Hari yang tak pernah diharapkan oleh Kirana akhirnya tiba, hari dimana ia harus melepas masa lajangnya. Ia harus merelakan dirinya dinikahi oleh orang yang tidak ada sedikitpun rasa cinta untuknya.
Acara akad nikah akan dilaksanakan pagi ini, jam delapan pagi di masjid yang tidak jauh dari gedung tempat resepsi diadakan, lalu siang harinya akan dilaksanakan resepsi pernikahan di Gedung Cakrawala.
Kirana bangun dari tidurnya, ia masih tampak lesu, lalu ia turun dari kamarnya masih menggunakan baju tidur. Dibawah tampak ramai, karena banyak saudara jauh yang menginap dirumahnya.
"Ayo Kiran, siap - siap! Sebentar lagi kamu akan didandani." Tifah Ibu.
Kirana membersihkan tubuhnya, lalu ia bersiap untuk dirias oleh penatas rias yang sudah dari tadi datang. Wajah Kirana mulai dioles makeup, ia meminta makeup natural look dari sang penata rias, penata rias tersebut meng-iyakan permintaan client-nya tersebut. Ia memakai kebaya putih modern untuk acara akad nikahnya.
"Selesai!" Ucap Mbak penata rias. Kirana bercermin, ia melihat wajahnya yang kini tampil cantik.
Ibu memasuki kamar Kirana, melihat sang putri terlihat cantik namun masih seperti ada yang kurang pada dirinya.
"Senyum Kiran, kamu kan cantik!" Titah ibu sambil memandang wajah putri sulungnya ini, lalu Kirana mengurai senyum terpaksa dihadapan sang ibu.
Ibu meminta Mbak penatas rias untuk sedikit menambah makeup Kirana agar lebih terlihat tebal, karena selera ibu dan anaknya ini berbeda.
"Ini udah bagus, Bu!" Ucap Kirana.
"Kalau difoto, kamu nanti terlihat pucat! Lipstiknya ditambah warna yang lebih mencolok ya!"
Kirana menuruti saja apa yang diinginkan ibu, seketika wajahnya berubah dengan makeup yang lebih tebal.
Kirana sudah berubah bak bidadari yang turun dari kamarnya. Semua keluarga sudah siap menuju masjid tempat akad nikah dilaksanakan. Kirana sudah masuk ke dalam mobil, ia melihat rumah Farhan yang tampak sepi, motornya terlihat namun pintunya masih tertutup. Kirana sudah mengundang Farhan untuk datang, ia berharap mantan pacarnya itu benar - benar datang.
Begitu sampai di masjid, Kirana masih menanti calon mempelai prianya datang. Ia termenung didalam aula masjid, ia membayangkan bahwa dalam waktu kurang dari satu jam lagi, ia resmi menjadi istri orang.
Suara petasan menyambut kedatangan mempelai laki - laki, Andra dan keluarganya berjalan menuju tempat akad nikah dilaksanakan. Ia dan keluarganya membawa beberapa seserahan berupa seperangkat alat shalat, perhiasan, pakaian, makeup dan skincare, sepatu, tas dan buah - buahan.
Andra mulai memasuki masjid, lalu ia duduk dihadapan Bapak penghulu dan Ayah Kirana, sedangkan Kirana masih menunggu didalam, menanti mempelai prianya melafadzkan ijab kabul, setelah itu baru ia akan keluar.
"Kak, senyum dong! Cemburut terus." Ucap Fanya yang saat ini menjadi pagar ayu di pernikahan kakaknya. Namun Kirana malah tambah terlihat masam. Sesekali ia melihat ponselnya, ia melihat kontak Farhan yang sedang online di aplikasi berwarna hijau.
[Bismillah, semoga lancar ya acaranya hari ini!]
Farhan mengirim pesan padanya.
[Makasih. Kamu lagi dimana?]
[Dirumah]
[Nanti datang ga?]
[Insya Allah]
Farhan sedang berada dirumahnya, dari semalam ia tidak bisa memejamkan mata karena teringat mantan kekasihnya yang akan menikah. Ia berusaha menerima kenyataan bahwa Kirana adalah jodoh orang lain, selama ini ia hanya disuruh untuk menjaga jodoh orang lain, ketika waktunya tiba, ia harus dengan rela menyerahkannya.
"Saya terima nikahnya Kirana Salsabila Putri Binti Rosyidi Wiryawan dengan mas kawin seperangkat alat sholat dibayar tunai!"
"Gimana saksi, sah?"
"Sahh..." Teriak para saksi.
"Alhamdulillah!"
Ibu Kirana menangis haru melihat putri sulungnya yang sudah sah menjadi istri dari Andra, seorang laki - laki pilihannya.
