Pagi ini aku masih merasa ngantuk karena semalam aku hanya tidur beberapa jam saja. Itu karena aku memikirkan gadis itu. Rasa bersalah terus menghantui aku. Harusnya aku menolong gadis itu lebih cepat. Aku memang lamban.
Setiap langkah kakiku rasanya wajah gadis itu terlintas di benakku. Wajah yang manis tapi matanya berkaca dengan luka lebam dan ujung bibir berdarah. Hm, semoga saja gadis itu baik-baik saja sekarang.
Aku berjalan ke toko roti yang tidak terlalu jauh dari rumahku. Luas toko roti ini lumayan juga. Bau roti begitu terasa di hidungku. Wangi kayu manis dan gandum terasa menenangkan bagiku. Kini aku mencoba mendekat ke rak roti yang menjajakan berbagai macam varian rasa.
Aku tertarik dengan roti yang di dalamnya ada wadah berisi sacam kari berwarna kuning. Sepertinya itu makanan khas India. Aku tidak sabar untuk mencobanya.
Tanganku segera mengambil roti dengan ukuran yang cukup besar itu. Lalu aku serahkan itu kepada kasir. Aku juga memesan kopi latte dengan cup besar. Setelah semuanya aku bayar aku berbalik sambil membawa belanjaanku. Mataku sangat jelas melihat gadis semalam yang kini sedang melihat-lihat roti.
Kali ini aku benar kan? Itu gadis semalam yang aku temui. Ya benar, kini aku sudah sampai di dekat gadis itu.
"Hai?" sapaku dengan menampilkan senyum manis. Aku harap dia ingat dengan wajahku.
Gadis itu hanya menatap wajahku sejenak lalu melihat ke luar toko dan langsung menghindar dariku.
Aku melihatnya dengan bingung. Dia membayar ke kasir lalu berjalan menuju pintu keluar. Aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Kakiku segera berlari kecil untuk mendekat kepadanya.
"Hai, namamu siapa?" tanyaku dengan cepat.
Gadis itu sama sekali tidak melihatku. Dia hanya keluar dan langsung menyebrang jalan lalu masuk ke dalam mobil sport.
"Aneh sekali gadis itu," ucapku dengan terus menatap kepergian mobil berwarna putih itu.
Aku tertunduk lemas. Kenapa aku gagal lagi? Tapi aku juga sedikit merasa kasihan. Aku takut kalau dia merasa terganggu denganku.
Tapi aku merasa ada yang janggal dari gadis itu. Kenapa dia seperti takut jika berkomunikasi dengan seseorang. Saat aku tanya dia malah melihat keluar seperti sedang di intai oleh seseorang.
Aku segera memasuki mobilku dengan cepat. Aku harus mengikuti dia. Meski mobil itu jauh tapi aku akan coba mengejarnya.
Mobilku melaju di jalanan kota stuttgart. Jalanan masih belum ramai. Aku lihat lampu merah di depan dan tanpa aku sadari ternyata mobil sport berwarna putih itu ada di sebelah mobilku. Aku langsung saja melihat gadis itu. Ternyata gadis itu ada di dalam mobil dengan seorang pria berkacamata. Pria itu sepertinya seumuran dengan ayahku. Apa pria itu ayah dari gadis itu? Pikiranku terus menerka-nerka.
Lampu hijau menyala. Aku segera mengikuti mobil itu yang melaju dengan cepat. Semoga saja aku tidak mengalami kekecewaan kali ini. Semoga aku berhasil mengikuti mobil itu.
Kini mobil sport berwarna putih itu berhenti di depan hotel. Lalu sang supir segera membuka pintu mobil dan turunlah gadis itu dengan seorang pria. Mereka berdua berjalan masuk ke dalam hotel.
Aku tidak mungkin mengikuti dia sampai ke dalam hotel. Oke baiklah aku akan menunggu di mobilku. Mungkin kalau sudah satu jam tidak ada sosok gadis itu lagi. Aku akan pulang ke rumah. Tapi semoga saja gadis itu keluar dari hotel di depan sana.
Sambil menunggu gadis itu. Kedua tanganku membuka kotak kardus yang berisi roti. Jari-jariku menyobek roti ini dengan pelan karena di dalam roti ini terdapat wadah berisi kari. Setelah aku membuka bagian tengah roti. Mataku terbuka lebar melihat wadah bening berisi kari beraroma khas. Aku membuka wadah itu dan aku cocok roti itu ke dalam kari yang katanya berasal dari India.
