Selesai berenang, mereka semua membereskan pakaiannya, bersiap - siap menuju tempat wisata, lalu sore harinya mereka akan kembali ke Jakarta.
Farhan sedang berpikir alasan untuk tidak ikut bersama mereka, karena Farhan ingin pulang bersama Kirana. Ia berpura - pura mendapat telepon dari mamanya.
"Guys, maaf banget gw ga bisa ikut pulang bareng kalian!"
"Kenapa?" Tanya Arkan sambil memasukkan pakaiannya kedalam tas.
"Tadi mama gw telepon, katanya sepupu gw yang tinggal di Bandung masuk rumah sakit, sekarang gw mau jenguk dulu kesana."
"Oh, lo punya saudara disini?" Tanya Dias yang sedang menyisir rambutnya.
"Iya."
"Yaudah, kalau gitu kita sekalian aja anter lo kerumah sakit, ya kan?" Usul Angga sambil berganti pakaian.
"Ga usah, nanti kalian kesorean. Gw pulang sendiri aja nanti naik bis." Tolak Farhan.
"Jangan gitu lah Bro! Kita kan kesini sama - sama, masa kita tega ninggalin lo sendirian." Ucap Angga sambil memakai parfum di badannya.
"Ga apa - apa! Gw kan udah sering kesini, jadi ga akan nyasar walau ga bawa kendaraan."
Angga, Dias, Reno dan Arkan saling lirik, seolah mereka tidak percaya kalau Farhan benar - benar akan menjenguk sepupunya kerumah sakit. Namun mereka juga tak bisa memaksa Farhan untuk tetap ikut dengan mereka.
"Yaudah deh terserah lo! Yakin nih lo ga ikut ke tempat wisata dan makan di resto yang keren itu?" Ucap Arkan, ingin memastikan.
"Nggak!"
"Gw yang bayarin lho! Kapan lagi gw bayarin lo makan - makan di Bandung?" Lanjut Arkan.
"Iya, tapi gw bener - bener ga bisa ikut, maaf ya!"
Akhirnya teman - teman Farhan bisa mengerti bahwa Farhan tidak bisa ikut bersama mereka. Mereka berempat sudah bersiap untuk meninggalkan villa.
"Bro, bener nih lo ga mau kita antar kerumah sakit?" Tanya Reno untuk memastikan sekali lagi.
"Nggak, karena nanti gw bakalan ketemu sama saudara - saudara gw yang lain, jadi pasti lama."
"Oke deh!" Sahut Reno sambil memasukkan tasnya kedalam mobil, lalu mereka semua pun pamit kepada Farhan.
Teman - teman Farhan sudah berangkat semua, lalu ia menuju kamar Kirana.
"Udah siap?" Tanya Farhan sambil berdiri didepan pintu.
"Udah!"
"Yuk!"
"Kita mau kemana?" Tanya Kirana sambil membawa tasnya keluar.
"Mau pulang."
"Kalau jalan - jalan dulu, gimana?" Usul Kirana.
"Mau kemana?"
"Kemana aja terserah kamu, yang penting jalan - jalannya sama kamu." Ucap Kirana sambil mencolek dagu Farhan.
"Tapi naik angkutan umum, ga apa - apa?"
"Iya, ga apa - apa."
Kirana dan Farhan menyerahkan kunci Villa kepada penjaganya lalu mereka naik angkutan umum menuju tempat wisata yang tak jauh dari sini.
Kirana sangat menikmati waktu ini, karena kapan lagi ia bisa merasakan kebersamaan bersama Farhan. Setelah sampai ditempat wisata, mereka turun dari angkutan umum, lalu mereka berjalan menuju perkebunan teh yang sangat luas, mereka naik keatas jembatan kayu. Suasana disini sangat menenangkan, jauh dari keramaian kota.
Kirana menyempatkan diri untuk berfoto - foto disana, juga merekam video bersama Farhan.
"Hei inget, fotonya jangan di pasang di status!" Ucap Farhan mengingatkan.
"Oke Bos!"
Kirana mengerti, kalau sampai orang - orang tahu mereka jalan berdua, bisa - bisa semua heboh, apalagi keluarga Kirana.
"Sejuk banget udaranya, walau ada matahari tapi ga terasa panasnya." Ucap Farhan
"Sama kayak aku, kalau ada dideket kamu, bawaannya adem terus."
"Ha... Ha... Ha... Bisa aja kamu!" Farhan tertawa.
"Kiran!" Panggil Farhan sambil berdiri menatap pegunungan.
"Iya!"
"Aku merasa berdosa banget udah jalan sama kamu, udah jalan sama calon istri orang!" Lirih Farhan.
"Sssttt... Udah deh jangan ngomong begitu!" Ucap Kirana sambil mendekatkan jari telunjuknya ke bibir Farhan.
"Kamu lebih merasa berdosa yang mana, ngajak jalan - jalan aku atau kamu membiarkan aku pulang sendiri?"
"Membiarkan kamu pulang sendiri sih!"
"Kenapa?"
"Karena aku khawatir sama kamu!"
