Chereads / MINE : JENSON AND CHRISTABELLA / Chapter 36 - AKU SANGAT MERINDUKANMU, JAZ!

Chapter 36 - AKU SANGAT MERINDUKANMU, JAZ!

***

Gavin baru saja tiba di apartemen kecilnya saat dia menerima panggilan dari Liora, tanpa basa-basi Gavin langsung merejectnya.

Namun, bukan Liora kalau dia menyerah begitu saja. Dia terus memanggil Gavin tanpa henti.

"Shit!"

Gavin menonaktifkan ponselnya dan membuangnya ke sembarang arah, sebelum dia ke kamar mandi untuk menenangkan dirinya dengan siraman air hangat.

Begitu dia keluar dari kamar mandi setelah berendam di batthub sangat lama, bel apartemennya berbunyi.

Dia mendesah kasar karena tahu siapa datang.

Ya, siapa lagi kalau bukan Liora.

"Ada apa?" tanya Gavin malas saat dia membukakan pintu.

"Kamu bilang ada apa? Gavin Thompson, tentu saja harusnya kau laporan padaku dan tidak perlu membuatku susah-susah ke sini. Aku itu sibuk, aku baru saja selesai pemotretan dan kau sudah menyusahkanku datang ke tempatmu. Menyebalkan!"

Gavin menghela nafas dan dengan santai berjalan menuju pantry untuk membuatkan kopi Liora.

"Aku tidak menyuruhmu ke sini." Ujarnya santai sambil menyerahkan kopi.

"Itu karena kau menonaktifkan ponselmu dan terus mereject panggilanku. Sial sekali aku satu tim dengan orang sepertimu, sama sekali tidak menguntungkan."

Liora terus menggerutu di sela dia meniupi kopinya.

"Dari awal kau yang mencariku." Kata Gavin dengan senyum tipisnya.

Liora mendengus kasar dan tidak bisa menyangkal karena memang itulah kebenarannya.

"Jadi bagaimana? Apa kau berhasil tadi?"

Gavin menggeleng dengan tenang dan meletakkan kembali kopinya ke meja.

"Bahkan caramu yang tadi juga tidak berhasil?"

"Ya."

"Brengsek, kenapa Jenson jadi seperti itu pada Christabella?"

"Mungkin karena kehamilan Christabella."

Liora menyeringai saat ide jahat melintas di pikirannya.

"Kalau begitu kenapa kita tidak musnahkan saja janin Christabella?"

"Terserah kau saja."

Liora menatap Gavin kesal.

"Jangan bilang kau sudah menyerah?"

Gavin mengedikkan bahunya dan dia menyeruput kembali kopinya, melirik ke arah Liora yang malam ini terlihat sangat cantik dengan gaun yang sedikit terbuka di bagian dada dan mantel hitam yang menutupi tubuhnya.

"Gavin, kau tidak boleh mudah menyerah."

Dia tersenyum saat memikirkan sesuatu tanpa sepengetahuan Liora.

"Maksudmu, kita masih satu tim?"

"Tentu saja."

"Baiklah, apapun yang membuatmu senang." Ujar Gavin dengan nada sedikit berbeda dari biasanya.

***

"Saya sudah tahu siapa pelaku penyebaran foto kemarin Tuan, apa anda ingin mengetahuinya?"

"Tentu saja, cepat katakan siapa orangnya?"

"Nona Liora."

Jenson langsung membeliak dan menghentikan pekerjaannya.

"Liora?"

Antonie mengangguk dengan serius.

"Apa kamu mempunyai buktinya?"

Antonie dengan sigap menyerahkan map tebal yang berisi bukti yang sudah dicetak di dalamnya.

Begitu melihat semua yang ada di dalam map itu, ekspresi Jenson langsung berubah gelap. Dia bangkit dari duduknya dan keluar dengan marah.

"Tuan, anda mau kemana? Rapat dengan para eksekutif akan berlangsung sepuluh menit lagi."

"Tunda atau kau saja yang menggantikanku." Jenson berkata dengan suara rendah tanpa menoleh sedikitpun dan langsung buru-buru masuk lift.

Di sisi lain, Antonie menghela nafas pasrah. Entah kenapa dia menyesal memberitahunya secepat itu.

Di tempat yang berbeda, Liora baru saja bangun tidur dan kemudian berendam di batthub untuk memanjakan dirinya. Hari ini jadwal syutingnya sedikit longgar dari biasanya, jadi Liora merasa sangat santai.

Saat dia sedang asik berendam, pintu bel apartemen berbunyi.

