Diandra yang terduduk di atas meja itu memegang kening dan menunduk, suara musik yang sangat keras membuat kepalanya terasa ingin pecah. Maklum, dia tidak terlalu suka dengan suara musik yang sangat kencang.
Diandra menoleh dan melihat ke arah belakang, ada banyak pria dan wanita yang berlenggak lenggok berjoget mengikuti alunan musik. Lampu yang remang-remang membuatnya semakin ingin segera pulang karena benar-benar tidak nyaman dengan tempat itu.
Diandra lalu kembali menatap lurus, melihat ke arah pria yang duduk di depannya, yang datang bersamanya. Pria itu tengah menatap lurus dengan tatapan kosong, lalu setelahnya meminum minuman haram dalam sekali teguk, entah sudah berapa gelas yang pria itu minum.
"Jadi ini tempat menyenangkan yang sering kamu dan Alfa ceritakan? Iya hah?" tanya Diandra dengan mata sedikit mendelik.
Pria bernama Andra itu hanya menatapnya sebentar, diam tak menjawab ucapan Diandra dan malah kembali menuangkan lagi air di botol ke dalam gelas, kembali meneguknya dengan satu kali tegukan.
"Haih! Udah! Kamu udah terlalu banyak minum, Ndra!" ucap Diandra mengambil botol di atas meja dan menjauhkannya dari Andra.
"Cih!" Andra mendecih sinis, dia menaruh kedia tangan kanannya di atas meja dan menaruh kepalanya di atas tangan yang berada di atas meja itu, membaringkan kepalanya. Dia sudah terlalu banyak minum, kepalanya sudah terasa berat dan pandangannya pun sudah sedikit kabur.
Huuuhh!
Diandra menghembuskan nafasnya dengan sangat kasar.
***
"Ndra! Lepas! Kamu mau apa? Jangan macem-macem ya! Lepas!" ucap Diandra dengan nada keras saat tadi tiba-tiba saja Andra menarik tangannya hingga ia kini berada di atas tubuh Andra.
Diandra berusaha melepas tangan Andra yang melingkar di tubuhnya mendekapnya dengan sangat erat, dia dan Andra kini tengah berada di dalam kamar hotel.
Tadi Diandra menemani Andra ke kelab malam, namun saat di sana Andra banyak meminum alkohol hingga membuat pria itu mabuk dan setengah sadar.
Diandra bingung harus membawa Andra kemana karena ia sama sekali tidak tahu dimana Andra tinggal
Setelah bersusah payah melepaskan tangan Andra, akhirnya Diandra berhasil melepas tangan Andra dari tubuhnya. Diandra bangun dari posisinya dan berdiri tegak.
Huuhhh
Diandra menghembuskan nafasnya dengan sangat kasar lelah karena bersusah payah melepaskan diri. Dia menatap pria yang terbaring di atas ranjang itu.
Pria itu tampak sangat berantakan, baju kemeja berwarna maroon yang dikenakannya pun sudah sangat berantakan tak lagi rapi seperti tadi pagi.
"Untung cinta! Kalau enggak? Ckk! Aku sudah meninggalkan kamu di kelab malam dan mungkin bisa saja aku meninggalkan kamu di pinggir jalan! Beruntung kamu bersama denganku malam ini," ucap Diandra. "Beruntung juga kamu dicintai oleh wanita seperti aku!" ucap Diandra seraya berkacak pinggang.
Andra diam tak menjawab apa yang Diandra katakan dan hanya terpejam.
"Oke-oke, kamu tidak mendengar ucapan aku. Kalau gitu kamu tidur di sini dan aku akan pulang! Bye-bye!" ucap Diandra menepuk pelan paha Andra lalu berbalik dan melangkah.
Grep!
Baru satu langkah Diandra melangkah, Andra sudah lebih dulu memegang pergelangan tangannya hingga Diandra tak jadi melangkah.
"Haeehh! Apa lagi?" tanya Diandra.
Andra menarik tangan Diandra hingga Diandra kembali berada di atas tubuhnya lagi.
"Kamu mau apa sih? Aku mau pulang, Ndra!" ucap Diandra.
Andra membuka mata, menatap Diandra dengan tatapan layu, dia sama sekali tak menanggapi ucapan Diandra. Andra memegang tubuh Diandra erat dan memutar tubuh membalikkan badannya hingga membuat Diandra kini berada tepat di bawahnya dan Andra berada di atasnya.
"Ka-kamu mau apa? Jangan macem-macem ya, Ndra!" ucap Diandra. "Aku emang cinta sama kamu, tapi jangan pernah macem-macem sama aku!!" ucap Diandra.
