Rafli masuk ke dalam ruang kerjanya, dia lalu langsung menoleh dan melihat ke arah meja kerja Rania yang masih kosong.
Rafli melihat jam di pergelangan tangannya, jarum pendek hampir mengarah ke pertengahan angka 8.
"Lah, dia gak masuk? Jam segini kok belum dateng" ucap Rafli, dia lalu berjalan ke arah meja kerjanya dan duduk bersandar di sana.
Matanya menatap lurus ke arah meja kerja Rania.
Semalam, hampir semalaman penuh dia tak bisa tertidur karena memikirkan apa yang terjadi kemarin sore. Rania sang mantan kekasih sekaligus sekretarisnya itu dengan berani mendaratkan sebuah ciuman di atas bibirnya. Dan entah mengapa dia malah merespon, hatinya sama sekali tak menolak saat Rania menyentuh bibirnya.
Semalaman dia merasa risau dan gundah, bingung dengan hatinya sendiri. Dia mencintai Diandra tetapi merasa nyaman dengan kehadiran Rania. Rafli sama sekali tak bisa tidur karena memikirkan Rania.