"Kiran, bersih - bersih rumah dulu ya! Kotor dan lengket banget ubin rumah kamu!" Titah Mama Mertua.
"Iya, Ma!"
"Mumpung suami ga ada dirumah, kamu bersih - bersih, jadi begitu suami pulang, rumah sudah bersih makanan sudah tersedia dimeja, kamu juga dandan yang cantik jadi suami betah dirumah!" Perintah Mama Mertuanya.
Kirana tidak bisa bersantai - santai seperti dirumah orang tuanya, kini semuanya harus ia ubah, ia tidak bisa seperti dulu lagi.
Kirana dengan cepat membersihkan rumahnya, mulai dari dalam sampai dengan teras, lalu halaman yang dipenuhi dedaunan. Inilah kehidupan rumah tangga yang sesungguhnya yang harus ia jalani. Apalagi dekat dengan mertua, ia harus menuruti perintah mertua sebagai pengganti orang tuanya.
Baru selesai membersihkan rumah, Mama Mertua menyuruh Kirana masak dirumahnya. Sebenarnya sudah ada Mbak Lastri yang masak, tapi Kirana sebagai satu - satunya mantu perempuan tetap disuruh ikut menyediakan makan untuk Andra dan keluarganya.
"Kalau disini itu harus rajin." Ucap Mbak Lastri yang sudah bertahun - tahun bekerja dirumah Mama, jadi ia sudah tahu kalau mertuanya Kirana ini menginginkan menantu yang rajin.
"Iya, Mbak!"
"Karena ibu orangnya bawel." Bisik Mbak Lastri.
Sebenarnya Kirana sudah menduga dari awal kalau mertuanya ini cerewet, ia harus bersabar menghadapi mertua yang seperti ini.
"Mbak Kirana harus kuat mental ya kalau disini!" Pesan Mbak Lastri. Kirana hanya tersenyum mendengar pesan Mbak Lastri itu.
Setelah selesai masak, Kirana menghidangkan masakannya diatas meja.
"Hhmmm baunya enak nih, masakan mantu Mama!" Ucap Mama mertua yang baru keluar dari kamarnya.
"Iya, mudah - mudahan masakan aku enak."
Kirana membawa sepiring nasi serta lauk pauk ke rumahnya, lalu ia makan disana sambil menonton televisi. Kirana berasa sepi, biasanya ketika ia sedang libur kerja, selalu ada ibu dan adik - adiknya, namun kini ia harus sendiri dirumah barunya.
"Kirana!" Panggil Mama Mertuanya, lalu Kirana langsung membukakan pintu.
"Piring kotor bekas kamu masak belum dicuciin! Cuci dulu sana!"
Ingin rasanya Kirana berteriak dihadapan Mama mertuanya ini, karena ia baru saja beristirahat, sudah disuruh bekerja lagi. Namun Kirana tak berani melawan, ia mencuci semua piring dan gelas kotor. Setelah selesai, ia kembali kerumahnya, ia merebahkan tubuhnya didalam kamar.
Sedangkan Andra, ia sedang prakter di klinik miliknya yang lokasinya tidak jauh dari rumah, hari ini pasiennya cukup banyak mulai dari anak kecil sampai orang dewasa.
"Dokter, ini makan siangnya!" Ucap salah seorang asistennya di klinik, ia membelikan dokter Andra sebungkus nasi.
Sudah siang, Andra teringat sang istri dirumah, ia langsung menelepon Kirana.
"Hallo Sayang..."
"Iya."
"Lagi apa?"
"Tiduran."
"Udah makan?"
"Udah."
"Maaf ya, tadi aku ga bangunin kamu. Abisnya kamu tidurnya pules banget sih."
"Iya, aku ngantuk."
"Nanti sore, belajar mobil lagi ya!"
"Oke."
"Bye Sayang..."
"Bye..."
Andra menutup teleponnya, Kirana memahami bahwa suaminya mencari nafkah untuknya, walaupun dihari libur ini ia ingin diajak jalan - jalan ataupun hanya sekedar berkunjung kerumah orang tuanya. Sehari saja rasanya lama sekali saat berada disini, ia belum mendapatkan kenyamanan tinggal dirumah barunya.
Kirana membuka gawainya, melihat status teman - temannya yang sedang jalan - jalan ke tempat wisata, lalu ia juga melihat status Rania yang ternyata sedang berlibur bersama Ayah dan Ibu.
[Hei, jalan - jalan kok ga ngajak - ngajak Kakak sih]
Kirana mengirim pesan pada adiknya itu.
[Kakak jalan - jalannya sama Kak Andra dong!]
[Andra lagi praktek, ga libur]
[Oh, kirain Kak Andra libur, kita ga tau kalau Kak Andra ga libur. Kalau tau, mungkin ibu dan ayah tadi ajak Kakak jalan - jalan juga]
[Huft, menyebalkan!]