Aku mengunyah dengan lezat. Rasanya benar-benar gurih dan lembut rotinya. Aku merasa kenyang setelah beberapa suapan masuk ke mulut. Kopi latte membuatku merasa lebih hangat. Karena cuaca disini cukup dingin.
Sudah Lima puluh menit tidak ada sosok gadis itu di depan hotel. Aku berharap sebelum sepuluh menit dia sudah ada di sana.
"Ayo! cepatlah, kenapa kau tidak muncul juga," ucapku dengan gelisah.
Ketika aku terus melihat pintu hotel itu. Tiba-tiba setelah satu jam kurang lima menit aku menunggunya. Kini aku bisa melihat gadis itu yang memakai mantel tebal dengan rok di atas lutut. Sementara sepatu dengan hak tinggi berwarna merah membuat tampak kontras karena kulit putih gadis itu.
Aku segera mengemudi mobil dengan pelan sambil dengan fokus melihat gadis itu yang berjalan terlalu cepat. Setelah taman besar dan rumah-rumah di lewati. Kini dia masuk ke dalam rumah dengan halaman yang kecil. Ku lihat rumah itu dengan fokus. Setelah beberapa menit gadis itu keluar dengan celana jeans dan Hoodie yang menutupi kepalanya. Gadis itu berjalan keluar rumah berwarna putih itu. Aku rasa itu rumah sangat bagus. Karena berbahan kayu dan terlihat kuno tetapi warna putihnya sangat bersih.
Aku pun melakukan mobil kembali untuk mengikuti gadis itu. Dia menuju ke supermarket membeli beberapa makanan lalu setelahnya jalan lagi menuju ke taman. Dia duduk dengan menyenderkan diri ke kursi sambil makan makanan ringan seperti susu kotak dan Snack kentang.
Aku rasa sudah cukup. Aku bisa saja mendekati dia sekarang juga. Karena momen ini sangat pas. Tidak banyak orang di sekeliling dan dia juga tidak sedang melakukan apa-apa. Maksudku dia tidak sedang sibuk bukan?
Aku memarkirkan mobil di depan supermarket lalu aku menyebrang jalan sebentar dan menuju kursi gadis itu. Aku langsung saja duduk di sebelah gadis itu. Karena kursi berbahan besi yang lumayan panjang ini jadi aku tidak harus meminta izin untuk duduk di kursi ini. Karena juga ini adalah taman dan tentu saja taman adalah tempat umum.
Dia salam sekali tidak melihat ke arahku. Dia hanya bersantai sambil bersender dan meminum susu rasa alpukat. Oh ya, aku pernah mencoba minuman itu. Rasanya memang menenangkan sekali.
"Kenapa kau mengikutiku?" tanya gadis itu dengan tiba-tiba membuat aku sedikit kaget. Karena suara diaengaketkan aku. Dia juga tidak melihat ke arahku.
"Aku mengikutimu? Untuk apa?" tanyaku berpura-pura.
"Jangan berbohong. Aku tahu kau mengikutiku dari awal kau melihatku di toko roti. Memangnya ada apa denganku? Kenapa kau begitu penasaran sekali denganku?" tanya gadis itu yang ternyata cukup banyak juga bicaranya.
"Oke, baiklah. Aku akan jujur. Aku mengikutimu dari toko roti itu," ucapku dengan pelan lalu menarik nafas sebentar. Aku sedikit gugup akan berkata jujur. Oke baiklah ini adalah yang terbaik untukku.
"Aku hanya merasa khawatir saja denganmu. Aku juga merasa bersalah tidak cepat-cepat menolongmu. Karena saat itu aku bisa dengan jelas melihatmu seperti ketakutan dengan mata berkaca-kaca dan lebam matanya serta bibirnya pun berdarah.Jadi aku merasa sangat bodoh tidak cepat-cepat menolongmu untuk sekedar memberi obat atau saat itu kau butuh tumpangan," jelasku dengan sangat jelas. Semoga saja gadis di sampingku ini tidak tersinggung.
Beberapa detik dia mengambil plastik yang berisi makanan lalu berdiri dan pergi.