"Yaudah, berati kalau ngajak jalan - jalan aku, ga usah merasa berdosa dong!"
"Iya, iya..."
"Karena kapan lagi aku bisa berduaan sama kamu!" Ucap Kirana yang tidak ingin hari ini segera berlalu.
"Kenapa kita harus dipertemukan disini ya?"
"Kan emang kita jodoh." Jawab Kirana.
"Ha... Ha... Ha..." Farhan tertawa.
"Kamu tau ga, pemandangan ini tuh indah banget ya!" Ungkap Kirana sambil tersenyum.
"Iya..."
"Tapi ada yang lebih indah, yaitu kamu!" Kirana menggombal.
"Ha... Ha... Ha..." Lagi - lagi Farhan tertawa.
"Harusnya tuh aku yang gombalin kamu!"
"Yaudah, ayo dong gombalin!" Pinta Kirana.
"Nggak ah, kamu udah jadi milik orang sih, aku ga berani." Balas Farhan.
Ketika mereka sudah puas berfoto di perkebunan teh dan memandangi pemandangan yang indah, lalu mereka melanjutkan perjalanan ke tempat lain. Mereka kembali menaiki angkutan umum. Akhirnya mereka sampai di resto yang sedang viral di Bandung. Mereka makan berdua, lalu berfoto - foto bersama lagi, pokoknya serasa dunia milik mereka berdua.
"Aku lihat foto yang di handphone kamu dong!" Pinta Kirana, lalu ia mengambil handphone Farhan yang berada di meja. Ia melihat beberapa foto yang ada mereka berdua. Kirana memeriksa semua isi galeri Farhan namun tak ditemukan foto - foto mereka yang sudah lama.
"Foto - foto yang lama kok ga ada? Kamu hapus?" Tanya Kirana.
Farhan mengangguk. Kirana memperlihatkan wajah ngambeknya. "Kok dihapus?"
"Untuk apa aku simpan? Kamunya aja udah jadi milik orang lain." Jawab Farhan.
Kirana mengerti, maksud Farhan adalah ingin melupakannya, Kirana juga tidak berhak marah padanya, karena sudah tidak ada hubungan diantara mereka. Namun Kirana masih belum bisa membuang foto - foto Farhan maupun semua pemberiannya, ada cincin, boneka, jam tangan, baju bahkan uang tabungan berdua pun masih Kirana simpan.
"Ini yang foto kamu sama cewek berhijab, kenapa ga dihapus?" Keluh Kirana.
"Itu kan temanku. Jadi aku ga harus melupakan dia!"
Kirana sedikit cemburu dengan kebersamaan Farhan dengan teman perempuannya ini. Farhan dan Kirana sadar bahwa mereka sudah berpisah, namun hati mereka belum bisa benar - benar lepas, hati mereka masih bertaut satu sama lain.
Waktu sudah sore, Kirana dan Farhan harus kembali ke Jakarta, karena besok mereka harus kembali bekerja. Ketika mereka sedang menunggu angkutan umum, tiba - tiba ada yang menghampiri mereka.
"Kirana!"
Seketika Kirana menoleh, ia kaget yang memanggilnya ternyata adalah Andra.
"Ayo pulang!" Ucap Andra sambil menarik tangan Kirana, namun Kirana berusaha melepaskannya, ia tidak ingin pulang bersama Andra.
"Lepaskan! Aku ga mau pulang sama kamu!" Teriak Kirana.
Farhan tidak bisa berbuat apa - apa, satu sisi ia kasihan dengan Kirana, tapi juga ia tidak berhak memaksa Kirana untuk pulang bersamanya karena ia bukan siapa - siapa.
"Mama kamu nanyain terus, aku khawatir sama kamu!" Seru Andra. Namun Kirana tidak peduli ia tetap berusaha melepaskan tangannya dari genggaman tangan Andra.
"Tapi aku mau pulang bareng Farhan!"
Andra melihat Farhan, wajah Farhan sudah tidak asing lagi baginya, ia mencoba untuk mengingat - ingat wajah itu. Kini ia ingat, itu adalah wajah tetangga depan rumah Kirana.
"Dia itu tetangga kamu kan?" Tanya Andra.
"Iya, kamu tau kan?"
"Tapi kamu itu calon istri aku, sudah seharusnya kamu pulang bersamaku!" Bentak Andra.
Karena mereka terlalu lama berdebat, akhirnya Farhan menghampiri mereka.
"Bro, gw tau lo calon suami Kirana, tapi sekarang gw mohon beri dia kesempatan untuk memilih mau pulang dengan siapa. Gw ga akan merebut Kirana dari lo kok!" Terang Farhan. Kirana memandang Farhan yang terlihat tenang. Tidak sedikitpun ada rasa emosi yang terlihat.
Andra tidak bisa berkata apa - apa jika Kirana tetap ingin memutuskan untuk pulang bersama Farhan.
"Aku tetap mau pulang sama Farhan!" Tegas Kirana.
Andra sudah tidak bisa memaksa, akhirnya ia membiarkan Kirana pulang bersama Farhan.