"Kenapa kamu gak peka sama perasaan aku hm?" tanya Andra.
Degh!
Diandra menelan salivanya. "A-apa? Perasaanmu?" tanya Diandra menatap mata layu pria yang kini berada di atasnya itu. 'Cintaku tak bertepuk sebelah tangan kah?' batin Diandra berucap.
Andra menyentuh bibir Diandra dengan jari jempolnya, menyentuhnya dengan sangat lembut.
"Iya, perasaan aku! Kenapa kamu gak peka hm?" tanya Andra.
"A-aku gak ngerti maksud kamu, bisakah kamu bangun dari atas tubuhku, Ndra? Ini benar-benar tidak nyaman," ucap Diandra.
Andra sama sekali tak menanggapi ucapan Diandra. Dia mengedipkan mata lemah menatap Diandra. "Aku mencintaimu ...."
Diandra menelan salivanya lagi. "A-apa?" tanya Diandra. 'Cintaku beneran gak bertepuk sebelah tangan?' batin Diandra lagi.
"Aku mencintaimu," ucap Andra, ia menyentuh kening dan membelai kepala Diandra lalu kembali menyentuh lagi bibir Diandra.
"A-aku juga, Ndra. Aku juga men,-"
"Yang selama ini cinta sama kamu itu aku, Nad. Bukan dia!" sela Andra memotong.
Diandra mengerutkan alis tak mengerti. "A-apa? Nad? Maksudnya, Nad?" tanya Diandra tak mengerti.
"Aku mencintai kamu Nadya! Kenapa kamu gak paham-paham dan malah bertanya! Aku mencintaimu sejak kita masih SMA! Kenapa kamu malah memilih dia! JELAS-JELAS AKU YANG MENCINTAIMU LEBIH DULU!" ucap Andra dengan nada yang lumayan tinggi.
Degh!
Entah kenapa yang Andra katakan itu membuat hati Diandra sakit. 'Jadi sejak tadi dia menganggap aku Nadya?' batin Diandra berucap.
"Nad, aku,-"
"AKU BUKAN NADYA, ANDRA! LEPAS!" sela Diandra berteriak, hatinya mulai terasa perih dan sakit. Ternyata pria yang selama ini dia cinta itu malah mencintai wanita lain. Dan nyatanya, cintanya itu bertepuk sebelah tangan. Ternyata wanita yang Andra cintai itu bukan dirinya tetapi Nadya, sahabatnya sendiri. "AKU DIANDRA, ANDRA! LEPAS."
"Tidak! Aku tidak akan melepaskan kamu! Malam ini kamu milik aku, Nad!" ucap Andra memegang erat pergelangan tangan Diandra dengan sangat erat mencengkramnya.
"Sakit, Ndra! Lepas! Aku bukan Nadya!" ucap Diandra mulai menitikkan air mata. Luka di hatinya bukan hanya karena cengkraman tangan Andra tapi juga di hatinya, hatinya sakit saat Andra mengatakan mencintai sahabatnya, Nadya.
"Malam ini kamu milik aku!"
"Berapa kali aku katakan kalau aku DIANDRA! AKU BUKAN NADYA!" ucap Diandra dengan nada tinggi membentak. "LEPAS!" Diandra mencoba melepaskan tangan Andra di pergelangan tangannya namun terasa sangat sulit, semakin ia berusaha, Andra malah semakin mencengkram dengan sangat kuat.
"Cintai aku, Nad." ucap Andra.
Hiks hiks hiks
"Ndra ... sakit! Aku mohon lepasin aku. Ini sakit Ndra, hiks hiks hiks," ucap Diandra lagi seraya terisak berusaha melepaskan diri, namun pegangan Andra terlalu kuat hingga ia sama sekali tak bisa berkutik.
Mmmhh
Diandra merapatkan bibir saat dengan paksa Andra menyentuh bibirnya dengan bibir lagi terus memaksa menciumnya. Diandra mengalihkan wajahnya ke arah lain namun Andra terus berusaha.
Diandra memejamkan mata tak tahan, air mata bahkan sudah keluar dari sudut matanya, ia sudah tak punya tenaga untuk melawan dan berusaha melepaskan diri, tenaga Andra jauh lebih kuat.
Tubuhnya yang lemah membuat Andra lebih leluasa untuk melepas dengan paksa seluruh kain yang terpasang di tubuhnya, membuat Andra lebih leluasa juga melakukan hal tercela itu.
Hiks hiks hiks
Hal yang tak diinginkan pun terjadi.
Bersambung ….