. Apalagi terakhir dia meninggalkanku begitu saja dalam keadaan aku begitu mengenaskan di tengah jalan. Bagaimanapun Christabella kesayanganku itu berhutang penjelasan padaku, Tuan Jenson."

Jenson menggertakkan giginya saat mencoba menahan amarah, tapi menurutnya dengan sikap Gavin yang pura-pura sangat gentle di depannya, itu akan membuang waktu jika dia tiba-tiba meledak saat ini.

Jadi, Jenson ingin mengikuti sikap tenang Gavin Thompson dan membalasnya dengan cara yang menyakitkan.

Ya, Jenson berusaha tidak marah sama sekali dan justru menghampiri Christabella, menggenggam erat tangan istrinya dan mengecup kening Christabella dengan lembut.

"Apa ada yang ingin kamu jelaskan padanya Sayang?"

Christabella merasa sangat canggung juga gelisah, ia tahu Jenson sebenarnya sedang berusaha menyimpan amarahnya yang bisa meledak kapan saja, jadi ia sangat takut dan berhati-hati.

"A... aku... waktu itu bahkan tidak bisa mengingat apapun, jadi apa yang harus aku jelaskan padanya?"

Kalimat itu meluncur begitu saja dari mulut Christabella, meski ia tahu penjelasan absurdnya itu pasti akan sangat melukai hati Gavin.

Benar saja, Gavin langsung tertawa meski tatapannya terlihat sangat jelas bahwa dia marah padanya.

"Apa kau tidak ingat sama sekali Christabella? Atau kau memang berpura-pura lupa di depan suamimu?"

"Aku tidak mengingat apapun."

"Apapun? Kenapa kamu jadi pandai sekali berakting? Christabella come on! Kau sendiri yang memintaku membawamu pergi ke luar negeri, meminta bantuanku hampir setiap hari dan kita sudah selayaknya suami istri sungguhan. Haha lucu sekali jika kau melupakan semua itu, apalagi janin yang kau kandung itu adalah milikku, bagaimana bisa kau bersikap konyol seperti ini sekarang?"

"Gavin, cukup!"

Christabella merasa dirinya meledak-ledak.

"Apa aku sudah salah bicara?" Gavin tertawa mencemooh.

"Tentu saja kau benar-benar salah bicara. Gavin dengar, aku memang memintamu untuk membawaku ke luar negeri karena saat itu Jenson bersikukuh menikahi Liora dan tidak mau menceraikanku, tapi bukan berarti kamu bisa berbicara semaumu seperti sekarang. Meski aku sudah lama menjadi kekasihmu, hubungan kita tidak pernah lebih dari itu dan aku tegaskan lagi padamu kalau anak ini bukan anakmu dan tentu saja anak Jenson. Kita tidak pernah melakukan itu Gavin, jadi stop berbicara omong kosong!"

Bukannya marah, Gavin justru tertawa keras.

"Christabella ayolah! Kita akui saja hubungan ini di depan Jenson, memangnya kenapa? bukankah kamu bilang ingin sekali bercerai dengannya?"

"Gavin Thompson...."

Belum sempat Christabella memuntahkan semua amarahnya pada Gavin, Jenson menarik tubuh Christabella ke dalam pelukannya dan mencium bibir istrinya itu dengan ganas, seolah dia mencegah Christabella meluapkan semua amarahnya pada Gavin agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan pada janinnya, juga dia ingin menunjukkan pada Gavin bahwa Christabella adalah miliknya, selamanya.

Sementara di sisi lain, Gavin membeliak dan hatinya langsung terbakar hebat begitu menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri bagaimana Jenson mencium Christabella yang begitu romantis juga penuh emosional.

Dia mengepalkan tinjunya dengan erat dan bersiap memukul Jenson, namun saat itu Antonie dan para pengawal lain segera datang dan menahannya.

"Lebih baik anda pergi dari sini Tuan Thompson." Antonie mencoba mengingatkan.

Karena Jenson mulai tidak peduli pada sekitar dan dia menggendong Christabella ke lantai atas sambil tak berhenti menciuminya.

Gavin yang sudah diperingatkan, langsung pergi begitu saja dengan jejak kemarahan yang luar biasa di hatinya.

Meski terlihat begitu penurut, namun sebenarnya dia sedang berencana balas dendam untuk melenyapkan Jenson. Ya, dia jelas tidak terima dengan sikap Jenson dan Christabella barusan.

Itu lebih menyakitkan daripada sakit di sekujur tubuhnya saat seluruh anak buah Jenson menghajarnya.

"Bersiaplah dengan kehancuranmu bersama suami sombongmu itu Christabella." Geramnya dalam hati.

***

"Jenson!"

"Hmm, kenapa?"

Christabella menggeleng dan hatinya tiba-tiba dipenuhi kesedihan saat melihat wajah Jenson yang dipenuhi kesabaran terhadapnya. Saat itu, Christabella justru tidak bisa menahan dirinya untuk tidak menangis begitu tiba di kamar mereka.

Jenson pelan-pelan menurunkan Christabella ke tempat tidur mereka dan berbaring di sampingnya.

"Kenapa kamu menangis? Apa aku menyakitimu?"

Christabella menggeleng dan membelai lembut pipi Jenson.

"Aku minta maaf."

Jenson menaikkan salah satu alisnya saat senyuman tipis mengembang di wajahnya yang rupawan.

"Untuk?"

"Semuanya."

Jenson tersenyum dan dia membelai lembut wajah Christabella setelah menyeka air matanya.

"Aku sudah memaafkanmu, lagipula aku juga salah waktu itu."

Christabella menghela nafas lega sebelum dia mengangguk.

"Baiklah, kalau begitu bisakah kita menghapus masa lalu dan memulai semuanya dengan cinta yang baru?"

Jenson hanya mengangguk sebelum akhirnya mencium bibir Christabella sekali lagi.