Chereads / I NEED YOU TO SHINE IN THE LIGHT / Chapter 24 - 24. HUTANG BUDI KEPADA BOY

Chapter 24 - 24. HUTANG BUDI KEPADA BOY

Helikopter ada di sebuah gedung tinggi. Seorang pria bernama Josh melambaikan tangan kepada anak buahnya untuk masuk ke dalam helikopter bersama Jihan.

"Cepat masuk!" seru Josh dengan keras. Walikota itu tidak sabar untuk membawa Jihan.

Aslan yang melihat Jihan akan di bawa masuk segera berlari. Namun boy tangan kanan walikota itu menembak ke arah Aslan. Jihan melihatnya dengan iba. Ia menangis dan menjerit memanggil nama Aslan. Beberapa detik helikopter itu sudah menjauh dari atap gedung itu.

"Lepaskan aku!" bentak Jihan kepada pria berkulit hitam itu dengan mata melotot. Pria itu melepaskan tangannya dari Jihan.

Gadis berambut panjang dengan sorot mata tajam itu hanya bisa melihat dari atas. Ia sudah jauh dari Aslan. Rasanya sangat marah dengan takdir ini. Jihan baru saja akan pergi menjauh dari ayahnya tetapi ia harus kembali berurusan dengan sang ayah yang merupakan bos prostitusi.

Jihan menangis dengan banyak air mata. Hatinya benar-benar hancur. Ia hanya bisa membungkam mulutnya dengan telapak tangannya. Menunduk membuat rambut pirang panjangnya menjadi menutupi seluruh wajahnya.

Tiba-tiba sebuah tangan menyentuh pundak Jihan dengan lembut. Jihan langsung saja menggerakkan pundaknya dengan keras. Ia sama sekali tidak Sudi dengan sentuhan menjijikan itu.

"Dasar bodoh! Aku ini mau menenangkan dirimu, Jihan. Kenapa kau malah bersikap seperti itu," seru Josh walikota yang kini berumur tujuh puluh tahun itu. Ia benar-benar seorang tua tua keladi.

Jihan kini mendongak dan menghapus air matanya lalu melihat Josh yang ada di sampingnya.

"Aku sama sekali tidak sudi oleh sentuhanmu itu. Dasar tua Bangka!" sembur Jihan dengan berani.

"Kurang ajar! Bius dia!" perintah Josh dengan lantang di dalam helikopter itu.

Jihan berwajah panik. Ia melihat dengan jelas Boy yang merupakan tangan kanan dari Josh, mengambil sebuah suntikan. Kini dengan cepat Boy menyuntik Jihan di lengannya. Jihan tidak bisa lari ataupun mengelak karena tangan Boy sangat kuat.

Beberapa detik setelahnya Jjhan tidak sadarkan diri. Ia pingsan dengan cepat. Sementara Josh langsung memposisikan diri. Jihan berada di pangkuan Josh dengan tenang.

"Dasar gadis tidak tau untung. Sudah pasti aku akan membuatnya hidup enak. Tetapi kenapa kau malah bertindak dengan berani kepadaku, jihan. Hem, kasihan sekali kau gadis malang," ucap Josh lalu dengan jari jarinya menyisir rambut Jihan yang berantakan.

Sampailah helikopter itu di sebuah halaman rumah yang luas. Sebuah rumah kecil namun sangat terlihat klasik. Rumah itu berada di dekat pantai.

Jihan sudah berada di sebuah kamar dengan seprei berwarna ungu yang membius. Josh terus membelai pipi Jihan dengan lembut. Jihan sama sekali tidak bergerak sedikitpun. Bius suntik yang di gunakan selama ini untuk membuat para gadis tidur sepanjang malam.

Namun Josh berkata kasar saat Boy sang asistennya tiba-tiba datang mengatakan bahwa jadwal menjadi seorang walikota terus berjalan dan Josh langsung berwajah kesal. Baru saja ia ingin menikmati keindahan Jihan namun ia harus menuju ke sebuah kantor. Boy berkata jika pertemuan itu membahas bisnis yang begitu besar.

Kini walikota itu menaiki mobil bersama dengan Boy. Beberapa menit setelahnya Josh datang dengan wajah ramah meski hatinya sedang kesal.

Josh berbicara dengan sangat bagus. Membuat semuanya terkesan. Sementara Jihan kini sudah sadarkan diri setelah beberapa jam berlalu.

