Chereads / Setulus Cinta Kirana / Chapter 22 - Persiapan Pernikahan

Chapter 22 - Persiapan Pernikahan

Andra sudah menjemput Kirana untuk mencoba baju pengantinnya, mereka langsung pergi kerumah Penata Rias yang sudah ibu pilihkan untuk mereka. Setelah sampai disana, Kirana langsung mencoba memakainya, ia terlihat cantik, karena tubuhnya juga langsing, jadi cocok memakai kebaya modern seperti itu. Untuk akad nikah, mereka akan memakai pakaian pengantin berwarna putih, untuk resepsinya Kirana masih memilih antara warna silver atau gold.

"Warna silver bagus, gold juga bagus. Karena memang pengantinnya cantik dan tampan, serasi banget!" Ucap Sang Penata rias. Kirana hanya tersenyum kecil menanggapinya.

"Doakan ya Bu, semoga acaranya berjalan lancar!" Tutur Andra.

"Iya, semoga semuanya berjalan lancar. Aamiin."

Kirana justru berpikir sebaliknya, ia tidak ingin acara pernikahannya itu berjalan dengan lancar, ia lebih senang jika semuanya hancur berantakan. Karena pernikahan ini bukan keinginannya.

Setelah mencoba baju pengantin, Andra mengajak Kirana untuk kerumahnya. Kirana menolaknya, namun Andra terus memohon padanya agar ia mau. Pada akhirnya Kirana pun mau diajak kerumah Andra.

Setelah sampai dirumah Andra, ia dipersilahkan masuk oleh Mamanya Andra, lalu ia pun duduk di sofa.

"Ibu dan Ayahmu sehat, Kiran?" Tanya Mama.

"Alhamdulillah sehat, Tante."

Rumah Andra tampak sepi karena dirumah ini hanya ada Mama dan Papanya. Kirana akan jadi mantu wanita satu - satunya yang harus bisa dekat dengan mertuanya, karena nanti setelah menikah, Andra akan mengajaknya tinggal dirumah baru yang terletak disamping rumah orang tuanya. Orang tuanyalah yang sudah membangunkan rumah tersebut untuk Andra dan juga istrinya.

"Mama kesepian disini cuma berdua sama Papa, karena Kakak - kakakku sudah pindah ke rumahnya masing - masing. Jadi nanti kalau kamu sudah resmi jadi istri aku, kamu sering - sering temenin Mama ya!" Ucap Andra. Kirana tidak menjawabnya, karena ia sudah sedikit mengetahui watak Calon Mertuanya itu.

Kirana ditawari makan oleh Calon Mertuanya itu, lalu ia makan bersama Andra, Mama dan Papa. Kirana masih terlihat canggung, ia bingung harus membicarakan apa.

"Yuk Kiran, cuciin piringnya!" Titah Calon Mertuanya setelah mereka selesai makan. Belum jadi menantunya saja, Mama sudah berani menyuruh Kirana. Kirana merasa sebagai tamu tidak sepantasnya disuruh bantu mencuci piring.

"Karena kamu kan sebentar lagi mau jadi bagian dari keluarga ini, sebagai mantu, kamu harus rajin!" Ucap Mama lagi.

Kirana membawakan piring - piring kotor kebelakang, lalu mencucinya. Setelah selesai mencuci piring, Kirana pamit pulang pada kedua orang tua Andra.

"Aku pulang sendiri aja!" Ucap Kirana lalu ia langsung keluar rumah.

"Aku antar aja!" Ucap Andra, lalu ia menyuruh Kirana untuk masuk kedalam mobil. Karena tidak mungkin Andra membiarkan bidadarinya pulang seorang diri.

Kirana memasang wajah bete, gadis yang memakai baju berwarna cokelat muda ini langsung tidak suka dengan Calon Mertuanya.

"Kenapa sih?" Tanya Andra sambil menyetir mobil.

"Ga biasa nyuci piring ya?" Tebak Andra, yang membuat Kirana tambah kesal.

"Iya, ga biasa nyuci piring dirumah orang lain!" Ketus Kirana.

"Justru itu kan biar terbiasa."

"Hei, aku ini tamu! Tamu kok disuruh nyuci piring!" Protes Kirana.

"Yaudah, Maafin Mama ya! Maksud Mama kan agar kamu terbiasa nantinya." Jelas Andra dengan lembut.

Kirana tidak peduli dengan alasan yang diutarakan oleh Andra, ia hanya tidak ingin disuruh - suruh karena saat ini statusnya baru sebagai calon mantu, belum menjadi mantu sahnya.