Kirana beranjak keluar didampingi oleh kedua adiknya. Ia tampak cantik memakai kebaya modern berwarna putih, lalu ia duduk disebelah Andra yang kini sudah resmi menjadi suaminya. Andra mencium kening Kirana, lalu memakaikan cincin dijari manisnya. Mereka berfoto, memamerkan buku nikahnya. Namun sayangnya wajah Kirana masih tak terurai senyum.
Setelah itu, mereka berdua bersalam - salaman dengan orang tua dan para tamu. Diantara para tamu tersebut, Kirana melihat Mamanya Farhan yang turut hadir menyaksikan akad nikah mantan pacar anaknya ini.
"Selamat ya! Semoga sakinah, mawaddah, warrohmah." Ucap Mama Farhan sambil menyambut tangan Kirana.
"Makasih Ma!" Balas Kirana.
Kirana ingin mengeluarkan air mata saat bersalaman dengan Mamanya Farhan, ia berkata dalam hati, 'harusnya mama yang menjadi mertuaku.'
Sebagai tetangga yang baik, Mamanya Farhan tak sedikitpun menaruh dendam kepada keluarga Kirana, walau sempat ada sedikit konflik namun ia adalah orang yang mudah memaafkan.
Selesai bersalam - salaman, Kirana dan Andra duduk dikursi pengantin. Ibu mengambilkan Kirana sepiring nasi untuk ia makan berdua Sang Suami, namun Kirana menolaknya, ia belum juga mau makan.
Tamu mulai hadir satu persatu. Kirana dipaksa untuk tersenyum, namun lagi - lagi bibirnya tak ingin mengembangkan senyum.
Disaat Kirana sibuk menyambut para tamu yang mulai berdatangan, Farhan masih berada dirumahnya, ia menelepon Felisa, teman kantornya itu. Ia meminta Felisa untuk menemaninya datang ke pernikahan Kirana.
Farhan bersiap - siap datang ke acara resepsi Kirana, ia menyiapkan hati dan juga mental untuk datang ke acara tersebut. Karena hatinya harus disimpan untuk nanti diberikan kepada wanita lain.
Farhan mengendarai mobilnya menuju kerumah Felisa.
Tok ... Tok ... Tok ...
Farhan memgetuk pintu rumah Felisa. Tak lama kemudian, dibukalah pintu rumahnya oleh seorang gadis yang memakai gamis brukat berwarna gold dengan hijab berwarna senada, itu adalah Felisa. Farhan tersenyum melihatnya, karena Felisa terlihat lebih cantik.
"Yuk jalan!" Ucap Farha
"Sebentar, aku mau bilang sama Papa dan Mamaku dulu!"
"Oh iya, aku juga mau izin sama Papa dan Mamamu!"
Felisa memanggil Papa dan Mamanya didalam rumah, lalu mereka keluar menghampiri Farhan. Farhan bersalaman lalu meminta izin untuk mengajak Felisa ke pesta pernikahan.
"Ini yang nikah siapa sih?" Tanya Felisa saat mereka sudah berada didalam mobil.
"Teman aku!"
"Oh. Kok kamu ga ngajak pacar kamu untuk nemenin?" Tanya Felisa lagi, karena yang ia tahu, Farhan sudah mempunyai pacar.
"Aku ga punya pacar."
"Waktu itu kata Angga, kamu punya pacar?"
"Biasa, udah putus."
Farhan tidak ingin berterus terang pada Felisa kalau ini adalah acara resepsi pernikahan sang mantan, karena Farhan takut diledek oleh teman - teman kantornya.
Begitu sampai di Gedung Cakrawala, Farhan turun dari mobilnya, lalu ia menatap langit yang mendung sama persis seperti suasana hatinya saat ini.
Farhan terdiam sejenak, ia masih ragu untuk masuk kedalam.
"Ayo masuk!" Ajak Felisa yang berdiri disampingnya.
"Yuk!"
Farhan berjalan disamping Felisa namun mereka tidak bergandengan.
Dari kejauhan, Kirana melihat kedatangan Farhan yang sedang berjalan menuju pelaminan tempat ia duduk. Namun mata Kirana terasa kunang - kunang, karena ia belum makan dari pagi.
"Selamat ya!" Ucap Farhan sambil mengulurkan tangannya, Kirana hanya mengangguk, ia tak menyimpulkan senyum sedikitpun pada Farhan.
"Selamat!" Ucap Felisa sambil memperlihatnya senyumnya yang manis dengan kedua lesung pipinya itu.
Kirana tahu bahwa wanita ini yang pernah datang ke rumahnya Farhan dan wanita ini juga yang waktu itu membuat Kirana cemburu.