"Kiran!" Panggil Andra yang mengikuti langkah kaki Kirana. Kirana terus saja melangkah keluar, orang - orang banyak yang memperhatikan mereka, karena mereka seperti sepasang kekasih yang sedang bertengkar.
"Hei kamu mau kemana? Ayo aku antar pulang!" Andra kembali menarik tangan Kirana, ia tak ingin calon istrinya ini pulang sendiri. Akhirnya Kirana mau diajak pulang oleh Andra, ia pun langsung masuk kedalam mobil.
"Please ngomong, jangan diam terus!" Ucap Andra yang dari tadi berusaha membujuk Kirana agar tidak marah padanya. Sebenarnya Kirana bukannya marah tapi ia hanya tidak suka dengan perjodohan ini, makanya apapun salah dimatanya. Sekalipun Andra yang sudah berusaha baik, tetap saja salah.
Andra memberhentikan mobilnya dipinggir jalan, lalu ia melihat keluar untuk membeli es cream cone, diberikannya es cream rasa cokelat dan strawberry itu pada Kirana yang menunggunya didalam mobil. Ingatannya tiba - tiba mundur kebelakang, dulu waktu Kirana masih SD, ia pernah membeli es cream cone didekat rumahnya, pada saat itu ia sedang bermain bersama teman - temannya, lalu es cream tersebut jatuh karena ada seorang temannya yang usil menggodanya, Kirana menangis, lalu tiba - tiba Farhan memberikan es cream miliknya, es cream itu belum sempat ia makan, akhirnya ia berikan pada Kirana untuk menggantikan es cream Kirana yang sudah jatuh dan mencair. Dari semasa kecil saja, Farhan sudah sangat perhatian pada Kirana. Bagaikan perhatian seorang kakak terhadap adiknya.
"Hei, es creamnya udah mencair, ayo dimakan!" Tegur Andra pada Kirana yang dari tadi terlihat melamun. Kirana langsung menghabiskannya.
Es cream bisa mencair tapi tidak dengan hati Kirana, hati Kirana sangat sulit untuk mencair walau dengan berbagai cara yang sudah Andra coba, namun masih juga membeku.
Kirana masih berada didalam mobil, lalu ia melihat Farhan yang sedang bersepeda bersama adiknya. Kirana jadi kembali teringat, saat ia dan Farhan bersepeda bersama dihari minggu, Farhan selalu bersepeda dibelakang Kirana. Pernah satu waktu, Kirana sedang beristirahat karena lelah bersepeda, lalu ia didekati oleh cowok - cowok yang ingin berkenalan dengannya, Farhan yang sedang membeli minuman ditempat yang agak jauh langsung menghampirinya. Seketika cowok - cowok tersebut langsung pergi. Farhan sangat takut Kirana digoda oleh laki - laki lain. Farhan juga menyuruh Kirana untuk berpakaian yang tertutup agar mata laki - laki tidak berkesempatan melihat lekuk - lekuk tubuhnya, namun Kirana masih cuek saja. Ia yakin selama ada Farhan disampingnya, tidak ada laki - laki yang berani menggodanya.
Ingatan tentang masa lalunya berhenti saat perjalanannya sudah sampai didepan rumah. Kirana langsung turun dari mobil, lalu masuk kedalam rumahnya. Andra juga turun dari mobil lalu mampir kerumah Kirana.
"Sudah pada pulang?" Tegur Ibu sambil menghampiri Kirana yang duduk di sofa.
"Sudah Bu!" Balas Andra, lalu Ibu beranjak kedalam, ingin membuatkan minuman untuk Calon Mantunya tersebut.
"Nanti aku carikan lagi tas untuk kamu yang seperti itu, udah dong kamu jangan ngambek terus!" Ujar Andra.
"Siapa yang ngambek sih?" Sahut Ibu sambil membawakan secangkir teh hangat dan makanan ringan.
"Kirana Bu yang ngambek!" Jawab Andra sambil melirik Kirana.
"Lho, ngambek kenapa?" Tanya ibu, lalu Andra menjelaskan bahwa tas yang sudah dipilih Kirana malah diminta oleh Mamanya, dari situ Kirana jadi terlihat bad mood.
"Kamu kayak anak kecil aja, masalah begitu aja ngambek segala!" Seru Ibu dihadapan Kirana.
"Masalah tas? Siapa sih yang mempermasalahkan tas? Aku bukannya lagi ngambek!" Sembur Kirana didepan wajah Andra, ia mulai emosi karena Andra menganggap ia ngambek dan Ibunya menganggap ia seperti anak kecil.