"Dimana aku ini?" tanya Jihan dengan wajah lingling.

Ia mencoba bangkit dari kasurnya. Melihat sekeliling dengan perasaan cemas. Pintu berwarna emas tertutup rapat. Sementara jendela kaca yang besar juga sengaja di tutup oleh pemilik rumah.

"Jangan jangan!" gumam Jihan dalam hati. Ia berpikir jika dirinya sudah di jelajahi oleh Josh.

"Ya Tuhan semoga saja aku tidak mengalami hal buruk di kasur ini," ucap Jihan dalam hati ketika mencoba memeriksa celananya. Untunglah tidak ada apapun di sana.

Jihan yang masih memakai celana dan juga kaos besar itu memberanikan diri untuk memegang kenop pintu. Tangannya mencoba menggerak-gerakan benda yang pas di genggam itu. Giginya saling menekan. Ia mencoba sekuat tenaga namun tidak bisa. Matanya melihat ke arah jendela lalu berjalan. Ia meraba-raba sela-sela jendela namun tetap tidak bisa ia buka jendela itu.

"Sial! Aku benar-benar di kurung disini," gumamnya dengan sorot mata tajam.

Dirinya mendongak dan melihat ke pojokan. Ternyata ia di pantai oleh cctv. Di dalam kamar ia hanya bisa memandang keluar melalui jendela. Ia hanya bisa melihat laut yang ada di depan sana dengan lampu temaram. Malam larut seperti ini ia sangat lapar.

"Tega sekali tua Bangka itu tidak memberikan aku makanan sedikitpun. Sial," Jihan menepuk perut langsingnya dengan keras.

Ia mulai berbaring di kasur. Mencoba untuk tertidur tapi tetap tidak bisa. Karena ia masih cemas pikirannya. Bagaimana jika Josh melakukan hal buruk di kamar ini. Sudah pasti dirinya akan menjadi santapan indah Josh. Jihan berpikir keras apa yang harus ia lakukan. Ia tidak bisa keluar dari sini. Maka dari itu ia harus mencari cara lain.

Jihan bangkit dari kasurnya. Ia berjalan berkeliling kamar itu. Di lihatnya benda-benda yang ada di dalam kamar itu dengan detail. Kini ia melihat sebuah kotak obat dan ada sebuah obat berwarna merah berbentuk cair. Tak lama ia langsung saja menaruh cairan itu ke atas kasur dengan banyak. Ia juga meneteskan dengan banyak ke celananya.

"Nah! Sudah beres! Dengan begini Josh tidak akan bisa macam-macam denganku," kata Jihan dalam hati.

Tiba-tiba saja pintu terbuka dan ia langsung melihat ke arah pintu dengan panik.

"Rupanya kau sudah bangun?" seru Boy yang merupakan asisten sekaligus tangan kanan dari walikota Josh.

"Dimana walikota Josh?" tanya Jihan dengan penasaran.

"Oh, tenang saja. Dia ada di sebuah gedung. Dia sedang ada pertemuan dan dia menyuruhku untuk memberikan makanan kepadamu. Ini makanannya," Boy memberikan bungkusan coklat yang berisi humburger dan minuman hangat.

Jihan langsung saja meraihnya dengan cepat. Ia melihat Boy dengan kesal. Fikirannya masih teringat bahwa Boy juga sama seperti Josh. Mereka berdua sama-sama tidak mempunyai hati.

Aku langsung saja duduk di kasur dan memakan humburger daging itu dengan cepat.

"Kalau saja aku tidak membantumu. Kau sudah pasti lemas tak berdaya oleh Josh," ucap Boy pria dengan alis tebal itu.

"Kau biacara apa?" tanya Jihan dengan membulat. Ia masih mengunyah makanannya.

"Tadi kau ini pingsan dan tua Bangka itu mulai membelaimu lalu aku langsung saja masuk ke dalam kamar ini yang pintunya terbuka. Aku langsung mengatakan kepada Josh kalau pertemuan penting akan datang. Meski sebenarnya jika dia tidak berada dalam pertemuan itu tidak akan masalah. Tapi karena aku kasihan denganmu. Jadi aku berbohong pada Josh. Dan kau aman sekarang," jelas Boy lalu duduk di sebelahku.

"Ternyata kau baik juga. Aku berhutang Budi padamu," kata Jihan berhenti mengunyah.