Sudah sore hari, Andra sudah pulang dari Klinik, seperti yang ia janjikan tadi, ia mengajak Kirana untuk kembali belajar mengendarai mobil sambil jalan - jalan sore. Kirana sudah lumayan lancar dalam mengendarainya hanya diperlukan keberanian untuk membawanya saat berangkat ke kantor nanti.
"Hebat istri aku, udah bisa!" Puji Andra sambil bertepuk tangan.
"Alhamdulillah..."
Kirana belum pernah belajar mengendarai kendaraan roda dua apalagi roda empat, karena jika pergi kemana - mana ia biasanya diantar Ayah atau juga diantar Farhan, mereka berdua yang menjadi ojek pribadi Kirana. Kini Kirana harus belajar mandiri karena tidak selalu bisa mengandalkan suami.
"Mas!" Panggil Kirana.
"Iya, kenapa?"
"Boleh ga sih aku tinggal dirumah ibuku lagi?" Tanya Kirana saat mereka masih didalam mobil.
"Lho memangnya dirumah baru kenapa?"
"Belum bisa betah, sepi rasanya!"
"Kan ada Mama, kamu tinggal main kerumah Mama, ngobrol - ngobrol sama Mama."
"Ga bisa!" Sahut Kirana. Ia sudah tahu sifat mertuanya seperti itu, jadi ia memilih untuk tidak terlalu dekat dengannya.
"Yaudah, kamu sabar dulu! Nanti kan kalau sudah ada anak ga sepi lagi." Ucap Andra.
Kalau bicara mengenai anak, rasanya Kirana belum menginginkannya. Ia masih ingin berkarir diluar. Tak kebayang jika ia menjadi ibu rumah tangga seutuhnya. Baru sehari dirumah saja, ia sudah pusing ditambah Mama Mertua yang super cerewet, yang mengharuskan Kirana selalu mengikuti perintahnya.
"Aku belum mau punya anak!" Tegas Kirana.
"Lho, kenapa?"
"Aku masih mau kerja, karena kalau sudah ada anak, nanti aku jadi ibu rumah tangga yang hanya dirumah aja!"
"Kan bisa di jaga baby sitter, lalu Mama yang mengawasi. Ya kan? Biar kamu tetap bisa jadi ibu dan kerja dikantor juga."
"Entahlah, rasanya aku belum siap aja!"
Pernikahan karena dipaksa, rasanya Kirana belum sepenuhnya ikhlas dalam menjalani bahtera rumah tangga ini, sulit rasanya untuk berbakti pada seorang suami karena keterpaksaan.
Baru awal menikah saja, ia sudah merasa tidak nyaman dengan perlakuan mertuanya yang seenaknya menyuruh - nyuruh ia.
***
Hari ini Kirana masuk kerja, ia akan coba membawa mobilnya sendiri. Ia bangun lebih pagi dari Andra, lalu menyiapkan sarapan pagi untuk suaminya itu, ia selalu teringat jika berada dirumah ibunya, ia tinggal makan saja, namun sekarang, ia yang harus menyiapkan sarapan untuk dirinya dan juga suaminya.
Kirana mulai mengendarai mobilnya menuju kantor, jalanan hari ini padat merayap, ia harus menerima resiko potong gaji jika telat sampai di kantor. Karena biasanya ia selalu diboncengi oleh Ayahnya naik motor jika berangkat kerja dan sampainya pun lebih cepat dibanding menaiki mobil.
Begitu sampai di kantor, ia langsung berlari masuk kedalam, ia sudah telat dua puluh menit, setelah absen ia langsung naik keruangannya.
"Heh, tumben telat!" Tegur Elfa.
"Iya, pengantin baru kesiangan terus! Makanya jangan sampai malem!" Canda Siska.
"Apaan sih? Tadi itu macet tauuu!"
"Emang lo naik apa?" Tanya Elfa.
"Gue bawa mobil."
"Wuiihhh udah punya mobil sendiri ya?" Ucap Siska.
"Alhamdulillah.
"Enak ya jadi lo, dijodohin sama orang kaya, rumah udah dikasih, mobil udah dibeliin. Gue pengen banget kayak gitu!"
Tidak semua apa yang terlihat enak, benar - benar enak, pasti ada suatu hal yang harus diperjuangkan, yaitu keihklasan Kirana untuk menerima Andra dan keluarganya, karena tidak mudah bagi Kirana untuk itu.
Kirana jadi teringat kata - kata Farhan, ia pernah berkata, 'Akan ada orang yang ingin berada diposisi kita, maka bersyukurlah jika kita diberi nikmat yang orang lain belum tentu bisa mendapatkan nikmat tersebut'.