"Yaudah, maaf. Maafin aku ya!" Ucap Andra sambil memandang Kirana, namun Kirana masih enggan melihatnya.
Andra membuka isi kantong belanjaan yang tadi sudah ia beli bersama Kirana, lalu ia memberitahukan pada Calon Mertuanya tersebut. Masih banyak seserahan yang harus dibeli, tapi Kirana sudah tidak ingin pergi bersama calon suaminya itu, Kirana menyerahkan semua urusan pernikahan pada Ibunya dan juga Calon Suaminya.
Kirana berdiri di balkon rumahnya, ia sedang menikmati senja, lalu ia melihat Farhan yang baru saja pulang bersepeda bersama Reyna. Farhan selalu bisa membuatnya terkesima.
"Assalamualaikum... " Salam Farhan, lalu dijawab oleh Mama.
"Mama, masa aku sepedahan berdua sama Kak Farhan dikira pacarnya!" Ucap Reyna, yang tidak suka dikira pacar Sang Kakak.
"Bagus dong! Jadinya ga ada laki - laki yang berani godain kamu." Balas Mama.
"Justru itu kan aku mau kenalan sama cowok - cowok ganteng."
"Jadi perempuan ga boleh kecentilan! Harusnya kamu malah seneng Kakak temenin, jadi ada yang jagain." Ujar Farhan.
"Ih emangnya aku anak kecil yang masih harus dijagain?" Sahut Reyna.
"Kan emang kamu masih kecil, baru juga 17 tahun." Balas Sang Kakak.
"Tapi kan aku udah dewasa!" Jawab Reyna dengan manjanya.
Tiba - tiba Farhan teringat Kirana, karena manjanya Reyna hampir sama dengan Kirana karena mereka sama - sama perempuan. Walau Kirana anak sulung, tapi tetap dihadapan Farhan, ia seperti anak kecil yang ingin selalu dimengerti, yang ingin selalu dilindungi, mungkin karena Kirana tidak punya Kakak, jadi ia butuh sosok Kakak yang selalu mengerti dirinya, sosok Kakak yang bisa jadi panutan untuknya, sosok Kakak yang bisa menenangkan saat hatinya sedang dilanda risau, sosok Kakak yang bisa menghiburnya disaat ia sedih, sosok Kakak yang bisa jadi tempatnya bercerita saat sahabatnya tak ada, sosok Kakak yang bisa jadi pelindungnya. Itu semua Kirana dapatkan dari seorang Farhan yang selama ini setia menemani. Farhan pun merasa kehilangan sosok Kirana yang selalu cerewet mengingatkan tentang segala sesuatu. Mereka berdua sama - sama kehilangan raga, namun tidak dengan hati mereka. Hati mereka masih sulit untuk terpisah. Kirana masih sering mengingat Farhan, begitupun Farhan yang juga sering teringat Kirana.
Pernah suatu ketika, Kirana mengatakan bahwa ia akan pindah rumah, disitu Farhan sangat sedih, namun ia juga belum berani mengutarakan perasaan cintanya pada Kirana, karena mereka baru duduk dibangku sekolah menengah pertama. Teman - teman memaksa Farhan untuk mengutarakan perasaannya pada Kirana, namun Farhan tidak juga berani, ia malah memendamnya, karena Mama pernah berpesan untuk tidak boleh berpacaran. Karena rasa cintanya terhadap Kirana yang sangat dalam, Farhan memberanikan diri untuk menulis surat cinta pada Kirana, namun isi surat tersebut hanya tentang perasaan cintanya Farhan saja, bukan bertujuan untuk menembak Kirana. Kirana senang sekali mendapatkan surat cinta dari Farhan karena ia pun mempunyai perasaan yang sama. Beberapa hari kemudian Kirana membalas surat tersebut dengan mengatakan bahwa dirinya hanya berbohong, ia berbohong dengan mengatakan bahwa keluarganya akan pindah rumah hanya untuk mencari perhatian Farhan. Kirana ingin Farhan jujur kalau ia memang mencintai Kirana.
Setelah itu Farhan marah pada Kirana, ia tak menegur Kirana selama beberapa minggu, akhirnya Kirana menulis surat permintaan maaf dan memberikan Farhan sebuah topi dihari ulang tahunnya, Farhan pun senang mendapatkan surat dan hadiah tersebut, lalu mereka kembali berteman dekat.