Hari ini Kirana ingin berkumpul dirumah Ghea, Ghea adalah salah seorang teman kuliah Kirana, mereka mengadakan pertemuan dirumahnya. Kirana berangkat sendiri dengan mengendarai mobilnya, suaminya tidak ikut karena ada janji dengan pasiennya walau hari libur.
Kirana sudah sampai dirumah Ghea yang ternyata masih sepi, belum ada teman - teman yang lain.
"Haii Kiran, apa kabar?" Sapa Ghea sambil mereka berdua cipika - cipiki.
"Alhamdulillah baik!"
"Lo gimana?"
"Baik."
"Suami lo ga ikut?" Tanya Ghea.
"Nggak! Dia lagi ada janji sama pasiennya di klinik."
Kirana dipersilahkan masuk ke dalam, lalu ia duduk diatas sofa.
"Gue tinggal dulu ya!" Ucap Ghea, ia masuk ke dalam untuk mengambilkan makanan dan minuman untuk Kirana. Tak lama kemudian datanglah Rafi dan Dion.
"Hey Kiran, mana si Farhan? Ga dateng?" Tanya Rafi. Kirana melirik Ghea, rupanya Rafi tidak tahu kalau Kirana dan Farhan sudah berpisah.
"Mana gue tau Farhan kemana!" Ucap Kirana.
"Kan biasanya kalian sama - sama!" Sahut Dion.
"Oh iya, gue lupa, waktu nikah gue ga ngundang kalian. Maaf ya!"
Rafi dan Dion mengernyitkan alisnya, sambil memandang Kirana. "Hah, kalian berdua udah nikah?" Rafi terheran.
"Iya, gue udah nikah tapi bukan sama Farhan." Terang Kirana yang membuat mereka tercengang.
Ditengah - tengah obrolan mereka, tiba - tiba Kirana mencium parfum yang sudah tidak asing dihidungnya, ia mengenali wangi parfum itu, itu adalah parfum Farhan. Walau dari jarak jauh pun, orangnya belum masuk kedalam rumah tapi wanginya sudah tercium. Farhan datang, ia memakai kaos tangan panjang berwarna dongker dan celana jeans. Kirana masih ingat itu adalah kaos pemberiannya, ia sengaja memberikan Farhan kaos itu pada saat ulang tahunnya yang ke enam belas tahun.
"Haiii semua..." Sapa Farhan, lalu ia duduk disamping Dion.
"Gimana kabar lo, Bro?" Tanya Dion.
"Baik!"
Kirana sesekali curi pandang pada Farhan, ia masih merasakan rindu kepada mantan kekasihnya ini. Tak lama kemudian datang lagi teman - teman mereka yang lain, ramai sekali rumah Ghea saat ini.
Farhan pun sesekali melirik Kirana saat ia sedang bicara. Kirana hari ini terlihat cantik dengan memakai dress berwarna pink, dengan rambutnya yang panjang tergerai. Ia tidak berubah, ia tetap asyik dan ceria namun Farhan sudah tidak berani untuk menyapanya. Begitu pun Farhan, ia juga tak berubah. Ia adalah sosok laki - laki yang sopan dan tidak berlebihan dalam bicara.
Kirana dan teman - temannya merencanakan acara keluar kota, boleh mengajak pasangan ataupun tidak. Kalau Kirana, ia tidak akan mau mengajak Andra, nanti suaminya itu pasti akan cemburu jika melihat Farhan, walaupun Kirana belum pernah secara langsung bercerita pada Andra tentang Farhan, namun Andra sudah pernah diberi tahu oleh orang tua Kirana tentang hubungan yang pernah mereka jalin.
Ghea sebagai tuan rumah, menyuguhi teman - temannya makan. Pada saat Kirana sedang makan, tiba - tiba ia tersedak, seketika Farhan menuangkan air ke dalam gelas Kirana.
"Minum dulu!" Ucap Farhan, sambil memberikan gelas yang berisi air, lalu teman - temannya yang lain saling lirik dan mereka semua tersenyum melihat perhatian kecil yang masih Farhan berikan untuk Kirana. Kirana langsung meminum air itu, lalu tersenyum pada Farhan.
Drrttt... Drrttt...
Ponsel Kirana bergetar, Andra meneleponnya, ia izin untuk keluar sebentar untuk mengangkatnya.
"Hallo..."
"Kamu masih dirumah teman?"
"Iya!"
"Masih lama?"
"Kayaknya sebentar lagi pulang, kenapa?"
"Ini aku udah sampai dirumah."
"Oh yaudah, tunggu aja!"
"Oke, hati - hati ya!"
"Iya."
Kirana menutup teleponnya, lalu kembali berkumpul bersama teman - temannya.
