Sebenarnya ini adalah cara kirana untuk menghindar dari perlakuan Andra yang membuatnya tak nyaman, ia takut berada berduaan didalam satu rumah dengannya. Setelah Andra keluar mencari makanan dengan memgendarai mobilnya, Kirana teringat kalau Farhan juga sedang menginap di Viila yang tak jauh dari sini, lalu ia mencoba menghubungi Farhan.
"Hallo Farhan..."
"Iya!"
"Kamu lagi dimana?"
"Lagi di Bandung."
"Lagi di Villa Sailendra ya?"
"Iya, kenapa?"
"Aku lagi di Villa Nirwana, dekat sama Villa kamu. Kamu bisa kesini ga, aku takut!"
"Kamu disana sama siapa?"
"Aku lagi sendirian. Nanti aku ceritain ya! Kamu kesini sekarang dong please!"
"Oke, aku kesana."
Fahan pun izin kepada teman - teman untuk keluar sebentar dan meminjam mobil temannya. Setelah sampai di Villa Nirwana, Farhan langsung menghubungi Kirana, lalu akhirnya mereka bertemu.
"Kamu sama siapa kesini?" Tanya Farhan yang terlihat panik.
"Nanti aku ceritain, sekarang bawa aku pergi dulu dari sini ya!" Tutur Kirana dengan membawa tas berisi pakaiannya.
"Tapi kita mau kemana? Udah malam!"
"Aku mau sewa kamar di Villa tempat kamu menginap."
"Oke."
Farhan membawakan tas Kirana, lalu mereka masuk kedalam mobil.
"Gimana ceritanya kamu bisa ada disini?" Tanya Farhan sambil menoleh Kirana yang duduk disebelah kirinya.
"Aku kesini sama Andra."
"Berdua? Kalian kan belum nikah, kenapa kamu mau?" Cecar Farhan.
"Iya, sebelumnya keluarganya juga mau ngusul, tapi karena tiba - tiba kakaknya sakit dan harus dirawat dirumah sakit, jadi mereka batal kesini. Aku takut berduaan sama Andra didalam satu villa, tadi dia mau berbuat macam - macam sama aku!" Jelas Kirana dengan nada khasnya yang manja.
"Kamu diapain?" Lanjut Farhan yang terlihat sangat khawatir.
"Alhamdulillah aku ga di apa - apain! Tapi tadi dia udah berani megang tangan aku dan merangkul aku."
Farhan terlihat kecewa, walau mereka sudah putus tapi rasa sayangnya terhadap Kirana masih tersimpan, ia tak rela kalau sampai ada laki - laki yang berbuat hal - hal dilarang pada Kirana sebelum menikahinya.
"Kamu telepon Ayah kamu ya, biar kamu dijemput ayahmu!" Usul Farhan.
"Aku ga mau, nanti aku malah di suruh pulang sama Andra lagi, terus nanti aku malah diomelin karena aku menghubungi kamu." Kirana menolak untuk menghubungi Ayahnya, karena ia takut dimarahi.
"Terus, besok kamu pulang sama siapa? Aku kesini cuma satu mobil dan itupun penuh, ga mungkin kamu aku suruh nyempil duduk diantara teman - temanku yang cowok semua." Terang Farhan
"Yaudah, besok aku pulang sendiri aja, naik bis."
Akhirnya mereka sampai di Villa tempat Farhan menginap, lalu Kirana menyewa kamar sendiri, Farhan mengantarnya.
"Udah ya, aku mau kembali ke kamarku."
"Oke, makasih ya!"
Farhan beranjak ke kamarnya. Ketika ia sudah sampai didepan kamarnya, ia mengetuk - ngetuk pintu, namun tak ada jawaban dari temannya, sepertinya mereka semua sudah tertidur, padahal tadi Farhan sudah berpesan agar pintunya tidak dikunci. Farhan mencoba menelepon salah satu dari mereka, namun tidak ada satu pun yang diangkat. Akhirnya Farhan kembali ke kamar Kirana.
Tok... Tok... Tok...
Kirana mengintip dari jendela, ia takut kalau yang mengetuk pintu adalah orang yang tak dikenal. Tapi ternyata Farhan, ia langsung membukakannya.
"Aku boleh tidur disini ga? Soalnya pintu kamarku udah dikunci, sepertinyaa teman - temanku udah pada tidur deh."
Kirana terdiam sesaat.
"Tenang aja, aku ga akan ngapa - ngapain kamu kok!" Ucap Farhan.
"Aku juga ga berpikir kamu akan ngapa - ngapain aku. Yaudah masuk!"
Farhan langsung masuk kedalam, "aku tidur di sofa ya! Kamu dikamar aja sana!" Ucap Farhan.