Kirana dan Andra saling diam. Kirana memasang headset di telinganya, mendengarkan lagu kesukaannya. Tidak ada pembicaraan apapun antara mereka. Akhirnya sampai didepan rumah Kirana, ia langsung turun dari mobil dan masuk kedalam rumahnya tanpa mempersilahkan Andra masuk terlebih dahulu.

"Kamu udah pulang!" Tegur Ibu yang sedang menonton televisi. Kirana langsung berlalu begitu saja tanpa melihat kearah Ibunya.

Ibu keluar rumah menemui Andra yang mobilnya masih terparkir didepan rumah.

"Kirana kenapa? Kalian marahan?" Tanya Ibu.

"Nggak Bu, Kirana mungkin marah karena tadi disuruh cuci piring sama Mama." Jelas Andra.

"Oh, hanya gara - gara itu."

Ibu menyuruh Andra untuk mampir dulu kedalam rumah, lalu Ibu membuatkan Andra secangkir teh hangat. Kirana yang berada didalam kamar, tidak mau menemui Andra dengan alasan mau beristirahat.

Kirana berdiri dibalkon, ia melihat Farhan yang sedang mengetik laptop dibalkon rumahnya. Farhan serius sekali menatap layar laptopnya, sampai - sampai ia tidak melihat kalau Kirana sedang memperhatikannya.

Farhan sedang menghapus semua foto - foto kebersamaannya dengan Kirana yang berada di laptopnya, foto dari zaman mereka kecil sampai sekarang, tersimpan dalam laptop. Farhan sudah tidak ingin melihatnya lagi, karena Kirana semakin dekat menuju hari pernikahannya.

Tiba - tiba Farhan teringat, saat ia dan Kirana mengira bahwa mereka berjodoh. Kirana menginginkan pernikahan diadakan dijalan antara rumah orang tua mereka berdua, tidak harus mewah yang penting Kirana bisa bahagia dihari pernikahannya. Menurut Kirana, jika ada uang banyak lebih baik digunakan untuk kehidupan setelah pernikahan dari pada hanya untuk pesta mewah namun setelah menikah malah hidup susah. Farhan setuju sekali dengan keinginan Kirana, makanya mereka mulai menabung bersama. Mereka menyisihkan sebagian gaji mereka untuk ditabung demi masa depan. Sampai sekarang, uang tersebut masih Kirana simpan, karena Farhan belum mau mengambilnya.

Kirana masih saja memperhatikan Farhan dari kejauhan, mata Farhan akhirnya tertuju pada Kirana. Farhan baru tahu kalau ternyata Kirana memperhatikannya. Farhan langsung mematikan laptop, lalu masuk kedalam rumah.

***

Pagi hari, Kirana sudah rapi, memakai baju dalam berwarna hitam lalu ditutupi blazer berwana abu tua dan celana berwarna senada dengan blazernya, ia turun dari kamarnya.

"Lho, kamu mau kemana?" Tanya Ibu yang sedang sarapan bersama Ayah, Rania dan Fanya.

"Mau kerja."

"Bukannya udah cuti?" Ucap Ayah sambil memandang anak sulungnya itu.

"Belum, aku masih banyak kerjaan!"

"Tapi ini kan sudah dekat hari pernikahan kamu, harusnya kamu sudah di pingit!" Tutur Ibu yang mengingatkan, karena mungkin saja Kirana lupa bahwa sebentar lagi ia akan menikah.

"Cutinya mulai lusa." Jawab Kirana.

Kirana tidak ingin buru - buru cuti kerja karena ia cepat merasa bosan jika berada dirumah tanpa aktivitas apapun.

Akhirnya ia berangkat kekantor diantar oleh Ayah. Baru saja setengah jam Ayah dan Kirana berangkat, tiba - tiba Ayah mengantuk.

Brukkk...

Ayah menabrak tiang listrik, ia dan Kirana terjatuh dari motor.

"Aww..." Rintih Kirana yang kakinya terluka dan mengeluarkan sedikit darah. Orang - orang disekitar langsung menolong mereka.

"Kamu ga apa - apa?" Tanya Ayah yang khawatir dengan Kirana karena sebentar lagi ia akan segera menikah.

"Nggak apa - apa, hanya luka sedikit."

Kirana masih bisa berdiri walau kakinya terasa sakit, Ayah pun hanya luka dan sakit sedikit. Kirana dan Ayahnya tetap berangkat kekantor.

"Harusnya kamu itu sudah ga boleh kemana - mana, sudah harus di pingit!" Ucap Ayah saat diatas motor.

"Tapi kan aku masih harus kerja!"

Kirana memang sangat tidak peduli dengan hari pernikahannya. Bahkan ia selalu berdoa agar pernikahannya itu gagal untuk digelar.