"Belum ada dosen di kelas. Sini ikut denganku Luna," kata Elea sambil menggandeng Luna.
Luna segera mengikuti Elea. Keduanya kini duduk di kursi tepat di sebuah taman. Di depannya ada air mancur. Sungguh indah pemandangan lagi hari dengan rumput hijau yang rapi.
"Ada apa denganmu Luna? Apa kau bertengkar lagi dengan ayahmu?" tanya Elea dengan lembut.
Luna menghembuskan nafas dengan berat. Membayangkan lagi bagaimana sang ayah menampar dirinya dengan keras. Rasa benci kembali menyeruak dalam diri Luna..
"Ayah menamparku. Dia sudah benar benar tidak sayang denganku lagi. Aku sudah bertekad akan pergi dari rumah," kata Luna dengan tegas.
"Sabar ya Luna, aku turut bersedih. Kalau begitu apartemen ku akan selalu terbuka untukmu Luna. Kau mau kapan saja ke apartemen. Tinggal masuk saja. Aku sudah menjadikanmu sahabatku Luna. Karena kau gadis yang baik," kata Elea dengan tersenyum manis.