Tak terasa waktu sudah sore, teman - teman Kirana yang lain sudah pulang, tinggal Kirana dan Farhan yang masih ada dirumah Ghea. Farhan sedang memesan ojek online, karena ia tidak membawa motor.
"Lo ga bawa motor Han?" Tanya Ghea.
"Nggak! Lagi diservice, tadi gue tinggal dibengkel." Jawab Farhan.
"Oh, terus lo mau pulang naik apa?" Tanya Ghea lagi.
"Naek ojek online aja, ini lagi gue pesan, tadi udah dapat tapi malah dicancel dari sana."
"Kenapa ga bareng aja sama Kirana sampai bengkel, dia bawa mobil tuh!" Usul Ghea. Kirana tidak mendengar pembicaraan karena ia sedang berada dikamar mandi.
"Ya ga enak lah!" Sahut Farhan, lalu ia pamit pulang pada tuan rumah.
"Gue nanti naik angkutan umum didepan aja!" Ucap Farhan.
Kirana kembali menghampiri Ghea, teman - temannya sudah tak ada satupun diruang tamu. "Udah pulang semua?" Tanya Kirana.
"Udah. Oh iya, tadi Farhan kan ga bawa motor karena motornya lago di service, terus gw suruh ikut pulang sama lo sampai bengkel, tapi dia ga mau."
"Lalu, dia pulang naik apa?"
"Katanya mau naik angkutan umum didepan."
"Oh, yaudah deh gw juga mau pulang ya!" Pamit Kirana.
Kirana mulai mengendarai mobilnya, dari kejauhan ia melihat Farhan sedang berjalan kaki.
Tin ... Tin ...
Kirana membunyikan klaksonnya.
Farhan pun menoleh ke belakang, lalu Kirana membuka kaca. "Naik!" Titah Kirana.
"Ga usah!"
"Udah ayo!" Bujuk Kirana.
Tin ... Tin ....
Mobil dibelakangnya sudah membunyikan klakson karena ia mengendarainya dengan lambat.
Karena merasa tidak enak, akhirnya Farhan naik ke dalam mobil Kirana.
"Ini ga apa - apa aku naik mobil kamu?"
"Ya ga apa - apa!"
"Enak ya, punya mobil baru!" Tutur Farhan sambil menoleh Kirana yang sedang menyetir.
"Ga seenak yang ada dalam bayangan kamu!"
"Kenapa?"
"Seberapa penting untuk kamu tau, aku kenapa?" Tanya Kirana sambil melirik mantan kekasihnya itu.
"Oh iya, udah ga penting. Maaf!"
"Yaudah kalau begitu, ga usah nanya!"
"Maaf. Aku turun disini aja deh!" Pinta Farhan.
Kirana tidak juga memberhentikan mobilnya, ia malah mempercepat laju kendaraannya itu.
"Heii... Berenti!"
"Aku mau antar kamu sampai bengkel motor!"
Farhan menghargai niat baik Kirana asalkan jangan sampai terjadi hal - hal yang membuat mereka mengulang masa lalu itu.
Farhan memilih untuk memalingkan wajahnya dari Kirana, ia tidak ingin kembali terpesona dengan kecantikannya, namun ia juga tidak bisa membencinya. Farhan tetap ingin menjaga hubungan baik sebagai tetangga.
"Aku belum bisa benar - benar melupakan kamu!" Tutur Kirana yang membuat Farhan menoleh kearahnya.
"Kamu ingat saja keburukan - keburukan aku, biar kamu bisa benci sama aku!"
"Aku udah coba, tapi ga ada keburukan dari kamu yang aku temukan!"
"Aku bukan laki - laki sempurna, Kiran! Pasti ada keburukan aku."
Semakin mencoba melupakan, rasanya semakin sakit. Tak ingin melupakan, namun tak mungkin juga untuk digapai, itulah yang Kirana rasakan.
"Sudahlah! Sekarang kamu harus berdamai dengan takdir. Biar hatimu tenang, jangan berusaha untuk terus melawannya. Karena ga akan bisa!" Pesan Farhan. Kirana hanya diam.
Di waktu yang sama, Andra masih menunggu sang istri pulang. Mama sudah berkali - kali melihat kerumahnya, namun mantunya itu belum juga sampai dirumah.
"Kok lama banget sih istrimu pergi?"
"Sebentar lagi pasti pulang, Ma!"
"Sudah dikasih mobil, malah kelayapan ga jelas. Istri macam apa itu!" Ketus Mama.
"Ga apa - apa Ma, mungkin kalau libur kerja ia juga bosen disini sendiri."
"Kan bisa kerumah Mama, bantu - bantu Mama biar ga bosen."
Andra juga tidak bisa memaksa Kirana untuk selalu dirumah karena Kirana butuh waktu untuk bisa betah berada dalam rumahnya yang baru, apalagi mereka belum mempunyai anak, pastinya akan terasa sepi.