"Obatnya ternyata sudah mulai bekerja," batin Liora yang diam-diam mulai senang.
Dia kemudian duduk di samping Jenson dan mulai mencoba menyentuh dada bidang Jenson untuk merayunya.
Tapi, Jenson dengan cepat menepis tangan Liora.
"Aku harus segera pulang." Tegas Jenson yang sedang bersusah payah menahan hasratnya.
Meski begitu dia masih memiliki akal sehat dan tidak ingin melakukannya dengan Liora.
"Tapi Jens..."
"Liora, aku tahu apa yang kamu lakukan sekarang, dan kamu masih ingin mengelak bahwa kamu tidak menginginkanku? Ingatlah perkataanmu tadi dan setialah dengan Jaz!"
Jenson kemudian pergi dengan cepat setelah mengatakan itu, hasrat di tubuhnya semakin menggila dan dia harus cepat sampai ke villa untuk menemukan Chritabella.
Ya, dia hanya ingin melakukannya dengan Christabella, meski dulu dia sudah pernah dijebak Liora, tapi dia benar-benar tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama lagi.
Apalagi saat ini Christabella sedang memberinya kesempatan kedua.
Jenson tidak ingin menyia-nyiakannya.
Sementara di apartemennya, Liora sangat marah sehingga membanting apa saja yang dilihatnya, bersamaan itu gejolak di tubuhnya semakin menggila.
"Jenson benar-benar brengsek!" teriak Liora.
Saat itu, pintu apartemen berbunyi.
Liora dengan cepat membukakan pintu karena dia masih berharap sesuatu milik Jenson tertinggal dan dia memiliki kesempatan untuk menahan Jenson, tapi ternyata dia salah.
Bukan Jenson yang datang melainkan Gavin.
Liora sangat murka di dalam hatinya, tapi dia kalah dengan gejolak di tubuhnya.
Dia menatap Gavin dengan tatapan memohon sesuatu.
"Apa yang terjadi denganmu?" tanya Gavin heran.
Liora hanya diam dan membiarkan Gavin masuk begitu saja.
Dia sedang bersusah payah menahannya.
"A... Ada apa kamu ke sini?"
"Tidak ada apa-apa, aku hanya bosan di apartemenku. Jadi aku memutuskan membeli sesuatu untukmu dan berkunjung ke sini, apa aku mengganggumu?"
Liora hanya menggeleng dengan nafas yang terengah-engah.
"Gavin..."
"Ya, kenapa..."
Belum selesai Gavin menyelesaikan kalimatnya. Liora sudah mendorongnya ke sofa dan menciumnya.
"Liora, kau..."
Tak peduli apa yang Gavin pikirkan tentangnya, Liora terus mencumbu Gavin dan menuntaskan hasrat membara di dalam tubuhnya.
Hal yang sama juga terjadi pada Jenson.
Setibanya di villa, dia langsung menyerang Christabella yang baru saja keluar dari kamar mandi dan mencumbunya.
"Jenson, apa yang terjadi?" heran Christabella di sela ciuman panas Jenson.
"Tidak, aku hanya menginginkanmu."
Hanya itu penjelasan Jenson.
Setelahnya dia terus menyerang Christabella hingga mereka berakhir di tempat tidur dan menjalani malam yang menggairahkan.
Keesokan harinya, Jenson dibombardir oleh panggilan dari Antonie karena dia jam 9 pagi baru bangun dan mengaktifkan ponselnya.
"Ya, ada apa?"
"Maaf Tuan, tiga puluh menit lagi akan ada meeting penting terkait Mega proyek dengan Golden Enterprise dari Hongkong."
"Ya, aku mengerti, aku akan segera ke sana."
Di ujung telepon, Antonie tampak menghela nafas lega.
Sementara Jenson justru terlihat masih malas-malasan karena Christabella yang cantik masih tidur di sisinya.
Dia menciumi mata, hidung dan juga bibir Christabella dengan lembut sebelum dia beranjak pergi dari tempat tidur.
Tapi, begitu Jenson bergerak menjauh dari Christabella, Christabella langsung menahannya.
"Mau kemana?"
"Tentu saja pergi ke kantor, ini sudah jam 9 dan aku ada meeting penting."
Bisiknya lembut yang kemudian berakhir mencium bibir Christabella.
"Jadi, apa aku boleh bersiap-siap sekarang?"
Christabella mengangguk dengan manis.
"Pergilah!"