"Tapi aku masih mau ngobrol - ngobrol sama kamu. Bolehkan?"
Farhan mengganggukkan kepalanya.
"Kamu duduknya jauhan, sebelah sana!" Titah Farhan.
"Kenapa? Kamu takut ya?"
"Iya!"
Kirana mengerti mengapa Farhan tak ingin dekat - dekat dengannya, karena masih ada rasa yang bisa saja akan menggelora apabila mereka berdekatan.
"Kalau begitu, berati kamu masih ada rasa dong sama aku?" Tebak Kirana.
"Ga usah nanya itu, ga penting! Ingat, sebentar lagi kan kamu mau nikah."
"Ga usah ngingetin tentang nikah deh, aku benci!" Ketus Kirana, lalu ia memalingkan wajahnya dari Farhan.
"Maaf!"
Mereka berdua terdiam, Farhan berusaha menundukkan pandangan agar tidak terjadi hal - hal yang tak diinginkan. Farhan berusaha menahan gejolak dalam dada, menahan godaan setan yang mulai menggodanya. Ia memperbanyak istighfar didalam hatinya.
"Udah sana, kamu tidur!" Titah Farhan, lalu Kirana masuk kedalam kamarnya, tak lama kemudian ia keluar lagi dengan membawakan selimut untuk Farhan.
"Kamu aja yang pakai, biar ga kedinginan!" Ucap Farhan.
"Kamu aja yang pakai, tidur di sofa kan dingin!"
"Kiran, aku ga mau terjadi apa - apa sama kamu! Tutup tubuh kamu pakai selimut ini, kunci pintu kamar kamu rapat - rapat, sana!" Tutur Farhan dengan sedikit memaksa.
Karena Farhan menolak untuk memakai selimut, jadi Kirana masuk kembali ke dalam kamarnya dengan membawa selimut tersebut lalu ia mengunci pintu.
Drrttt... Drrttt....
Handphone Kirana bergetar, Andra meneleponnya. Namun Kirana tidak ingin mengangkatnya.
Andra berusaha menelepon Kirana berkali - kali, namun tak juga ada jawaban, Kirana sudah mematikan handphone-nya. Andra sangat khawatir pada Kirana, lalu ia menelepon orang tua Kirana, mengabarkan bahwa anaknya sudah tidak bersama dengan dirinya. Orang tua Kirana sangat khawatir, lalu mereka juga menghubungi Kirana, namun tak ada jawaban.
Kirana keluar dari kamarnya, ia mendapati Farhan yang sudah tertidur di atas sofa, lalu ia menutupi tubuh Farhan dengan selimut tebal, karena ia yakin sebenarnya Farhan merasa kedinginan, tapi ia rela tak mau memakai selimut demi dirinya. Kirana masuk kembali kedalam kamarnya, lalu ia memejamkan mata.
Andra mencoba berjalan disekitar Villa untuk mencari keberadaan Kirana, karena ia yakin Kirana masih berada disekitar sini. Namun tak juga ditemukan. Akhirnya Andra kembali ke Villanya untuk beristirahat.
Adzan subuh berkumandang, Farhan terbangun, ia kaget karena ada sehelai selimut yang menutupi tubuhnya, lalu ia mengangkat tubuhnya, setelah itu ia langsung membuka handphone, ada dua panggilan tak terjawab dari mamanya.
Ia kekamar mandi untuk berwudhu, lalu Kirana keluar dari kamarnya.
"Yuk sholat!" Ajak Farhan.
"Sebentar, aku wudhu dulu!"
Mereka sholat subuh berjamaah.
"Semalam kamu yang pakein aku selimut?" Tanya Farhan setelah mereka selesai sholat.
"Iya, karena aku tau kamu kedinginan."
"Iya, emang dingin banget sih." Ucap Farhan sambil duduk bersandar ke dinding, lalu menghadap Kirana yang masih memakai mukena.
"Bisa ga sih kita kayak gini terus?" Lirih Kirana.
"Hah, maksudnya?" Tanya Farhan yang tidak mengerti maksud ucapan Kirana.
"Iya, aku tuh pengen jadi makmum kamu, yang selalu ada dibelakang kamu."
Farhan terdiam, ia tak mampu mengeluarkan satu katapun. Ia juga ingin bersama terus dengan Kirana, namun itu hanya ada dalam mimpinya saja.
"Udahlah, ga usah banyak bermimpi, kamu kan sebentar lagi jadi milik orang lain yang sah secara hukum dan agama."
"Kalau kita kawin lari, gimana?" Usul Kirana yang lagi - lagi mengeluarkan ide gilanya.
"Jangan ngaco deh! Nanti aku dilaporin polisi sama orang tua kamu." Farhan menolaknya.
Bersambung...