"Sial, apa itu Gavin yang datang? Tumben. Hmm laki-laki itu ternyata pengganggu juga. Menyebalkan." Gerutu Liora.

Meski malas, tapi mau tidak mau dia harus membukakan pintu karena bel yang ditekan berkali-kali dengan tidak sabar rupanya sangat menganggunya.

"Iya, kenapa Gavin menjadi semakin tidak sabar? Memangnya ada berita penting yang harus aku dengar sepagi ini? huh."

Liora terus saja menggerutu sambil membenahi tali jubah mandinya dan berjalan cepat menuju pintu.

Namun, begitu pintu terbuka, dia terkejut sekaligus deg-degan, tapi bukan Liora namanya kalau tidak pandai mengelabuhi situasi.

"Jaz!"

Liora sengaja menyebut nama Jenson dengan Jaz agar Jenson mengurungkan kemarahannya, dan itu berhasil.

Jenson bahkan tidak menolak saat Liora berlama-lama memeluknya.

"Aku sangat merindukanmu Jaz!"

Jenson linglung sesaat dan dia tiba-tiba justru merasa sedih.

"Boleh aku masuk?"

Liora mengangguk senang dan dia bergelayut manja di lengan Jenson.

"Kamu mau minum kopi Jaz?"

Jenson mengangguk dengan ekspresi rumit di wajahnya.

Di sisi lain, Liora yang saat ini berjalan ke pantry tersenyum penuh kemenangan melihat perubahan sikap Jenson.

"Aku tidak menyangka itu akan berhasil," batinnya.

Semakin dia memikirkannya semakin dia senang, jadi Liora ingin bersenang-senang bersama Jenson dengan menambahkan obat perangsang di kopinya.

"Be mine, Jens." Batinnya.

Dia dengan senyuman liciknya kembali pada Jenson dan menaruh dua kopi itu ke meja kopi.

"Minumlah Jaz!"

Jenson tanpa ragu meminumnya. Begitu dia selesai minum, dia dengan serius berkata, "Liora dengar! Aku bukan Jaz."

Liora langsung terkejut dan ekspresinya berubah meyedihkan.

"I'm sorry, aku semakin kacau akhir-akhir ini karena aku terlalu merindukan Jaz, setiap malam bahkan aku tidak bisa tidur nyenyak."

Liora menyeka air matanya dan terisak dengan menyedihkan.

Jenson menghela nafas dan dia seolah bisa merasakan kesedihan Liora, jadi dia ragu-ragu saat akan memarahinya.

"Aku bisa mengerti, tapi ada yang ingin aku tanyakan padamu."

"Soal apa itu?"

"Foto tentang Christabella, apa itu kau yang menyebarkannya?"

Tangis Liora semakin pecah dan menjadi-jadi.

"Kamu bahkan berani menuduhku Jens."

"Tapi aku punya semua buktinya." Papar Jenson tanpa ekspresi.

"Ternyata Gavin licik juga ya, dia yang melakukannya tapi dia justru melempar semua bukti ke arahku?"

Jenson mengerutkan keningnya dengan keras sambil mengambil kembali cangkir kopinya dan meminumnya.

Sementara diam-diam Liora merasa sangat senang.

"Apa maksudmu?"

"Jens, sekarang kamu pikir untuk apa aku melakukannya? Aku tidak mencintaimu dan sampai saat ini aku masih sangat mencintai Jaz, meski wajah kalian sama, tapi tetap saja kalian berbeda. Tidak ada yang bisa menggantikan Jaz di hatiku!" tegas Liora di sela tangisnya.

Dia memang luar biasa dalam hal berakting, tak heran kalau dia selalu mendapat penghargaan sebagai aktris dan model terbaik dalam beberapa tahun terakhir berturut-turut.

"Oke, aku tahu kau sangat mencintai Jaz, tapi Liora apa kamu lupa? Terakhir kali kau memaksaku untuk menikahimu kan?"

"Itu karena waktu itu aku sedang hamil anak Jaz dan aku masih sangat kacau karena Jaz tiba-tiba meninggalkanku. Jenson Alex, sekarang terserah kamu! Aku tidak peduli apapun persepsimu tentangku. Yang jelas aku akhir-akhir ini sangat sibuk dan aku tidak punya waktu untuk hal-hal seperti itu." Murka Liora.

Jenson menghela nafas tanpa daya dan saat itu dia tiba-tiba merasa seluruh tubuhnya sangat panas.

Bersamaan itu, Liora juga merasakan hal yang serupa dengan Jenson.