Jenson tersenyum tipis dan dia pergi ke kamar mandi untuk bersiap-siap.
Begitu dia keluar dari walk in closed dengan setelan hitamnya, dia mengerutkan keningnya dengan keras.
"Christabella, kamu dimana?"
Jenson sedikit panik dan dia langsung menuju ke kamar mandi saat mendengar suara orang muntah.
Dia masuk dan menemukan Christabella yang kelelahan di depan wastafel.
"Apa sangat sakit?"
Christabella yang lemah hanya memejamkan mata dan tidak menjawab pertanyaan Jenson.
Jenson kemudian menuntunnya kembali ke tempat tidur dan membantunya duduk.
Setelah itu, dia memanggil pelayan untuk membuatkan teh hangat untuknya.
"Semoga membantu." Ucapnya sambil membantu Christabella meminum tehnya.
Christabella hanya mengangguk dan langsung menghabiskan semua tehnya.
Saat itu, ponsel Jenson berdering dan lagi-lagi nama Antonie tertera di layar.
Jenson menghela nafas kasar sebelum dia akhirnya menerimanya.
"Pergilah! Aku baik-baik saja, Jens." Titah Christabella begitu melihat ekspresi rumit Jenson setelah menerima telpon dari Antonie.
Jenson terpaksa mengangguk.
Christabella justru yang tersenyum melihat ekspresi Jenson.
"Tidak baik membuat orang lain menunggu terlalu lama," godanya.
Jenson akhirnya terkekeh dan dia menciumi Christabella sekali lagi sebelum akhirnya benar-benar pergi.
***
Di apartemennya, ponsel Liora berdering keras. Sebuah panggilan dari managernya yang sudah ke berapa kalinya sampai sekarang.
"Liora, ponselmu!"
Gavin yang menyadari keberisikan itu akhirnya bangun, meski masih dengan malas-malasan.
Dia mengguncang tubuh Liora yang masih satu selimut dengannya dan tidur memunggunginya.
"Liora, managermu sangat berisik, ayolah!"
Liora akhirnya menggeliat dan dia tanpa sadar menerima ponsel itu dari tangan Gavin tanpa mengubah posisinya.
Begitu dia sadar ada seseorang di sampingnya, Liora langsung menjerit keras.
"Aaaa... Gavin, kenapa kamu ada di sini? Pergi!"
Gavin hanya mendengus kasar sambil dengan santai mengubah posisinya menjadi duduk bersandar di headboard.
"Hmm, semalam kau sendiri yang merayuku dan kita berakhir seperti ini, apa kau amnesia?" kesal Gavin.
Liora membeliak, tapi dia dengan cepat ingat bahwa memang benar dia yang merayu Gavin karena obat yang ada dalam minumannya.
Meski awalnya Jenson lah sasaran utamanya.
Begitu ingat soal itu, wajah Liora berubah seperti kepiting rebus dan dia tidak tahu harus bersikap apa pada Gavin karena luar biasa malunya.
"Soal itu... Aku minta maaf." Aku Liora akhirnya setelah terdiam cukup lama.
Gavin hanya mengangguk santai dan justru mengingatkan lagi, "Itu bisa dibicarakan lagi nanti, sekarang angkat dulu telfonmu!"
Liora mendengus sebelum menuruti perintah Gavin untuk menerima panggilan dari Dania.
"Ya Dan, ada apa?"
"Liora, ini sudah hampir jam 10 dan kamu masih bertanya santai ada apa?"
Liora memejamkan matanya frustasi sambil melirik ke arah Gavin. Setelahnya dia menghela nafas kasar saat berkata, "Aku akan siap-siap sekarang."
"Ya, tapi buka dulu pintu apartemenmu. Aku sudah di depan."
Liora langsung panik, tapi Gavin justru bertanya padanya dengan suara normal.
"Ada a..."
Sontak Liora langsung membungkam mulut Gavin, meski begitu Dania masih bisa mendengar suara Gavin juga Liora yang berusaha mendiamkannya.
"Kamu punya kekasih baru?"
"Ha?"
"Aku mendengar suara laki-laki barusan."
"Tidak, dia... Emm, maksudku... Iya aku sedang bersama kekasihku sekarang, jadi tunggu saja di cafe dan aku akan segera bersiap-siap."
"Hmm, baiklah."
Panggilan dimatikan dan Liora langsung menghela nafas frustasi. Sementara di sisinya, Gavin tampak tersenyum senang.