Brukkk...
Kirana terjatuh saat ia sedang bersalaman dengan para tamu. Andra sangat panik melihat istrinya yang tergeletak, lalu ia dengan cepat mengangkatnya ke dalam ruangan.
Farhan melihat orang ramai - ramai di pelaminan, namun hanya dari kejauhan, jadi ia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.
"Farhan!" Mama memanggilnya, seketika Farhan menoleh kearahnya, lalu Mama menghampiri Farhan dan Felisa yang sedang makan, Felisa langsung mencium tangan Mama.
"Apa kabar, kamu?" Tanya Mamanya Farhan.
"Baik, Tante."
"Ma, itu tadi ada apa sih ramai - ramai disana?" Tanya Farhan sambil menunjuk ke pelaminan.
"Kirana jatuh pingsan." Ungkap Mama.
"Hah Kirana pingsan?" Farhan kaget mendengarnya.
"Iya."
Didalam ruangan, Kirana kembali membuka matanya, ia masih lemas sedangkan tamu sedang banyak yang berdatangan.
"Dia mana Bu?" Tanya Kirana.
"Dia siapa? Andra?" Mama balik bertanya sambil duduk di dekat putrinya ini.
"Andra sedang duduk di pelaminan bersalaman dengan para tamu." Jelas Ibu.
Kirana meracau, yang ia tanyakan sebenarnya adalah Farhan, karena ia pingsan sesaat setelah Farhan datang.
"Minum dulu tehnya!" Ucap Ibu sambil memberikan secangkir teh hangat padanya. Setelah itu Ibu pun menyuapi Kirana makan agar kondisinya kembali pulih.
Farhan sangat khawatir dengan keadaan Kirana, namun ia juga tak bisa bertanya tentang keadaannya, ia yakin Kirana akan baik - baik saja.
Farhan ingin pamit pulang, namun Kirana masih beristirahat didalam ruangan. Akhirnya Farhan tidak berpamitan dengan pengantin.
Kirana kembali duduk di pelaminan, kini ia sudah berganti pakaian, ia memakai kebaya berwarna Silver. Kirana mencari keberadaan Farhan, ia melihat - lihat ke berbagai arah namun Farhan tak ditemukan.
"Felis, makasih ya, udah nemenin kondangan hari ini." Ucap Farhan saat mereka sudah sampai didepan rumah Felisa.
"Iya!"
"Salam sama Mama dan Papa ya, aku dan Mama mau langsung pulang!"
"Oke!"
Felisa berpamitan dengan Mamanya Farhan, lalu ia turun dari mobil. Farhan melambaikan tangannya pada Felisa, lalu ia kembali melanjutkan perjalanan menuju ke rumah.
"Ma, tadi gimana ceritanya Kirana bisa pingsan?" Tanya Farhan saat mereka masih berada di dalam mobil.
"Tau - tau dia jatuh saat dipelaminan."
"Pasti karena dia belum makan." Tebak Farhan.
"Iya, sepertinya begitu."
Farhan sudah tahu kebiasaan Kirana yang susah makan, apalagi kalau ia sedang banyak pikiran atau stres pasti nafsu makannya pun berkurang.
"Sudah ya kamu jangan ingat - ingat Kirana lagi! Dia sudah jadi istri orang lain. Buang jauh - jauh semua tentangnya!" Pesan Mama.
"Iya, Ma!"
Hari sudah sore, acara resepsi Kirana dan Andra sudah selesai, mereka pulang kerumah orang tua Kirana.
Saat Farhan membuka gorden, ia melihat dari balik jendela, Kirana sudah sampai dirumah bersama suami dan keluarganya. Kini ia telah memulai hidupnya dengan menjadi seorang istri. Farhan tak akan pernah lagi mengganggunya.
Malam hari tiba, Kirana sudah selesai membersihkan tubuhnya, Andra menunggunya di atas tempat tidur. Kirana merasa lelah, ia ingin cepat - cepat merebahkan tubuhnya, namun Andra ingin malam pertama pengantin ini berkesan untuknya.
"Tidak!" Kirana menolaknya, ia belum siap untuk itu, ia belum siap memberikan seluruhnya untuk Andra, walau Andra sudah mempersuntingnya. Akhirnya Andra memilih untuk tidur, ia tak ingin malam pertamanya malah dihiasai dengan pertengkaran.
Farhan membuka gorden kamarnya, ia melihat lampu kamar Kirana yang masih menyala, ia berpikir kalau Kirana pasti sedang melakukan kewajibannya sebagai seorang istri, sakit sekali bagi Farhan, ia yang selama ini mengharapkannya ternyata orang lain yang mendapatkannya. Farhan ke balkon rumahnya, ia mengenang saat - saat indahnya bersama Kirana, terasa berlalu begitu cepat.
Kirana sudah mencoba memejamkan mata, namun ia belum juga bisa tidur. Ia ke balkon rumahnya, ia melihat Farhan yang juga ada disana. Kirana tersenyum pada Farhan, namun Farhan malah membuang muka lalu kembali masuk ke dalam, Kirana tak menyangka Farhan akan seperti itu, Kirana pikir Farhan masih mau ngobrol dengannya secara berjauhan seperti yang biasa mereka lakukan, namun ternyata tidak.
***
Pagi hari tiba, Kirana masih belum terbiasa dengan statusnya sebagai seorang istri, ia masih bersikap cuek dengan Andra.
Ibu sudah menyiapksn hidangan diatas meja. Kirana dan Andra makan bersama.
"Kiran, ambikan suamimu minum dong!" Tutur Ibu.
"Suruh ambil sendiri aja!" Sahut Kirana. Namun ibu masih memaklumi, butuh waktu untuknya menerima Andra sebagai suaminya.
Kirana membuka kado dari tamu yang hadir kemarin, ada yang berisi sprei, ada yang berisi peralatan rumah tangga, ada yang berisi mukena. Ada satu lagi kado yang sedang ia buka, ternyata isinya satu stel gamis beserta hijabnya, Kirana belum pernah punya gamis seperti ini.
[Selamat ya, semoga menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah, warrohmah, langgeng hingga akhir hayat dan menjadi pasangan sehidup sesurga, aamiin
Muhammad Farhan Farturrahman]
Farhan memberikan Kirana gamis, itu berati ia disuruh menutup auratnya dengan memakai gamis dan hijab.
[Terimakasih ya gamis dan hijabnya]
Kirana mengirim pesan pada Farhan.
[Iya]
Sudah banyak ia memberikan barang - barang untuk Kirana, selama ini masih Kirana simpan, tak ada yang ia buang satupun.
"Sayang, kita mau bulan madu kemana?" Tanya Andra sambil menatap Sang Istri yang sedang merapikan kado - kado pernikahannya.
"Ga usah!" Ketus Kirana.
"Aku mau ngajak kamu ketempat yang belum pernah kamu kesana. Kamu mau kemana?"
"Aku ga mau kemana - mana, cutinya juga cuma sebentar."
"Yaudah, nanti kalau kamu cuti lagi dilain waktu, kita jalan - jalan ya!" Ujar Andra sambil mencium rambut Sang Istri.
Kirana teringat pembicaraannya bersama Farhan, mereka pernah merencanakan bulan madu ke suatu tempat setelah mereka menikah nanti, namun takdir Allah tidak menjadikan mereka untuk menikah dan merasakan bulan madu.
Malam hari tiba, ini adalah malam kedua Kirana menjadi seorang istri, namun ia belum juga bisa menjalani kewajibannya. Andra mencoba merayunya namun tetap tak membuat hati Kirana tergerak.
"Aku berhak minta kan?" Ucap Andra.
"Iya, tapi maaf aku belum siap! Tolong mengerti aku!" Lagi - lagi ucapan itu yang terlontar dari mulut Kirana.
Andra dipaksa untuk bersabar menghadapinya, Kirana tidak mudah di taklukan walau dengan laki - laki setampan dan sesukses Andra, namun Andra yakin suatu saat ia bisa menaklukkan Kirana. Andra yakin suatu saat Kirana yang dingin bisa hangat bersamanya. Andra takkan pernah menyerah untuk berusaha mencairkan hati Kirana yang membeku.
Kirana kembali melihat foto - foto kebersamaannya dengan Farhan saat berada di Bandung waktu itu. Andra memperhatikan istrinya dari belakang, kini ia tahu penyebab dinginnya sang istri karena belum bisa melupakan sang mantan.
"Aku tau, ternyata itu penyebab kamu masih bersikap dingin sama aku. Kamu belum bisa melupakan dia kan?" Ujar Andra. Kirana langsung menutup ponselnya.
"Kalau aku minta foto - foto itu dihapus, gimana? Kamu keberatan ga?" Tanya Andra.
Kirana tak menjawab, ia malah berlari ke balkon rumahnya, ia menangis disana lalu Andra menyusulnya.
"Yaudah, kalau belum bisa dihapus, ga apa - apa!" Ucap Andra yang berdiri di sampingnya.
Farhan sedang berada didalam kamarnya, ia pun masih teringat Kirana, ia membuka gorden kamarnya, terlihat Kirana dan suaminya sedang berdiri di balkon. Farhan melihat Kirana yang sedang bersedih. Kini suaminyalah yang mengusap setiap air matanya. Suaminyalah yang menjadi pelipur laranya. Suaminyalah yang berwajib membahagiakannya.